Senin, 12 September 2022 13:33 WIB

Kemandirian Emosional Anak

Responsive image
2183
Nyimas Sri Wahyuni, M.Kep,SP,Kep.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Kemandirian emosional merupakan aspek kemandirian, terutama terkait dengan perubahan dalam hubungan intim dengan orang tua, di mana anak mengembangkan rasa individualitas dan berusaha melepaskan diri dari keterikatan masa kanak-kanak dan ketergantungan  orang tua. Menjadi mandiri di sini berarti Anda tidak lagi bergantung  secara emosional pada orang tua Anda, tetapi memiliki hubungan yang erat dengan mereka. Mencapai kemandirian emosional hanya melibatkan transformasi, bukan gangguan atau gangguan hubungan keluarga (Conger,J.J, 2011; Hurlock, 2014; Shaffer, 2012). juga menyatakan bahwa kemandirian dari orang tua berarti mereka dapat bertahan hidup/mengurus diri sendiri, tetapi bukan berarti  hubungan mereka dengan orang tua putus.

Orang-orang yang memiliki tingkat kemandirian emosional dan merasa akrab dengan orang tua mereka dikatakan memiliki kesehatan mental yang lebih baik daripada teman-teman sebaya mereka yang mandiri (Shaffer, 2012).  Hurlock (2015) menemukan bahwa individu yang mandiri  cukup akrab dengan orang tua mereka, senang melakukan sesuatu dengan keluarga mereka, memiliki sedikit konflik dengan orang tua mereka, dan bebas untuk meminta nasihat orang tua mereka. sedang berbicara tentang apa yang mereka inginkan untuk menjadi seperti orang tuanya.

1. De-idealize (de-idealize) orang tua. Melalui de-idealisasi, seorang anak dapat mengubah  orang tua seperti anak kecil menjadi bentuk yang lebih dewasa dan akurat. Dia tidak lagi melihat orang tuanya sebagai seseorang yang tahu segalanya  dan memiliki kekuatan untuk mengendalikan mereka Semua (maha kuasa). Dia tahu bahwa orang tuanya bisa membuat kesalahan

2. Mampu melihat dan berinteraksi dengan orang tua sebagai individu, bukan sebagai orang tua. Dewasa muda dapat memahami bahwa hubungan dengan orang tua mereka lebih mendukung, setara, dan memberi-dan-menerima. Dewasa muda dapat membedakan orang tua individu dengan perasaan dan kebutuhan mereka sendiri dari peran orang tua mereka (Conger, 1991). Orang tua sudah mulai mengekspresikan diri kepada anak-anaknya sejak mereka remaja, dan mereka bisa berempati dengan mereka, misalnya ketika mereka sedang mengalami masa-masa sulit atau memiliki  hari yang sibuk di tempat kerja. Pada masa dewasa muda,  orang tua tidak lagi hanya sebagai sumber  dukungan emosional, tetapi dipandang sebagai orang yang  membutuhkan dukungan ketika mereka membutuhkannya. Kemampuan ini hanya dapat berkembang dengan baik pada masa dewasa muda (Dacey & Travers, 2012).  

3. Kemerdekaan. Kemandirian berarti kemampuan untuk  mengandalkan diri sendiri atau pada diri sendiri ketika Anda membutuhkan bantuan. Orang dewasa muda tidak akan melihat orang tua mereka ketika mereka memiliki masalah, ketika mereka marah, ketika mereka khawatir, atau ketika mereka membutuhkan bantuan. Jika dia melakukan kesalahan, dia bisa mengatasinya sendiri dan tidak perlu meminta bantuan  orang tuanya.

4. Perasaan individualitas dalam hubungan dengan orang tua.  Dengan rasa individualitas, seseorang membiarkan dirinya meninggalkan ikatan antara orang tua. Dia tidak lagi berbagi pikiran dan perasaannya dengan orang tuanya. Ia mulai memaafkan adanya hal-hal yang tidak diketahui orang tuanya tentang dirinya. Dia dapat menjauhkan diri dari orang tuanya, mengubah ikatan antara mantan orang tua  dan anak-anaknya, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab (Dacey & Travers, 2012).

Realisasi individualisasi pada manusia usia yang lebih tua dimungkinkan, terutama pada orang dewasa yang lebih muda, karena adanya hubungan yang dapat memberikan dukungan emosional di luar keluarga. Individu yang dipersonalisasi cenderung menjauh dari orang tua mereka dan mendekati orang-orang di luar lingkaran keluarga, seperti teman dan pasangan.

 

Referensi:

Conger,J.J. (2011). Adolescent and youth:Psychology development in a charging world. New York: Harper Collins Publishers

Dacey & Travers (2012). Adolescent development and behaviour. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Hurlock (2014). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hurlock (2015). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta: Erlangga

Shaffer.(2012).Child development.New York: Allyn&Bacon

Sumber gambar: background-gambar-kartun.blogspot.com

( DOC, PROMKES, RSMH )