Selasa, 15 November 2022 11:31 WIB

Kenali TB pada Anak

Responsive image
1203
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang meliputi M. africanum, M. bovis, dan M. canetti (dan lainnya yang tidak memengaruhi manusia). Penyakit ini ditularkan melalui saluran napas kecil yang terinfeksi (sekitar 1-5 mm) dan dikeluarkan berupa droplet nuklei dari pengidap TB dan dihirup individu lain kemudian masuk sampai ke dalam alveolus melalui kontak dekat. Basil Mycobacterium tuberculosis disebarkan dari individu ke individu melalui partikel aerosol.

Droplet keluar diudara ketika orang dengan tuberkulosis sedang batuk, bersin, bicara, membuang dahak sembarangan, dan juga ketika melakukan  tindakan medis contohnya seperti bronkoskopi. Droplet nuklei mengandung    dua sampai tiga M. tuberculosis, diruangan tertutup dan lembab bakteri  tersebut  dapat  bertahan kurang  lebih  selama  satu  sampai  dua jam.

Droplet infeksius pada pasien terinfeksi berukuran kecil hingga sedang (0,65-7,5 μm) dan melewati daerah nasofaring dan trakeobronkial, sedangkan droplet yang lebih besar terperangkap di jalan napas bagian atas (orofaring) atau kelenjar getah bening servikal kemudian menetap di dalam tubuh manusia. Tanda dan gejala penyakit TB pada anak antara lain batuk, perasaan lemah dan lesu, penurunan berat badan atau kegagalan berkembang, demam, dan keringat malam.

Bayi, anak kecil, dan anak dengan gangguan sistem imun (misalnya anak dengan HIV) berisiko tinggi untuk berkembang menjadi bentuk TB yang parah seperti meningitis TB atau penyakit TB milier. Proses perkembangan penyakit TB dipengaruhi oleh dua faktor risiko yaitu factor risiko internal dan faktor risiko eksternal. Faktor risiko internal menyebabkan perkembangan infeksi menjadi penyakit TB aktif sedangkan faktor risiko eksternal memain- kan peranan dari pajanan menjadi infeksi.

Tuberkulosis paru pada anak bisa menunjukan tanda-tanda klinis yang tidak spesifik dan khas, sehingga bisa menyebabkan kesalahan diagnosis yang berpengaruh terhadap penatalaksanaan dan dapat menyebabkan perburukan keadaan seiring dengan berjalannya waktu. Beberapa anak dengan tuberkulosis paru aktif bisa saja asimtomatik, dimana keadaan ini sulit dibedakan dengan tuberkulosis laten.

Gejala utama tuberkulosis paru pada anak meliputi kelelahan, anoreksia, keringat pada malam hari, lemas, penurunan berat badan dan anak terlihat kurang aktif. Ketika infeksi bakteri semakin berkembang, anak mengalami keluhan nyeri dada, batuk, dan hemoptisis (jarang terjadi). Tanda dan gejala lain termasuk demam yang umumnya tidak tinggi (berlangsung kurang lebih selama 15 hari, dan sering muncul dimalam hari), limfadenopati, dan hepatosplenomegali. Batuk yang persisten adalah gejala utama dari tuberkulosis paru pada anak yang umum ditemukan. Sebagian anak yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis umumnya tidak menunjukan ciri serta indikasi yang berarti.

Gejala primer yang paling umum pada anak-anak adalah batuk ≥ 2 minggu dan demam ≥ 2 minggu. Dalam beberapa situasi anak-anak bisa mengalami flu-like syndrome yang pulih dalam waktu seminggu. Pada bayi karena saluran nafas berukuran kecil dapat menunjukan manifestasi klinis seperti batuk nonproduktif, dyspnea ringan, dan berat badan tidak mengalami peningkatan atau bahkan turun dalam 2 bulan terakhir.

Gambaran klinis yang ditunjukan pada pemeriksaan radiologis yaitu pembengkakan kelenjar hilus ataupun paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat,

konsolidasi segmental/lobar, efusi pleura, milier, atelectasis, kavitas, kalsifikasi dengan infiltrate, dan tuberkuloma. Pada pemeriksaan histopatologi akan menunjukan terjadinya nekrosis perkijuan dibagian tengah granuloma dan terlihat adanya sel datia langhans dan atau Mycobacterium tuberculosis.

Penyakit TB merupakan penyakit menular yang dijumpai pada segala usia termasuk anak. Anak  memiliki  risiko  yang jauh lebih  tinggi   untuk   terpajan tuberkulosis  di wilayah yang angka kejadian tuberkulosisnya cukup besar. Maka dari itu diperlukan diagnosis dini, agar pengobatan bisa masimal.

 

Referensi:

Astutik, E., Wahyuni, C. U., Manurung, I. F. E., & Ssekalembe, G. (2021). Integrated model of a family approach and local support in tuberculosis case finding efforts in people with HIV/AIDS. Kesmas: National Public Health Journal, 16(4), 250–256. https://doi.org/10.21109/kesmas.v16i4.4955

Hermayanti, D. (2013). Studi Drop Out Pengobatan Tuberkulosa (TB) di Puskesmas Kodya Malang.

Rakhmawati, F. J., Yulianti, A. B., & Widayanti, W. (2020). Angka kejadian tuberkulosis paru pada anak dengan imunisasi BCG di RSUD Al-Ihsan Bandung bulan Januari–Juni 2019. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 2(2), 114–117. https://doi.org/10.29313/jiks.v2i2.5651

Wijaya, M. S. D., Mantik, M. F. J., & Rampengan, N. H. (2021). Faktor risiko tuberkulosis pada anak. E-CliniC, 9(1), 124–133. https://doi.org/10.35790/ecl.v9i1.32117

Sumber foto: https://kupasiana.psikologiup45.com/2012/12/jangan-abaikan-batuk.html