Jumat, 09 September 2022 10:42 WIB

Metode Terapi Berhenti Merokok dengan N-Acetylcystein

Responsive image
2753
dr. Fahmi Adhi Prasetya Sp.P - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Merokok menggunakan tembakau saat ini merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan dapat dicegah.1 Rokok menjadi penyebab berbagai macam penyakit pada sistem kardiovaskular dan berbagai jenis kanker, seperti kanker laring, kanker esophagus, kanker mulut, dan kanker faring.2-3 World Health Organization (WHO) menghubungkan hampir 6 juta kematian per tahun disebabkan tembakau. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 8 juta kematian di tahun 2030.4 Secara global, terjadi peningkatan konsumsi rokok terutama di negara berkembang. Diperkirakan saat ini jumlah perokok di seluruh dunia mencapai 1,3 milyar orang.5

Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 Indonesia memiliki jumlah perokok aktif tertinggi jika dibandingkan negara- negara lain yang melakukan GATS (16 negara dengan pendapatan penduduk rendah dan menengah), yaitu 67,0% perokok laki-laki dan 2,7% wanita.5 Banyaknya permasalahan mengenai rokok sebagai penyebab kematian dini seseorang membuat banyaknya terapi yang dikembangkan untuk berhenti merokok seperti permen karet, koyo, tablet, inhaler, dan obat semprot. Dalam studi lanjut dijelaskan bahwa terdapat terapi farmakologi dalam upaya berhenti merokok yakni sebagai terapi utama ada Nicotine Replacement Therapy (NRT), Bupropion dan Varenicline, namun pengobatan itu belum bisa diterapkan di Indonesia.6

N-Asetilsistein (NAC) saat ini bisa digunakan sebagai terapi upaya berhenti merokok dan mudah diterapkan di Indonesia sebab mudah didapat. Terdapat bukti bahwa glutamat, termasuk sistem perubahan cystine- glutamate, memediasi perilaku sensitasi, craving dan drug intake dalam penelitian preklinis. Pada kondisi seseorang adiksi nikotin, glutamate yang digantikan oleh NAC, merupakan faktor utama dari kekambuhan pasien.7 N-Acetylsistein dapat mengurangi craving dan perilaku ketergantungan nikotin, yang keduanya dimodulasi oleh glutamat.7 N-Asetilsistein menggantikan kadar glutamat dengan cara menghambat reseptor GluR2/3 di pre sinaps yang dapat mengurangi kembalinya keinginan mengonsumsi nikotin. Pengobatan dengan NAC dilakukan dengan cara mengaktivasi system cystine-glutamat sehingga dapat mencegah terjadinya Habituasi dan craving pada pasien kecanduan nikotin.7

N-Acetylcysteine (NAC) adalah suplemen nutraceutical yang tersedia secara luas, dapat ditoleransi, dan terjangkau dengan mekanisme meningkatkan kadar glutathione intraseluler, antioksidan, memodulasi jalur oksidatif, imuno- inflamasi, glutamatergik, dan neurotropik.8 N- Asetilsistein dapat ditoleransi dengan baik, dengan profil efek samping yang tidak berbeda secara signifikan dari plasebo ketika diberikan secara oral dengan dosis hingga 3 g/hari. N- Asetilsistein mengurangi extinction dan craving pada ketergantungan opiat dan kokain.9

Pada perokok aktif, reseptor nikotin akan terus bertambah (up-regulation) sampai mencapai jumlah 50% lebih banyak dibandingkan bukan perokok. Proses up-regulation tersebut terjadi seiring dengan seringnya orang tersebut konsumsi rokok sebagai bentuk kompensasi untuk mengikat lebih banyak nikotin yang masuk ke otak. Proses peningkatan reseptor nikotin tersebut diduga menyebabkan terjadinya toleransi (peningkatan kebutuhan nikotin untuk mendapat efek yang sama). Pada pasien yang berhenti konsumsi rokok akan mendapatkan efek samping yang berlawanan dengan yang dia dapatkan apabila merokok seperti menjadi mudah lemas, mood berkurang, sulit berkonsentrasi, modd mudah berubah, cemas, mudah tersinggung.10

Pada pemberian NAC, kadar cysteine dapat mengembalikan konsentrasi glutamat ekstraselular dan mencegah terjadinya relapse pada hewan coba tikus. Pada manusia sendiri telah dilakukan uji coba dan hasil menunjukkan bahwa NAC dapat mengurangi craving pada kokain, jumlah konsumsi rokok dan marijuana.11 Kita tahu bahwa NAC digunakan sebagai pengobatan dari keracunan asetaminofen, pasien penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), sebagai agen mukolitik yang dijual bebas dan suplemen nutrisi. N-Acetylsistein (NAC) terbukti dapat ditoleransi dengan baik bahkan dosis yang sangat tinggi pun terbukti aman dan jarang menimbulkan efek samping.11

Referensi

1. Thun MJ, Carter BD, Feskanich D, Freedman ND, Prentice R, Lopez AD, et al. 50-year trends in smoking-related mortality in the United States. N Engl J Med. 2013;368(4):351–64.

2. Aygul N, Ozdemir K, Abaci A, Aygul MU, Duzenli MA, Yazici HU, et al. Comparison of traditional risk factors, angiographic findings, and in-hospital mortality between smoking and nonsmoking Turkish men and women with acute myocardial infarction. Clin Cardiol. 2010;33(6):E49-E54.

3. Troy JD, Hartge P, Weissfeld JL, Oken MM, Colditz GA, Mechanic LE, et al. Association between anthropometry, cigarette smoking, alcohol consumption, and non- hodgkin lymphoma in the prostate, lung, colorectal, and ovarian cancer screening trial. Am J Epidemiol. 2010;171:1270-81.

4. WHO. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia Report. 2014. Jakarta: WHO.

5. Tobacco Control Support Centre-IAKMI, Kementerian Kesehatan. 2015. Bunga Rampai Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2015 Jakarta: Tobacco Control Support Centre- IAKMI.

6. Twyman L, Bonevski B, Paul C, Bryant J. Perceived barriers to smoking cessation in selected vulnerable groups: a systematic review of the qualitative and quantitative literature. BMJ Open. 2014;4(12)

7. Berk M, Malhi GS, Gray LJ, Dean OM. The promise of N-acetylcysteine in neuropsychiatry. Trends Pharmacol Sci. 2013;34(3):167–77.

8. Morris G, Anderson G, Dean O, Berk M, Gal ecki P, Martin-Subero M, Maes M. The glutathione system: a new drug target in neuroimmune       disorders. Mol Neurobiol. Epub ahead of print 18 April. 2014

9. Berk M, Malhi GS, Gray LJ, Dean OM. The promise        of N-acetylcysteine     in neuropsychiatry. Trends            Pharmacol Sci 2013;34:167–77

10.Azevedo E, Mendes AC, Berk M, Brietzke E. Systematic review of N-acetylcysteine in the treatment of addictions. Rev Bras Psiquiatr Epub ahead of print 18 may 2014

11.Sanguinetti, C. M. (2015). N-acetylcysteine in COPD: why, how, and when? Multidisciplinary Respiratory Medicine, 11(1).