Kamis, 22 September 2022 10:50 WIB

Penyakit Binswanger

Responsive image
831
Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Demensia atau “penyakit pikun” adalah suatu sindrom yang biasanya bersifat kronis progresif yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan untuk memproses pemikiran). Sindrom ini juga mempengaruhi memori, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa, dan penilaian tanpa mempengaruhi kesadaran penderitanya. Penurunan fungsi kognitif biasanya disertai atau didahului oleh perubahan suasana hati, kontrol emosi, perilaku, atau motivasi. Oleh karenanya, demensia tentu mengganggu kemampuan bersosialisasi penderitanya serta menurunkan kualitas hidup penderita, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Demensia bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit yang terjadi di otak, seperti penyakit Alzheimer, stroke, atau penyakit Binswanger. Penyakit Binswanger adalah salah satu jenis demensia vaskular, yakni demensia yang disebabkan gangguan pada pembuluh darah di otak yang bersifat kronis progresif. Kronis progresif berarti suatu penyakit akan semakin memburuk secara perlahan seiring berjalannya waktu.

Penyakit Binswanger dijelaskan pertama kali sebagai ensefalitis subkortikalis kronik progresif oleh seorang dokter spesilis saraf sekaligus psikiater yang bernama Otto Ludwig Binswanger pada tahun 1884. Istilah “penyakit Binswanger” diberikan oleh Alois Alzheimer pada tahun 1902 untuk menghormati profesornya yakni Otto Ludwig Binswanger. Enam puluh tahun setelahnya, Olszewski menyebut penyakit ini sebagai “ensefalopati arteriosklerotik subkortikal”. Faktor risiko yang sering dikaitkan dengan penyakit Binswanger diantaranya adalah hipertensi pembuluh darah arteri, arteriosklerosis, dan stroke yang tidak terkontrol. Faktor risiko lain yang lebih jarang dikaitkan dengan penyakit ini diantaranya adalah diabetes mellitus, merokok, dislipidemia, sleep apnea, dan gangguan irama jantung yakni fibrilasi atrium. Faktor genetik mungkin memainkan peran dalam banyak kondisi dan faktor risiko yang terkait dengan penyakit ini (yaitu aterosklerosis dan pembekuan darah).

Penyakit Binswanger disebabkan oleh penebalan dan penyempitan (aterosklerosis) pembuluh darah arteri yang memberi makan daerah subkortikal otak, sehingga menyebabkan kerusakan luas pada lapisan putih di otak. Aterosklerosis (umumnya dikenal sebagai "pengerasan pembuluh darah") adalah proses sistemik yang mempengaruhi pembuluh darah di seluruh tubuh. Aterosklerosis dimulai pada usia 40 tahun akhir dan memburuk seiring bertambahnya usia. Ketika pembuluh darah semakin menyempit, darah yang disuplai oleh arteri tersebut berkurang yang menyebabkan jaringan otak kekurangan nutrisi serta oksigen hingga menyebabkan kematian sel otak. Pola kerusakan jaringan otak akibat penyakit Binswanger dapat dilihat dengan teknik pencitraan otak modern seperti CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI).

Tanda dan gejala pertama dari penyakit Binswanger biasanya muncul antara usia 50 hingga 70 tahun dan tampaknya tidak ada perbedaan kejadian penyakit ini baik pada pria ataupun wanita. Gangguan fungsi kognitif dan perilaku ditandai dengan demensia, seperti yang dijelaskan di awal, dan sindrom dieksekutif (perubahan dalam kontrol perhatian, kerja memori, memori jangka pendek, kontrol impuls, dan abulia di tahap akhir penyakit). Kemampuan berhitung biasanya juga menurun. Gangguan memori jangka panjang, bahasa, dan fungsi visual-spasial tidak menonjol seperti pada pasien dengan penyakit Alzheimer atau penyakit Pick, sehingga hasil tes MMSE (Mini Mental State Examination) pada pasien dengan penyakit Binswanger seringkali berada dalam kisaran normal, sedangkan skor MOCA (Penilaian Kognitif Montreal) menunjukkan menurun. Pada anamnesa sering didapat riwayat serangan stroke sebelumnya yang terus memburuk dalam hitungan hari hingga minggu. Gejala lain dapat berupa kelambatan psikomotor, perubahan dalam berbicara, gaya berjalan yang tidak stabil sehingga sering jatuh, perubahan kepribadian atau suasana hati (kemungkinan besar dalam bentuk apatis, lekas marah, dan depresi), dan gangguan berkemih yang tidak disebabkan oleh penyakit urologi.

Penyakit Binswanger adalah penyakit yang bersifat progresif, sehingga tidak dapat disembuhkan, namun perburukannya dapat diperlambat. Perilaku hidup sehat seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, makan makanan yang sehat, diet rendah garam, mengonsumsi obat pengencer darah dan penurun kolesterol sesuai petunjuk dokter, menjaga jadwal bangun/tidur yang sehat, berolahraga, dan tidak minum terlalu banyak alkohol dapat memperlambat perkembangan penyakit Binswanger.