Selasa, 18 Oktober 2022 16:35 WIB

Pengaruh Bonding Orangtua Terhadap Kemandirian Anak

Responsive image
2424
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Lingkungan menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Lingkungan yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik. Sebaliknya, lingkungan yang buruk dapat memberikan pengaruh yang buruk. Lingkungan bagi anak antara lain adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan pilar yang utama pada perkembangan anak usia dini dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia agar berkembang baik dalam beretika, moral, dan akhlaknya. Peran keluarga sangat penting dalam proses perkembangan anak salah satunya ialah fungsi sosialisasi. Sosialisasi dalam keluarga akan membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap, tingkah laku, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Interaksi antara anak dengan orangtua menjadi penting karena hal tersebutlah yang mendasari awal perkembangan sosial anak. interaksi-interaksi tersebut merupakan proses bonding orangtua untuk membangun attachment atau kelekatan kepada anak. Hubungan keluarga yang erat memberikan pengaruh lebih besar pada anak daripada pengaruh social-sosial lainnya.

Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa bonding merupakan, “Interaksi orangtua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir”. Bonding berkembang sejak anak itu lahir sampai beberapa tahun kemudian dan memberikan dampak terhadap perkembangan anak selanjutnya”. Dalam pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa perlakuan yang diberikan oleh orangtua kepada anak berupa pemberian kasih sayang, perlindungan dan afeksi yang sesuai dengan kebutuhan bayi akan terbentuk bonding yang optimal. Apabila bonding yang dilakukan oleh orangtua optimal maka anak akan membentuk attachment (kelekatan) dengan orangtuanya.

Dalam sebuah teori ekologi yang dikembangkan yang fokus utamanya pada konteks sosial, dimana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak. Maka dapat dipahami bahwa attachment dibangun oleh orang yang ada dilingkungan sekitarnya. Hubungan tersebut terjalin dengan orang yang penting bagi kehidupan anak untuk ketahap perkembangan sosial yang lebih luas. Kelekatan pada anak yang muncul karena perilaku orangtua dibentuk berdasarkan bonding.

Perilaku attachment yaitu perilaku anak-anak untuk mendapatkan perhatian atau untuk tetap dekat dengan orangtua atau pengasuh ketika anak merasa lelah, tidak enak badan, dan takut. Selain itu juga dalam penelitian lainnya juga menjelaskan bahwa 29% anak usia batita mampu membentuk kelekatan dengan beberapa tokoh yang berperan dalam kehidupan mereka dan anak usia sekitar 18 bulan, 87% anak usia batita telah berhasil membentuk kelekatan multipel dan sepertiga dari jumlah tersebut membentuk kelekatan dengan 5 (lima) atau lebih tokoh yang berperan dalam kehidupan anak. Dari penelitian tersebut dapat dipahami bahwa bonding terjadi pada anak sebelum usia tiga tahun. Bonding yang dilakukan diawal kehidupan anak dan dilakukan secara optimal akan membentuk kelekatan yang aman (secure attachment) dengan orangtuanya sehingga menimbulkan perasaan aman dalam diri mereka sehingga dikatakan memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosi, sosial, dan kognitif anak selanjutnya. Sebaliknya apabila pada awal kehidupan anak bonding yang dilakukan tidak optimal maka kelekatan yang terjalin menjadi kelekatan yang tidak aman (insecure attachment). Maka dari itu bonding berperan penting dalam pembentukan kelekatan antara orangtua dengan anak yang akan menjadi dasar dalam sebuah hubungan hingga anak itu dewasa. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa bonding ialah interaksi orangtua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir sampai beberapa tahun kemudian. Sedangkan attachment adalah hubungan yang dihasilkan dari bonding yaitu kecenderungan anak untuk tetap berada didekat ibunya atau pengasuh utamanya. Orangtua membangun attachment dengan anak melalui proses bonding. Cepat atau lambatnya attachment itu terbentuk tergantung dengan bagaimana kualitas bonding yang diberikan.

Setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lain. Tugas orangtua adalah mengawasi perkembangan anaknya agar orangtua dapat mengetahui setiap perkembangan yang anak capai. Perkembangan yang dicapai anak merupakan hasil dari pemberian rangsangan atau stimulus yang telah di lakukan orangtua. Adapun perkembangan anak terdiri dari enam aspek perkembangan yaitu perkembangan nilai agama dan moral, perkembangan fisik motorik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional dan perkembangan seni.

Kita ketahui dari ulasan di atas bahwa proses bonding merupakan hal yang tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Melainkan butuh proses yang lama. Seiring terjalinnya bonding munculah factor-faktor yang mempengaruhi proses bonding tersebut. Faktor-faktor tersebut beberapa penelitian dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal terdiri dari :

1.     Bagaimana bayi diasuh oleh orangtua.

Ketika sang anak diasuh oleh ayah atau ibu yang pernah diasuh oleh orangtuanya dengan cara yang keras atau sering diberikan hukuman jika ada kesalahan sedikit, maka kemungkinan anak akan dididik dengan cara yang sama seperti bagaimana mereka dididik.

2.     Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri.

Beberapa masyarakat mempercayai bahwa ibu dan bayinya yang baru lahir tidaklah bersih dan diisolasi dari ayahnya selama waktu yang telah ditetapkan, hal tersebut akan menyulitkan terbentuknya ikatan batin dengan sang ayah.Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri.

3.     Nilai-nilai kehidupan.

Kepercayaan dan nilai-nilai dalam kehidupan dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam agama islam bayi yang baru lahir sesegera mungkin di adzankan oleh sang ayah. Keadaan ini memberikan kesempatan ayah untuk mencoba menggendong bayi pertama kalinya dan bayi mendengarkan suara sang ayah. Hal tersebut akan membentuk proses bonding antara anak dengan ayahnya.

4.     Hubungan antar sesama.

Hubungan antar sesama dapat memberikan pengalaman secara tidak langsung. Seperti contohnya ayah bisa belajar dari pengalaman temannya yang sudah memiliki anak terlebih dahulu tentang bagaimana temannya tersebut bersikap kepada anaknya. Apabila sang ayah mempunyai hubungan dalam lingkungan yang harmonis, mudah bersosialisasi, hal ini akan menciptakan respon yang positif terhadap ayah dan anaknya.

5.     Riwayat kehamilan sebelumnya.

Apabila pada kehamilan terdahulu ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti abortus, plasenta previa, akan membuat ayah atau ibu maupun keluarga sangat menjaga dan melindungi bayi dengan sebaiknya.

Faktor eksternal terdiri dari :

1.     Keinginan menjadi orangtua yang telah diimpikan.

Pasangan suami istri yang telah mendambakan dikaruniai anak tentulah akan merespon dengan bahagia. Perhatian penuh akan diberikan sejak anak dikandungan. Perhatian dari suami dan keluarga akan menciptakan perasaan bahagia dan bangga akan perannya sebagai seorang ibu.

2.     Sikap dan perilaku pengunjung.

Ketika pengunjung memberikan ucapan serta pujian atas kelahiran anaknya. Hal tersebut akan memberikan orangtua perasaan bahagia atas kehadiran anaknya tersebut.

Selain faktor internal dan faktor eksternal yang telah dijelaskan di atas dari beberapa penelitian, juga dijelaskan dalam penelitian yang lainnya, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi bonding attachment yaitu :

1.     Kesehatan emosional orangtua.

Orangtua yang mengharapkan kehadiran sang anak memiliki respon emosi yang berbeda dengan orangtua yang tidak mengharapkan sang anak. respon emosi yang positif akan membantu tercapainya proses bonding.

2.     Tingkat kemampuan komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.

Semakin terampil orangtua dalam merawat anak maka akan semakin mudah pula bonding attachment terwujud.

3.     Dukungan sosial

Dukungan sosial dari orang-orang terdekat seperti keluarga, pasangan atau teman akan memberikan dorongan positif kepada ibu untuk untuk memberikan kasih sayang kepada anaknya.

4.     Kedekatan orangtua dengan anak.

Program inisiasi menyusui dini akan membentuk kedekatan antara orangtua dan anak dapat terjalin dan menjadikan ikatan batin terwujud diantara keduanya.

5.     Kesesuaian antara orangtua dan anak.

Anak akan lebih mudah diterima oleh keluarganya apabila anak terlahir dalam keadaan sehat dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam beberapa ulasan di atas keterkaitan bonding orangtua berpengaruh terhadap kemandirian anak, kemungkinan kecil hal tersebut terjadi, dijelaskan dalam sebuah penelitian bahwa kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk melepaskan dirinya dengan proses mencari identitas ego yaitu perkembangan kearah individualitas yang mantap untuk berdiri sendiri. Dalam penelitian lainnya pun juga menyatakan Kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk memutuskan suatu pilihan dan menerima konsekuensi atau pilihannya tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah sikap seseorang yang diperoleh secara bertahap selama masa perkembangannya dimana orang tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang lain sehingga ia akan dapat berpikir dan betindak sendiri.

Sementara dalam penelitian yang lainnya dijelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan mandiri dapat dilihat dari indicator-indikator tingkat pencapaian kemandirian anak. Indikator merupakan pedoman atau acuan dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak. Indikator kemandirian anak terdiri dari tujuh indikator yaitu kemampuan fisik, percaya diri, beranggung jawab, disiplin, pandai bergaul, saling berbagi, mengendalikan emosi.

Sementara dengan kata lain bonding adalah interaksi antara orangtua dengan anak secara nyata di awal kehidupannya. Bonding dilakukan agar anak memiliki kelekatan dengan orangtuanya. Apabila bonding dilakukan dengan optimal maka akan terbentuk hubungan kelekatan aman (secure attachment) begitupun sebaliknya apabila bonding tidak dilakukan secara optimal maka hubungan yang terbentuk adalah kelekatan tidak aman (insecure attachment). Proses membentuk bonding dilakukan dengan memberikan perlakuan kepada anak. Perlakuan bonding orangtua kepada anak terdiri dari dimensi positive, conflicts, dan dependence. Dimensi positive menggambarkan perlakuan cinta dan kasih sayang antara orangtua dengan anak. Perlakuan tersebut yang akan membentuk dimensi positif. Pada dimensi ini anak lebih memperlihatkan tidak mau ditinggal oleh orangtuanya dan merasa tidak aman jika jauh dari orangtuanya. Dimensi conflicts menggambarkan permasalahan yang terjadi antara orangtua dengan anak. Permasalahan tersebut yang dapat memunculkan bonding yang negatif. Pada dimensi ini terlihat ketika anak merasa berusaha sendiri dan selalu tidak mau dibantu oleh orangtuanya. Dimensi dependence merupakan proses untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan anak terhadap orangtuanya. Pada dimensi ini anak cenderung merasa ketergantungan atau anak sering meminta bantuan terhadap orang lain dalam segala hal. Ketiga perlakuan tersebut memberikan dampak kepada perkembangan anak. Serta membentuk karakter anak salah satunya kemandirian anak. Kemandirian anak dapat diukur dengan melihat indikator kemandirian anak. Indikator tersebut terdiri dari kemampuan fisik, percaya diri, beranggung jawab, disiplin, pandai bergaul, saling berbagi, dan mengendalikan emosi. Maka dapat dikatakan dengan dilakukannya bonding antara orangtua dengan anak melalui pemberian perlakuan baik itu pada dimensi positive, conflicts dan dependence akan membentuk attachment (kelekatan) antara anak dengan orangtua sehingga akan memberikan dampak terhadap perkembangan kemandirian anak.

 

Referensi :

Atik Latifah. Peran Lingkungan dan Pola Asuh Orangtua Terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal (JAPRA), 3.2 (2020), 101-12.

Elizabeth B. Hurock. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Juliana Sembiring. 2017. Asuhan Neonates, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Budi Utama.

Novan Ardy Wiyani. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Tjhin Wiguna. 2016. The Importance of Parent - Infant Bonding towards Infant Mood Regulation. Sari Pediatri, 17.6.

Leny Vernita. 2018. Pengaruh Bonding Orangtua Terhadap Kemandirian Anak Usia 5-6 Tahun di Banjarsari Tahun Ajaran 2017/2018. 227-49.h.20.

Siti Rahayu Haditono F.J. Monks, Knoers. 2006. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University. h.79

Susilo Rini dan Feti Kumala. 2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice. Yogyakarta : Deep Publish.

Triani Yuliastanti. 2013. Keberhasilan Bonding Attachment. Kebidanan, V. No 2, h.10.

Mita Virginia. 2021. Hubungan Bonding Orangtua dan Attachment terhadap Kemandiran Anak di RA Al-Mursyidiyyah. Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakutlas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.