Senin, 21 November 2022 12:08 WIB

Kecakapan Digital Orangtua Berperan dalam Melindungi Anak dan Remaja dari Cyberbullying

Responsive image
1361
Dini Yulia, SKM, MARS - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Kehidupan kita sekarang sangatlah bergantung dengan internet yang merupakan bagian tak terpisahkan. Efek samping dari maraknya interaksi antar manusia dalam ruang internet adalah munculnya online disinhibition effect. Disatu sisi, efek ini memfasilitasi pengguna untuk mengungkapkan diri, saling berbagi emosi positif, dan membantu sesama dengan skala yang luas. Di sisi lain, efek ini mendorong pengguna untuk berkata kasar, mengumbar kemarahan dan kebencian, dan bahkan secara sengaja berperilaku agresif terhadap orang lain. Perilaku agresif secara online yang dilakukan secara sengaja dan berulang disebut sebagai cyberbullying. Salah satu fenomena ruang maya di era digital yang memprihatinkan adalah kasus cyberbullying. Hal tersebut dapat dialami oleh siapapun, termasuk anak-anak, remaja dan dewasa.

Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Bullying secara langsung atau tatap muka dan cyberbullying seringkali dapat terjadi secara bersamaan. Namun cyberbullying meninggalkan jejak digital – sebuah rekaman atau catatan yang dapat berguna dan memberikan bukti ketika membantu menghentikan perilaku salah ini.

Jika tidak segera diatasi, perilaku perundungan akan menjadi kebiasaan. Tidak menutup kemungkinan menjadi karakter yang menetap hingga mereka dewasa. Karena tidak dipungkiri, melakukan bullying dapat memberi “kesenangan”.

Cyberbullying membawa dampak bagi korbannya secara mental dimana anak merasa kesal, malu, bodoh, bahkan marah. Lalu dampak secara emosional di mana anak merasa kehilangan minat pada hal-hal yang disukainya. Selain itu perundungan juga dapat mempengaruhi fisik anak, mereka menjadi lelah, kurang tidur, atau mengalami gejala seperti sakit perut dan sakit kepala. Dalam kasus ekstrim, cyberbullying bahkan dapat menyebabkan seseorang mengakhiri nyawanya sendiri.

Untuk itu peran orang tua sangat penting dalam melindungi anaknya dari perilaku mem-bully maupun melindungi anak agar tidak menjadi korban bullying. Selain itu juga sebagai salah satu bentuk tanggung jawab orang tua dalam membimbing dan melindungi remaja. Bagi orang tua, upayakan untuk selalu meningkatkan kecakapan digital dalam rangka melindungi anak dari cyberbullying. Perilaku bullying pada anak dan remaja dapat dicegah dengan strategi pencegahan bullying di antaranya :

1.    Menerapkan pola asuh yang disiplin namun penuh kasih sayang.

Penerapan pola asuh dengan menggunakan hukuman kekerasan seperti memukul atau berkata-kata kasar akan terekam diingatan remaja. Hal ini membuat remaja akan cenderung lebih agresif dan meniru perilaku tersebut.

2.    Menjadi teladan di rumah bagi remaja.

Menunjukkan perilaku yang baik seperti tidak menggunakan kata-kata yang kasar saat sedang marah, tidak membicarakan keburukan orang lain, atau memprovokasi remaja untuk membalas perilaku kasar yang dilakukan temannya.

3.    Memberi penjelasan kepada anak terkait tindakan bullying, dampaknya dan hukum yang berlaku.

4.    Menjadi pendengar yang baik untuk remaja, dengan membiarkan mereka menceritakan hal-hal yang dialaminya.

Tidak serta merta menyalahkan atau menyudutkan perilaku yang dilakukannya, namun memberikan penjelasan dan solusi atas masalah yang dialami oleh remaja.

5.    Memberikan dukungan pada remaja untuk melakukan kegiatan positif.

Bantu remaja untuk memilih kegiatan yang mendukung hobinya.

6.    Mengawasi pergaulan remaja dengan teman-temannya.

Usahakan untuk mengetahui teman-teman dekat remaja yang sering menghabiskan waktu bersama.

7.    Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama remaja.

Hal ini dapat mempererat hubungan remaja dengan orang tua sehingga remaja lebih mudah untuk terbuka.

8.    Bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melakukan program pencegahan bullying baik disekolah maupun dirumah.

9.    Membina hubungan intensif antara orang tua dan guru di sekolah.

Diskusikan terkait perkembangan dan kegiatan remaja di sekolah. Hal ini mempermudah orang tua dalam melakukan pemantauan terhadap remaja selama berada di sekolah.

10.  Menerapkan pendidikan karakter di rumah, membentuk kegiatan anti bullying, atau kegiatan positif lainnya sebagai bentuk pencegahan bullying.

Tentunya dalam mengawasi remaja dalam menggunakan media sosial, orang tua perlu meng-upgrade pengetahuan terkait media digital. Tingkatkan kecakapan digital orangtua dalam rangka melindungi anakdan remaja dari cyberbullying!

 

Referensi :

Center for Lifespan Development (CLSD) (2020), Cyberbullying among adolescents in Indonesia

Buwono, S.B.S (2021). Parental monitoring increases the risk of cybervictimized college students to become cyberbullies : A study of moderation effect.

bssn.go.id unicef.org.