Senin, 31 Oktober 2022 12:42 WIB

Baker Cyst

Responsive image
3466
dr. Dimas Prasetyo Adi P., SpOT - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Kista poplitea merupakan lesi kista yang sering terjadi di sekitar sendi lutut. Baker cyst merupakan sebutan dari kista poplitea yang terbentuk akibat distensi dari bursa gastrocnemio-semimembranosus di aspek medial fossa poplitea. Kista ganglion dapat terbentuk akibat kebocoran cairan melalui robekan meniskus di medial atau horizontal sehingga terbentuk dinding jaringan ikat fibrous (Herman dan Marzo, 2014).

Kapsul posterior yang membuka pada sisi medial dan caput media dari gastrocnemius dapat terjadi pada 40-54% lutut dewasa normal berdasarkan penelitian pada kadaver. Pewarnaan radioopak diinjeksikan pada kista poplitea untuk mengonfirmasi bahwa cairan tersebut berasal dari lutut ketika tidak terjadi aliran balik. Secara histologis, dinding dari kista berasal dari jaringan sinovial dengan fokus fibrosis dan inflamasi kronis non spesifik. Fibrin dapat meningkatkan ketebalan dari dinding kista. Susunan histologi tersebut ditemukan sama baik pada kista simtomatik dan nonsimtomatik (Frush dan Noyes, 2015).

Baker cyst termasuk kasus yang jarang terjadi. Insidensinya hanya mencapai 2,4% berdasarkan deteksi dari populasi. Kasus ini dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. Bahkan pada anak-anak baker cyst terjadi kurang dari 1% (Mansour et al., 2021).

Pada pemeriksaan keluhan kista poplitea dipengaruhi oleh ukuran dari kista. Keluhan berhubungan dengan rasa gatal, kaku dan nyeri baik pada posterior atau posteromedial lutut. Pembengkakan dan gatal pada poplitea merupakan keluhan yang paling sering muncul pada pasien dengan baker cyst. Secara fungsional, pada pemeriksaan dapat ditemukan adanya gangguan ROM lutut pada gerakan fleksi. Pada pemeriksaan palpasi, kista seringkali keras saat lutut diekstensikan tetapi lunak saat lutut fleksi. Fenomena tersebut merupakan Foucher sign yang terjadi akibat kompresi kista antara caput media gastrocnemius dan semimembranosus selama ekstensi lutut. Pada kista yang simtomatik tatalaksana dimulai dengan nonoperatif minimal selama 6 minggu kecuali pada lesi kompresi neural atau lesi vaskular. Rehabilitasi diperlukan untuk menjaga fleksibilitas lutut bersama dengan injeksi kortikosteroid untuk mengurangi ukuran kista. Selanjutnya operasi eksisi dari baker cyst merupakan tatalaksana utama pada kasus ini walaupun tingkat rekurensinya mencapai 63% (Frush dan Noyes, 2015).

 

Referensi:

Frush TJ dan Noyes FR (2015). Baker’s Cyst. Sports Health: A Multidisciplinary Approach, 7(4), hal.: 359–365. doi: 10.1177/1941738113520130.

Herman AM dan Marzo JM (2014). Popliteal cysts: A current review. Orthopedics, 37(8), hal.: 678–684. doi: 10.3928/01477447-20140728-52.

Mansour MA, Shehata MA, Shalaby MM, Arafa MA dan Almetaher HA (2021). Baker’s cyst in children: conservative management versus surgical excision according to clinical and imaging criteria. Annals of Pediatric Surgery, 17(1), hal.: 1–5. doi: 10.1186/s43159-021-00071-1.

Sumber gambar:

https://ssl.adam.com/graphics/images/en/19646.jpg

https://www.scienceopen.com/document_file/c1217a25-7052-4805-b841-6a8c8b69346a/PubMedCentral/large.png