Senin, 14 November 2022 11:42 WIB

Bahaya Stress Berlebihan

Responsive image
1299
Siti Zainab Purwanti, S.Kep, Ners  - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Sebenarnya stres tidak selalu memberikan dampak negatif karena stres juga bisa berdampak positif kepada manusia. Stres ibarat dua sisi mata uang logam, yaitu memiliki sisi baik dan sisi buruk. Stres yang memberikan dampak positif diistilahkan dengan Eustress, dan stres yang memberikan dampak negatif distilahkan dengan distress. Hasil reaksi tubuh terhadap sumber-sumber stres merupakan eustress.

Ketika eustress (stres yang berdampak baik) dialami seseorang, maka terjadilah peningkatan kinerja dan kesehatan. Sebaliknya ketika seseorang mengalami distress (stres yang berdampak buruk), maka mengkibatkan semakin buruknya kinerja, kesehatan dan timbul gangguan hubungan dengan orang lain. Stres yang bisa berdampak positif (eustress) terhadap kesehatan dan kinerja adalah pada saat stres itu tidak melebihi tingkat maksimal. Sedangkan stres yang yang berlebihan atau melebihi tingkat maksimal bisa memberikan dampak negatif (distress) terhadap kinerja dan kesehatan.

Timbulnya stres yang berdampak postif atau negative ditentukan oleh jumlah tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan yang tersedia baik secara fisik dan psikologis untuk menghadapi sumber stres. Stres merupakan pengalaman hidup yang pasti dialami oleh setiap orang. Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor psikosial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya.

Stresor psikososial, seperti perceraian dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan banyaknya kenakalan remaja, hubungan interpersonal yang tidak baik dengan teman dan sebagainya. Namun, tidak semua orang dapat beradaptasi dan mengatasi stressor akibat perubahan tersebut sehingga sehingga ada yang mengalami stres, gangguan penyesuaian diri, maupun sakit. 

Ketika seseorang mengalami stres yang berat, akan memperlihatkan tanda-tanda mudah lelah, sakit kepala, hilang nafsu, mudah lupa, bingung, gugup, kehilangan gairah seksual, kelainan pencernaan dan tekanan darah tinggi. Orang hidup tidak mungkin terhindar dari stres untuk itu kita harus dapat menyikapi dan mengelola stres dengan baik sehingga kualitas hidup kita menjadi lebih baik. Bila gangguan keseimbangan ini terjadi cukup lama akan timbul ansietas kronik. 

Sebagai faktor yang memberi distres, ia akan menimbulkan banyak keluhan, dalam keadaan akut dalam bentuk kegelisahan, dalam bentuk khronis, gangguan fisik maupun mental, kebosanan, kelelahan dan akhirnya kematian. Penatalaksanaan stres tentunya sesual sifatnya. Bila ia membebani manfaat dalam hidup ia selayaknya dinikmati. Bila ia menimbulkan distres, dalam keadaan akut, tersedia berbagai alternative untuk mengatasinya, baik terhadap stresnya sendiri maupun dampak yang ditimbulkannya.

Stress dapat dilihat dari 2 sisi yang berlawanan. Pertama, stress memberikan keuntungan bagi kita. Mengapa? Stres menjadikan kita lebih kuat dengan berusaha mencari solusi atas penyebab masalah dan stress yang sedang dihadapi. Stres juga memberikan banyak pelajaran bagi tubuh kita untuk menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapi. Kedua, stres juga bisa berbahaya, karena paparan respons stres yang berulang-ulang pada tubuh kita telah terbukti menyebabkan masalah kesehatan fisik dan psikologis yang bertahan lama, seperti kecemasan dan depresi.

Dalam keadaan kronis, gangguan yang timbul tentunya harus dihadapi dengan pengobatan. Di sini peran kerja sama dari berbagai bidang kedokteran perlu bila gangguan bersifat onganik. Penting justru peran psiklatri dalam menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Dalam menghadapi gangguan psikiatrik mural terdapat pilihan cara menghadapi dan farmakoterapi hingga kepada psikoterapi.

 

Referensi:

M. (2016). Stres dan cara mengatasinya dalam perspektif psikologi. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 183. https://doi.org/10.22373/je.v2i2.815

Lumban Gaol, N. T. (2016). Teori stres: Stimulus, respons, dan transaksional. Buletin Psikologi, 24(1), 1. https://doi.org/10.22146/bpsi.11224

Nur, L., & Mugi, H. (2021). Tinjauan literatur mengenai stres dalam organisasi. Jurnal Ilmu Manajemen, 18(1), 20–30. Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/jim/article/view/39339/15281

Sukadiyanto. (2019). Stress dan cara mengatasinya. Cakrawala Pendidikan, 29(1), 55–66. Retrieved from https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjUzcyEvdH4AhWuUWwGHWW_C08QFnoECAcQAQ&url=https%3A%2F%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F82176-none-436d0808.pdf&usg=AOvVaw3tG9lyNsxJJPSYC0Uco2zL

Sumber Gambar :  Shutterstock