Senin, 12 September 2022 13:39 WIB

Mendongeng dengan Bercerita Tanpa Teks

Responsive image
591
Nyimas Sri Wahyuni, M.Kep,SP,Kep.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Mendongeng tipe ini sama seperti membaca sebuah cerita, dalam sebuah narasi juga harus ada narator, narator, dan  bahan atau bahan cerita yang akan diceritakan. Penggunaan teknik mendongeng ini memberikan ruang bagi pendongeng untuk berkreasi dan berimprovisasi dalam menyampaikan cerita yang dituturkan serta mendorong anak untuk menggunakan imajinasinya. Namun, saat bercerita, Anda tidak boleh berlebihan, karena  ini akan mengalihkan perhatian anak, bukan ceritanya. tetapi  penampilan narator itu sendiri. Ini akan mencegah anak menangkap pesan atau nilai dari cerita yang diceritakan.

Saat bercerita, narator bisa memulai dengan meminta anak-anak membayangkan suatu tempat dimana hal itu terjadi, misalnya di tengah hutan lebat, di tepi sungai yang airnya jernih, serta penampakan penampilan para tokohnya, milik mereka, usia, dan kemudian dapat dilanjutkan dengan pengenalan suasana cerita. Pendongeng juga bisa menyanyikan lagu anak-anak yang sesuai dengan cerita yang dibawakannya. Biasanya mereka bernyanyi agar mereka, sebagai penonton, merasa terlibat dalam cerita.

Keuntungan dari teknik ini adalah narator dapat menjangkau khalayak yang lebih luas daripada teknik membaca nyaring. Narator dapat membuat sendiri cerita  yang akan diceritakan agar tidak  terpaku pada teks atau cerita di dalam buku saja. Apalagi jika pada saat mendongeng didukung dengan sound system yang sesuai sehingga suara narator dapat terdengar dengan jelas.  Mendongeng dengan teknik ini juga dapat  menggunakan alat peraga lain seperti boneka tangan, boneka penuh, kain, dawai, gambar, live drawing, atau mendongeng dengan diiringi musik. Memang tidak jarang narator menggunakan kendaraan seperti wayang tetapi berupa gambar tokoh cerita yang ditempelkan pada  gagang kayu yang dapat dipindah-pindahkan seperti wayang golek. Seperti narator PM Toh.  Bahkan jika melangkah lebih jauh, mendongeng bisa dilakukan dengan pertunjukan teater. Namun, narator di sini bukanlah satu orang, biasanya diperankan oleh sekelompok orang yang berperan tergantung pada kepribadian tokoh-tokoh  dalam cerita. Selain orang-orang yang memerankan  tokoh-tokoh tersebut, ada orang-orang yang berperan sebagai narator. Narator inilah yang akan bertanggung jawab untuk memulai cerita yang akan diceritakan dan mengarahkan penonton ke cerita yang akan diceritakan. Setiap teknik memiliki kekhususannya. Saat menggunakan kedua teknik bercerita ini, narator juga harus memperhatikan intonasi, kontak mata, gerak tubuh, kecepatan, ekspresi wajah, dan ekspresi wajah.

Lebih awal. Oleh karena itu, tidak jarang seorang pendongeng menggabungkan kedua teknik ini untuk bercerita. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan merupakan gabungan dari kedua teknik tersebut di atas. Narator pada dasarnya menggunakan teknik membaca nyaring dan kemudian kadang-kadang dikombinasikan dengan penggunaan alat bantu seperti boneka, atau boneka penuh atau boneka tangan. Kemudian, di  akhir cerita, narator menggunakan lagu dan gerakan untuk mengekspresikan cerita yang diceritakan.

Mendongeng dengan  buku atau membacakan cerita kepada anak sangat dapat mendorong anak untuk mencintai buku dan senang membaca. Anak-anak dapat berbicara dan mendengarkan sebelum  belajar membaca. Menulis adalah sistem bahasa sekunder yang, ketika mulai membaca, harus dikaitkan dengan bahasa lisan.

 

Referensi:

Hasannah, Rani. (2019). Efektifitas metode mendongeng dalam meningkatkan kemampuan literasi dini anak prasekolah. Psikoborneo. 3:13

Maharani, Dina. (2017). Minat baca anak – anak di Kampoeng Baca Kabupaten Jember. Jurnal Review Pendidikan Dasar. 1: 320-328

Patimah. (2015). Efektifitas metode pembelajaran dongen dalam meningkatkan kemampuan literasi anak pada jenjang usia sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Guru. 2:2

Sumber gambar: Dongengceritarakyat.com

( DOC, PROMKES, RSMH)