Senin, 31 Oktober 2022 11:52 WIB

Aneurisma

Responsive image
7288
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Aneurisma otak adalah kondisi di mana terjadi penggelembungan pembuluh darah di otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah di suatu titik tertentu. Aneurisma otak disebut juga aneurisma serebral. Aneurisma otak merupakan aneurisma yang paling sering terjadi selain aneurisma pada pembuluh darah aorta pars abdominal. Jika aneurisma pada otak pecah, hal tersebut bisa menyebabkan hal yang lebih buruk, seperti kerusakan otak, stroke hemoragik, koma, dan kematian. Ada 3 (tiga) jenis aneurisma otak yaitu : berry (sakular), fusiform, mikotik berry aneurisma adalah tipe yang paling umum dijumpai, lebih sering terjadi pada orang dewasa. Ukurannya dapat berkisar dari beberapa milimeter hingga lebih dari 2 (dua) sentimeter. Riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma. Kondisi yang mencederai atau melemahkan dinding pembuluh darah, termasuk arteriosklerosis, trauma atau infeksi, juga dapat menyebabkan aneurisma otak. Faktor risiko lainnya termasuk penyakit ginjal polikistik, penyempitan aorta dan endokarditis. Jika terjadi ruptur aneurisma akan menyebabkan terjadi SAH (subarachnoid hemorrhage). SAH adalah perdarahan dirongga subarachnoid. Seperti jenis aneurisma lainnya, aneurisma otak mungkin tidak memiliki gejala apa pun, atau mungkin timbul gejala yang timbul bisa berupa sakit kepala yang parah hingga penurunan kesadaran.

Penyebab Aneurisma Otak

Penyebab melemahnya dinding pembuluh darah di otak ini belum bisa dipastikan. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma otak, yaitu :

1.      Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).

2.      Berusia lebih dari 40 tahun.

3.      Berjenis kelamin perempuan, terutama yang sudah menopause.

4.      Memiliki riwayat cedera kepala.

5.      Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

6.      Menggunakan narkoba, terutama kokain.

7.      Memiliki kebiasaan merokok.

8.      Memiliki keluarga dengan aneurisma otak.

Selain faktor-faktor tersebut, ada beberapa penyakit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma otak, yaitu :

1.      Penyakit ginjal polikistik

2.      Koartasio aorta

3.      Malformasi arteri-vena

4.      Sindrom Ehlers-Danlos

5.      Sindrom Marfan

Gejala Aneurisma Otak

Aneurisma otak yang masih berukuran kecil dan belum pecah sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, seiring ukuran aneurisma membesar, penderita bisa mengalami berbagai keluhan, seperti :

1.      Nyeri di sekitar mata.

2.      Mati rasa di salah satu sisi wajah.

3.      Pusing dan sakit kepala.

4.      Kesulitan berbicara

5.      Gangguan keseimbangan

6.      Sulit berkonsenstrasi

7.      Penurunan daya ingat.

8.      Gangguan penglihatan

Aneurisma otak yang makin membesar bisa pecah dan menimbulkan perdarahan di otak. Gejala pecahnya aneurisma otak dapat berupa :

1.      Sakit kepala parah.

2.      Pandangan kabur atau penglihatan ganda.

3.      Mual dan muntah.

4.      Lemah atau lumpuh di salah satu sisi tubuh atau tungkai.

5.      Sulit berbicara

6.      Sulit berjalan

7.      Kelopak mata turun (ptosis)

8.      Kejang

9.      Penurunan kesadaran

Pemeriksaan Aneurisma Otak

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan meminta pasien untuk menjalani beberapa pemeriksaan penunjang, seperti :

1.      Pemindaian

Beberapa jenis pemindaian yang bisa dilakukan pada penderita aneurisma otak adalah :

a.      MRI, untuk melihat dan mendeteksi aneurisma otak yang belum pecah.

b.      CT scan, untuk melihat kondisi perdarahan di otak akibat pecah atau bocornya aneurisma otak.

c.      Angiografi otak dengan CT scan (CTA) atau MRI (MRA), untuk melihat kelainan di pembuluh darah otak, termasuk mendeteksi aneurisma otak.

2.      Pemeriksaan Cairan Serebrospinal

Jika dicurigai terjadi perdarahan subarachnoid, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan cairan serebrospinal, yaitu cairan yang menyelubungi otak dan saraf tulang belakang. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya perdarahan di otak.

Pemeriksaan cairan serebrospinal biasanya dilakukan jika pasien mengalami gejala pecahnya aneurisma otak, tetapi hasil pemindaian CT scan tidak menunjukkan adanya perdarahan di otak.

Pencegahan Aneurisma Otak

Aneurisma otak bisa dicegah dengan menjalani kontrol secara rutin jika menderita penyakit yang meningkatkan risiko terjadinya aneurisma otak, seperti hipertensi. Selain itu, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah aneurisma otak, seperti :

1.      Berhenti merokok

2.      Tidak menggunakan narkoba.

3.      Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

4.      Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

5.      Berolahraga secara rutin.

6.      Menjaga berat badan ideal.

 

Referensi :

Cahyo Laksono. 2021. Aneurisma Otak : Pembuluh Darah ‘Bengkak’ yang Mudah Pecah. Jurnal Kesehatan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Toth, G. & Cerejo, R. 2018. Intracranial Aneurysms : Review of Current Science and Management. Vascular Medicine, 23(3), pp. 276-88.

Yousef, K. et al. 2018. Vasopressor Infusion After Subarachnoid Hemorrhage Does Not Increase Regional Cerebral Tissue Oxygenation. The Journal of Neuroscience Nursing : Journal of the American Association of Neuroscience Nurses, 50(4), pp. 225.

Dong, W. et al. 2017. Lumbar Drainage of Cerebrospinal Fluid for Aneurysmal Subarachnoid Haemorrhage. Cochrane Library, 2017(2), pp. CD010091.

National Institutes of Health. 2022. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Cerebral Aneurysms Fact Sheet.

Cleveland Clinic. 2020. Disease & Conditions. Brain Aneurysm.

Mayo Clinic. 2022. Diseases & Conditions. Brain Aneurysm.

Macon, B. & Seladi-Schulman, J. Healthline. 2021. What is a Brain Aneurysm?