Selasa, 13 September 2022 15:04 WIB

Apakah Lupa itu Pikun?

Responsive image
4145
Stevani Imma S.S.Kep.,Ns - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk mengungkapkan kembali informasi yang telah kita terima atau yang sudah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.

Faktanya, adalah hal yang wajar jika anda lupa akan nama atau hal-hal yang baru anda pelajari. Hal tersebut terjadi karena informasi yang baru Anda pelajari belum sampai ke ingatan jangka panjang, atau Anda memang sedang tidak fokus dalam mengingat hal yang baru Anda pelajari.

Siapa pun pasti pernah mengalami lupa, hal ini kerap kita alami ketika kelelahan, banyak pekerjaan, atau terlalu asyik melakukan hal lain. anak muda, lansia dan orang sehat pun dapat sering lupa, mulai dari hal-hal kecil hingga besar, seperti lupa menaruh barang atau bahkan tenggat waktu pekerjaan.

Sedangkan pikun atau demensia secara harafiah berarti de (kehilangan), mensia (jiwa), tetapi lebih umum diartikan sebagai penurunan intelektual karena menurunnya fungsi bagian luar jaringan otak (cortex). Di samping itu, ada pula yang menyebutkan bahwa pikun merupakan suatu penurunan kualitas intelektual yang disertai gangguan pengamatan sampai menurunnya daya ingat yang sangat mengganggu kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam pengendalian emosi (Yatim. 2009, hlm 9-10).

Gejala Demensia menurut American Academy Family Physicians (2001) dalam Pangkalan Ide (2008, hlm 17), yaitu:

1.    Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa.

2.    Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat.

3.    Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak berubah atau mendadak tidak berminat untuk melakukan suatu aktivitas.

4.    Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah.

5.    Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari.

Menurut Yatim (2003, hlm 10-16), penyebab pikun adalah sebagai berikut: tumor, trauma, infeksi kronis, penyakit syphilis, kelainan jantung dan pembuluh darah, kelainan congenital, penyakit psikiatri, kelainan faali, demensia karena kerusakan sel-sel otak (degenerative dementia), hilangnya bungkus saraf (demyelinating), kelainan metabolik, obat-obatan dan racun.

Menurut Yatim (2003, hlm 39-41), ada beberapa pencegahan dan pengobatan demensia, yaitu:

1.    Pencegahan demensia akibat matinya dibanyak daerah jaringan otak (multi infarct dementia) adalah dengan mengendalikan naiknya tekanan darah. Ini merupakan suatu tindakan yang penting karena ternyata penyebab utama demensia jenis ini adalah tekanan darah tinggi (hypertensi). Termasuk dalam hal ini mencegah kakunya dinding pembuluh darah otak seperti arterio sklerosis dan penyakit pembuluh darah yang disebut congophilic angiopathy serta penyakit-penyakit pembuluh darah dan penyakit jantung lainnya.

2.    Mengobati penyakit-penyakit yang memperberat kejadian demensia.

3.    Mengobati gejala-gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai demensia.

4.    Mengatasi masalah penyimpangan perilaku dengan obat-obat penenang (transquillizer dan hipnotic) serta pemberian obat- obatan anti kejang bila perlu.

5.    Pendekatan psikologi dalam mengatasi masalah perilaku.

6.    Memberikan konseling untuk membantu kelurga penderita menghadapi keseharian penderita demensia.

Sehingga pikun adalah menurunnya kemampuan berpikir secara drastis, akibat menurunnya fungsi jaringan otak. Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertumbuhan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan.

Siapa pun, terutama lansia, yang menunjukkan gejala demensia (pikun). Lupa akan hal-hal yang baru saja terjadi -dikenal sebagai penurunan ‘daya ingat segera’- jika disertai penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, dikenal dengan demensia atau pikun. Dalam taraf dini atau ringan, acap kali sulit dikenali dan dianggap sebagai gangguan memori terkait usia, maupun gangguan kognitif ringan non demensia.

Salah satu patokan yang dapat dipakai, antara lain, jika gangguan memori segera tersebut sudah mengganggu aktivitas dasar sehari-hari maka harus diwaspadai adanya demensia ringan. Perubahan yang terjadi, antara lain, percakapan berulang-ulang yang akan semakin sering dijumpai, menjawab pertanyaan yang sama berkali-kali dalam satu kesempatan, juga akan kerap ditemui. Menjaga kebersihan diri yang biasanya dilakukan secara mandiri akan mulai membutuhkan bantuan.

Referensi:

Author. (2001). Symtom of dementia. American Family Physician. https://www.aafp.org/afp/2001/0215/p717.html.

Pangkalan Ide. (2008). Gaya hidup penghambat alzheimer. Jakarta: PT Gramedia.

Yatim, F. (2003). Pikun (demensia), penyakit alzeimer, dan sejenisnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

https://alzi.or.id/siapa-saja-yang-harus-menjalani-pemeriksaan-dini