Jumat, 04 November 2022 11:13 WIB

Pencegahan Penyakit Asma

Responsive image
2172
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Upaya pencegahan asma anak mencakup pencegahan dini sensitisasi terhadap alergen sejak masa fetus, pencegahan manifestasi asma bronkial pada pasien penyakit atopi yang belum menderita asma, serta pencegahan serangan dan eksaserbasi asma. Kontrol lingkungan merupakan upaya pencegahan untuk menghindari pajanan alergen dan polutan, baik untuk mencegah sensitisasi maupun penghindaran pencetus. Para peneliti umumnya menyatakan bahwa alergen utama yang harus dihindari adalah tungau debu rumah, kecoak, bulu hewan peliharaan terutama kucing, spora jamur, dan serbuk sari bunga. Polutan harus dihindari adalah asap tembakau sehingga mutlak dilarang merokok dalam rumah. Polutan yang telah diidentifikasi berhubungan dengan eksaserbasi asma adalah asap kendaraan, kayu bakar, ozon, dan SO2.

Penghindaran maksimal harus dilakukan di tempat anak biasa berada, terutama kamar tidur dan tempat bermain sehari-hari. Untuk Indonesia, walaupun belum ada data yang menyokong, agaknya kita harus menghindari obat nyamuk dan asap lampu minyak. Beberapa klinik telah melakukan upaya pencegahan sensitisasi terhadap fetus dan bayi, antara lain dengan memberikan diet hipo dan non alergenik serta penghindaran asap rokok.

Walaupun secara teoritis pemberian diet hipoalergenik pada masa trimester ketiga kehamilan sangat menarik, ternyata bukti klinis penelitian tersebut tidaklah menggembirakan. Tidak terlihat perbedaan kejadian penyakit alergi pada umur 5 tahun antara kelompok perlakuan dan kelola. Hasil lebih baik justru akan terlihat pada bayi yang mendapat ASI dari ibu dengan diet hipoalergenik pada masa laktasi. Sebaliknya terbukti bahwa ibu perokok akan membahayakan perkembangan paru bayi baik dilakukan pada masa sebelum maupun setelah kelahiran, yang berpengaruh terhadap peningkatan risiko terjadinya mengi dan infeksi virus serta asma kronik anak.

Berdasarkan pengetahuan dasar tentang proses sensitisasi dan allergic march maka upaya pencegahan asma dilakukan juga dengan mencegah dan menghambat perjalanan alamiah penyakit alergi. Upaya tersebut antara lain adalah dengan mencegah timbulnya suatu penyakit alergi (asma) pada anak yang telah tersensitisasi. Suatu uji klinis multisenter ETAC (early treatment of the atopic child) telah menunjukkan manfaat setirizin untuk menghambat timbulnya asma pada anak kecil penderita dermatitis atopi yang sudah tersensitisasi terhadap alergen tertentu tetapi belum menderita asma. Untuk anak yang sudah menderita asma dilakukan pengobatan pencegahan dan kontrol asma yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan, atau menurunkan kekerapan serta derajat serangan asma, dengan pemberian sodium kromolin, ketotifen, inhibitor dan antagonis leukotrien, serta kortikosteroid.

Sodium kromolin sulit diaplikasi pada anak kecil, sedangkan inhibitor serta antagonis leukotrien baru dianjurkan untuk anak besar (>12 tahun) saja. Ketotifen sejauh ini memberikan efek profilaksis terutama untuk asma ringan. Berbagai jenis antihistamin generasi baru mungkin dapat bermanfaat pula sebagai pencegah asma tetapi uji klinis yang memadai untuk itu belum ada. Sejauh ini kortikosteroid merupakan antiinflamasi terpilih yang paling efektif untuk pencegahan asma. Pemberian kortikosteroid inhalasi dapat mengontrol

asma kronik dengan baik, walaupun pada anak kecil relatif lebih sulit dilakukan sehingga membutuhkan alat bantu inhalasi.

Jika Anda kebetulan mengidap asma atau hidup dengan asma sejak lama, jangan cemas dengan kondisi ini karena asma merupakan penyakit yang dapat dicegah kekambuhannya dengan cara:

1. Mengenali dan menghindari pemicu asma.

2. Mengikuti rencana penanganan asma yang dibuat bersama dokter.

3. Mengenali serangan asma dan melakukan langkah pengobatan yang tepat.

4. Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.

5. Memonitor kondisi saluran napas.

Segera konsultasikan kepada dokter Jika penggunaan inhaler pereda asma reaksi cepat makin meningkat, agar rencana penanganan asma Anda disesuaikan kembali. Selain itu, disarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia secara teratur untuk mencegah memburuknya penyakit asma yang disebabkan kedua penyakit tersebut.

 

Referensi:

Akib, A. A. (2016). Asma pada anak. Sari Pediatri, 4(2), 78. https://doi.org/10.14238/sp4.2.2002.78-82

Ariyani, Untari, E. K., & Rizkifani, S. (2019). Gambaran karakteristik pasien asma pada anak di instalasi rawat inap rumah sakit di kota Pontianak. Jurnal Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpurta, 12(1), 19–23. Retrieved from https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfarmasi/article/download/44359/75676588015

Imaniar, E. (2015). Asma bronkial pada anak. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2, 360–364. Retrieved from https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfarmasi/article/download/44359/75676588015

Sumber foto: https://www.hmetro.com.my/sihat/2019/04/444454/atasi-gejala-asma