Senin, 31 Oktober 2022 09:55 WIB

Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS)

Responsive image
2367
dr. Muhammad Abdulhamid - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Adolescent idiopathic scoliosis (AIS) adalah deformitas tulang belakang tiga dimensi (3D) dengan fitur berupa hipokifosis sagital kompleks, kurvatura koronal, dan rotasi vertebra aksial yang berkembang pada usia 10 hingga 18 tahun dimana penyebab pastinya tidak diketahui (Kelly et al., 2018). AIS merupakan bentuk skoliosis paling umum dibanding jenis skoliosis lainnya (Weinstein, 2019).

Diagnosis AIS dibuat dengan mengeksklusikan semua penyebab skoliosis lainnya (Weinstein, 2019). Deformitas rotasi diketahui melalui Adams forward bend test, dengan menggunkan skoliometer (Miller & Thompson, 2019). Evaluasi suspek AIS harus dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang rinci dilanjutkan dengan pemeriksaan radiologi (Kelly et al., 2018).

1.      Anamnesis

Pada anamnesis, gali riwayat keluarga dengan skoliosis, abnormalitas selama kehamilan atau persalinan, dan milestone perkembangan awal. Deformitas biasanya merupakan gejala utama yang muncul berupa tulang belakang yang tampak miring atau deformitas rotasi costa (rib hump), dan penonjolan asimetris dari salah satu pelvis pada kurva torakolumbalis (Blom et al., 2018; Miller & Thompson, 2019).

2.      Pemeriksaan Fisik

Tulang belakang dapat tampak jelas berdeviasi dari midline atau mungkin hanya akan menjadi jelas ketika pasien membungkuk ke depan (tes Adams). Level dan direksi kecembungan kurva mayor harus dicatat. Temuan deviasi vertebra umumnya akan diikuti dengan pelvis yang menonjol di sisi cekung dan skapula yang menonjol di sisi cembung. Payudara dan bahu juga mungkin tampak asimetris. Pada skoliosis toraks, rotasi menyebabkan sudut costa menonjol sehingga menghasilkan punuk costa (rib hump) yang asimetris pada sisi cembung kurva (Blom et al., 2018).

3.      Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan yang dilakukan pada foto polos PA adalah pengukuran kurva dengan metode Cobb, penentuan grade Risser’s sign, dan klasifikasi tipe kurva skoliosis (Blom et al., 2018; Miller & Thompson, 2019).

Tujuan tatalaksana AIS adalah mencegah deformitas ringan menjadi parah serta mengoreksi kelainan bentuk yang ada yang tidak dapat diterima oleh pasien (Blom et al., 2018).

1.      Non Operatif

SRS merekomendasikan observasi pada pasien skeletal imatur dengan kurva kurang dari 25 derajat atau pada pasien skeletal imatur dengan Risser stage 2 atau lebih dan kurva kurang dari 45 derajat (Miller & Thompson, 2019). Bracing telah digunakan selama bertahun-tahun dalam perawatan kurva skoliosis progresif antara 20-30 derajat atau pada beberapa literatur lainnya, pada kurva dengan 25-45 derajat (Kelly et al., 2018). Keberhasilan penggunaan brace ditentukan oleh kepatuhan dan “dose related” yang artinya semakin lama brace dipakai setiap hari, semakin efektif hasil yang diberikan. Agar efektif, brace harus dipakai lebih dari 20 jam (Blom et al., 2018; Kelly et al., 2018).

2.      Operatif

Pembedahan diindikasikan bagi kurva yang diperkirakan lebih dari 50 derajat saat maturitas pada pasien yang sedang tumbuh atau pasien yang memiliki kelengkungan kurva yang besar sehingga tidak dapat diterima secara kosmetik. Tujuan pembedahan pada skoliosis adalah untuk menghentikan perkembangan deformitas, mengembalikan kontur tulang belakang yang normal dengan instrumentasi, dan mengarthrode seluruh kurva primer dengan graft tulang.

a.      Instrumentasi posterior

Tulang belakang diinstrumentasi secara segmental dari posterior dengan screw pedikel dan hook yang dihubungkan ke batang pra-kontur untuk memperbaiki deformitas melalui cakram mobile.

b.      Intrumentasi Anterior

Operasi anterior adalah pilihan lain di mana cakram direseksi dan screw ditempatkan ke dalam corpus vertebra, diluruskan dengan penambahan batang.

 

Referensi :

Blom, A., Warwick, D., Whitehouse, M., & Solomon, L. (Eds.). (2018). Apley & Solomon’s system of orthopaedics and trauma (Tenth edition). CRC Press.

Kelly, J. J., Shah, N. V., Freetly, T. J., Dekis, J. C., Hariri, O. K., Walker, S. E., Borrelli, J., Post, N. H., Diebo, B. G., Urban, W. P., & Paulino, C. B. (2018). Treatment of adolescent idiopathic scoliosis and evaluation of the adolescent patient. Current Orthopaedic Practice, 29(5), 424–429. https://doi.org/10.1097/BCO.0000000000000675

Miller, M. D., & Thompson, S. R. (Eds.). (2019). Miller’s review of orthopaedics (8th ed.). Elsevier.

Weinstein, S. L. (2019). The Natural History of Adolescent Idiopathic Scoliosis. Journal of Pediatric Orthopaedics, 39, S44. https://doi.org/10.1097/BPO.0000000000001350

Sumber gambar : https://www.google.com/a-Adolescent-idiopathic-scoliosis-Lenke-1-curve-with-clinical-photo-shows-the-right_fig2_344219193