Senin, 31 Oktober 2022 12:54 WIB

Fraktur Terbuka

Responsive image
9203
dr. Hasmeinda Marindratama, SpOT - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Fraktur terbuka adalah salah satu kegawatdaruratan dalam ortopedi ditandai dengan hilangnya kontinuitas tulang, adanya luka terbuka, serta tulang terpapar dengan lingkungan luar sehingga memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi. Luka terbuka disebabkan oleh serpihan tulang yang menembus kulit saat cedera. Fraktur terbuka terjadi secara sekunder akibat trauma. Mereka paling sering terjadi sebagai cedera energi tinggi, tetapi juga bisa menjadi akibat dari trauma kecepatan rendah ketika ujung tajam dari fragmen fraktur menembus kulit dan jaringan lunak. Fraktur terbuka berenergi tinggi sering dikaitkan dengan kondisi lain yang mengancam jiwa akibat poli-trauma dan menimbulkan risiko lain seperti cedera neurovaskular, penghancuran jaringan lunak, kontaminasi luka, dan pengelupasan kulit yang membuatnya lebih mungkin mengalami komplikasi.

Diagnosis fraktur terbuka didapatkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan awal (survei primer dan sekunder) dan pemeriksaan status lokalis, serta pemeriksaan penunjang radiologi menggunakan prinsip Rule of Two. Fokus awal harus pada penilaian status jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien, dan tindakan resusitasi harus diterapkan jika diperlukan. Setelah pasien telah stabil, fraktur terbuka harus ditangani secara darurat. Cedera ini berhubungan dengan gejala nyeri, deformitas, pembengkakan, dan luka yang mungkin berdarah. Perlu dicatat bahwa luka mungkin tidak terletak langsung di atas lokasi fraktur. Pergerakan dan status neurovaskular dari semua anggota tubuh yang terlibat harus dinilai untuk memastikan apakah ada kemungkinan cedera saraf atau vaskular yang terkait dengan fraktur.

Luka harus diperiksa secara menyeluruh dan dikarakterisasi menurut sistem klasifikasi Gustilo-Anderson untuk fraktur terbuka karena ini akan menentukan perawatan awal. Fraktur terbuka Gustilo-Anderson tipe I adalah cedera energi rendah dengan luka kurang dari 1 cm dengan kerusakan jaringan lunak minimal. Fraktur tipe II adalah cedera energi rendah sampai sedang dengan luka yang lebih besar dari 1 cm dengan kerusakan jaringan lunak dan otot sedang. Fraktur tipe III adalah cedera kecepatan tinggi yang memiliki luka lebih dari 10 cm. Cedera tipe IIIa memiliki kerusakan jaringan lunak yang parah, tipe IIIb memiliki kehilangan cakupan jaringan yang signifikan, dan tipe IIIc memiliki kehilangan jaringan yang signifikan dengan cedera vaskular yang terkait.

 

Referensi:

Blom A, Warwick D, Whitehouse MR. Apley & Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma. 10th ed. New York: CRC press; 2018. p.692-694, 706-724.

Schaller, Thomas M. Open Fractures. Medscape, 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview

Simpson AHRW, Tsang STJ. Non-union after plate fixation. Injury. 2018 Jun;49 Suppl 1:S78-S82.

Sop JL, Sop A. Open Fracture Management. [Updated 2021 Aug 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448083/

Sumber gambar:

https://www.dictio.id/uploads/db3342/original/3X/b/9/b9421a1df830a2f7079f308e001e9ea7d4a4a04a.jpg