Senin, 21 November 2022 12:14 WIB

Tiroktoksikosis dalam Kehamilan (Gambaran Fisiologis Kelenjar Thyroid pada Kehamilan)

Responsive image
674
Ida Bagus Aditya Nugraha dan Wira Gotera - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Kelenjar tiroid membesar sekitar 18% selama kehamilan, yang dihubungkan dengan meningkatnya ukuran folikel dan jumlah koloid serta meningkatnya aliran darah. Pembesaran ini merupakan respon terhadap efek tirotropik dari hCG dan turut berkontribusi terhadap peningkatan tiroglobulin selama kehamilan. hCG merupakan glikoprotein heterodimer yang tersusun atas subunit α (identik dengan TSH, LH, FSH) dan subunit β yang identik dengan TSH. hCG dapat berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH, dimana pada studi in vitro, 1 unit hCG memiliki potensi yang sama dengan 0,7 mikrounit TSH, tergantung pada konsentrasi karbohidrat penyusunnya. Pada konsentrasi yang tinggi, hCG dapat menyebabkan hipertiroidisme dengan gambaran struma difus dan didapatkan peningkatan FT4 dan TSH yang rendah.

Meningkatnya kadar estrogen selama kehamilan menginduksi peningkatan sintesis thyroxine-binding globulin (TBG) di hati dan mempercepat glikosilasi TBG, sehingga menurunkan tingkat bersihannya. Peningkatan TBG mencapai 2 kali lipat disertai peningkatan T4 dan T3 total serum maternal sepanjang kehamilan. Pada sebagian besar masa kehamilan onsentrasi FT3 dan FT3 masih dalam rentang normal.

Pada trimester pertama kehamilan sering terjadi hipertiroidisme fisiologis yang sering disebut  transient gestational thyrotoxicosis. Peningkatan stimulasi yang berlebih pada trimester pertama kehamilan dapat terjadi pada beberapa kasus dan berhubungan dengan konsentrasi hCG yang sangat tinggi (100.000-200.000 U/L) seperti yang terjadi pada kehamilan kembar dan umumnya disertai hyperemesis. Sesuai dengan namanya, kondisi tirotoksikosis ini dapat membaik tanpa intervensi spesifik (self-limited), dengan risiko rendah terjadinya defek kongenital sehingga tidak memerlukan pemberian antitiroid secara rutin pada awal kehamilan. Pada beberapa kasus yang jarang, propiltiourasil (PTU) dosis rendah (≤100-200 mg/hari) perlu diberikan selama beberapa minggu sampai level hCG turun secara spontan. Namun demikian, kondisi ini sulit dibedakan dengan presentasi awal penyakit Grave dan pemeriksaan TRAb dapat membantu menegakkan diagnosis.

Terdapat beberapa kasus yang dilaporkan dengan varian dari transient gestational thyrotoxicosis, dimana terjadi mutasi pada gen yang mengkode reseptor TSH sehingga menjadi lebih responsive terhadap stimulasi hCG. Kasus dengan varian ini mengalami hipertiroidisme pada setiap kehamilan, meskipun dengan konsentrasi hCG serum yang fisiologis.

Secara umum yang patut sobat sehat ketahui adalah pada kehamilan perlu diperhatikan pemantauan fungsi tiroid yang baik, rutin, serta konsultasikan dengan dokter kandungan atau dokter penyakit dalam yang merawat. Semoga informasi yang diberikan dapat bermanfaat. Salam sehat sehat Indonesia.

 

Referensi:

Berga SL, Nitsche JF, Braunstein GD. Endocrine changes in pregnancy. In: Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR, Kronenberg HM, editor. William’s Endocrinology. 13th edition. Philadelphia: New York; 2016. pp:832-837

Davies TF, Laurberg P, Bahn, RS. Hyperthyroid disorders. In: Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR, Kronenberg HM, editor. William’s Endocrinology. 13th edition. Philadelphia: New York; 2016. pp:395-399

Cooper DS, Ladenson PW. The thyroid gland. In: Gardner DG, Shoback D, editor. Greenspan Basic and Clinical Endocrinology. 10th edition. New York: McGraw Hill; 2018. pp:189-214

Alexander EK, Pearce EN, Brent GA, Brown RS, Chen H, Dosiou C, et al. 2017 Guideline of the American Thyroid Association for the diagnosis and management of thyroid disease during pregnancy and the postpartum. Thyroid. 2017; 27(3): 315-389