Senin, 17 Oktober 2022 15:18 WIB

Konsep Bermain dan Mainan Anak dalam Perpustakaan Rumah Sakit

Responsive image
386
Nyimas Sri Wahyuni, M.Kep,SP,Kep.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang withering tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir" (Rahayuningsih,2007)

Mainan Anak

Anak dan dewasa bukanlah satu kelompok yang sama, mereka memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Anak membutuhkan buku atau bahan pustaka bahkan layanan yang berbeda dengan orang dewasa. Penyeleksian bahan pustaka joke disesuaikan dengan kebutuhan anak. Selain bacaan dan kegiatan, perpustakaan anak perlu dilengkapi dengan mainan anak. Mainan anak ini haruslah menarik dan tidak berbahaya bagi anak (beracun atau mengandung racun). Selain itu, mainan anak haruslah mengembangkan imajinasi dan meningkatkan kreativitas, sebagai contoh mainan yang dapat dibongkar pasang menjadi rumah-rumahan atau kapal-kapalan. Untuk anak yang masih ingin mengetahui segala sesuatu dengan memasukkannya ke dalam mulutnya, maka jangan memberikan mainan anak dengan ukuran smaller than usual (kecil) karena dapat dengan mudah anak akan menelan mainan tersebut dan menjadi tersedak dan tentu saja hal tersebut akan sangat membahayakan bagi anak. Untuk itulah mainan anak joke harus disesuaikan kembali dengan usia anak. Semua pustakawan perlu memperluas dan mengembangkan peralatan agar programnya sukses, membuat lingkungan kerja produktif, kebebasan intelektual, dan sensor serta menyediakan spending plan.

Menurut Soekarman dan Rahmat (2006) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permainan anak, yaitu:

1. Kesehatan

Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan

2. Perkembangan motorik

Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukannya dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan engine mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif

3. Intelegensi

Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukkan perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata

4. Jenis kelamin

Anak laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan lain. Pada awal masa kanak, anak laki menunjukkan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas.

6. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.

7. Jumlah waktu bebas

Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.

8. Peralatan bermain

Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura; banyaknya balok, kayu, feline air, dan lilin yang mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

 

Referensi:

F. Rahayuningsih, Pengelolaan perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007)

Nirma HasianaSkripsi : Pelayanan Perpustakaan Anak Rumah Sakit Kanker Dharmais, (Depok : Universitas Indonesia 2009).

Soekarman dan Rahmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006).

Sumber Gambar: tiperumahminimalis.blogspot.com