Kamis, 08 September 2022 15:14 WIB

Pengaruh Pemberian Obat Antipsikotik terhadap Siklus Metabolik

Responsive image
12080
apt. Dian Rismawati, S.Farm - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Skizofrenia merupakan suatu kondisi kesehatan mental pada pasien dengan gejala gangguan berpikir, emosi, dan perilaku disertai perubahan terhadap realitas. Penggunaan antipsikotik diindikasikan terhadap semua fase skizofrenia. Antipsikotik dibedakan atas antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal bekerja dengan menghambat reseptor dopamin D2 pada semua jalur dopaminergik pada sistem saraf pusat termasuk di area mesolimbik dan mesokortikal. Contoh obat antipsikotik tipikal : haloperidol, klorpromazin, trifluoperazine, flufenazin. Obat antipsikotik atipikal bekerja dengan menghambat reseptor 5-HT2A serotonin dan reseptor D2 dopamin (dan juga αadrenoreseptor). Obat ini disebut juga Serotonin Dopamine Antagonist (SDA). Contoh obat antipsikotik atipikal yaitu risperidone, aripiprazole, quetiapine, clozapine, olanzapine.

Obat antipsikotik baik tipikal ataupun atipikal memiliki efek terapi untuk mengurangi atau meniadakan halusinasi dan delusi sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas dari skizofrenia, namun obat ini dapat menghasilkan berbagai efek samping terhadap metabolik, seperti berat badan, metabolisme glukosa, dislipidemia.

Pada studi yang dilakukan oleh Riordan HJ, didapatkan peningkatan kejadian dislipidemia sebanyak 1,5-2 kali dan sindrom metabolik 2x lipat pada pasien skizofrenia yang mendapatkan antipsikotik. Sindrom metabolik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan skizofrenia, dengan tingkat prevalensi dua kali lipat dari populasi non psikotik. Sindrom metabolik adalah sekumpulan gejala yang beresiko menimbulkan penyakit jantung, diabetes, dislipidemia dan penyakit metabolik yang lain.

Penelitian yang dilakukan Syamsuddin juga melaporkan bahwa pasien yang menerima dosis standar obat antipsikotik terbukti mengalami kenaikan berat badan. Dalam proses pengamatan selama 2 - 4 minggu terjadi penambahan berat badan yang berbeda - beda. Penelitian lainnya melaporkan penggunaan antipsikotik dikaitkan dengan kenaikan 2 - 3 kg (4,4-6,6 lb)

Pada sindrom metabolik ini berawal dari peningkatan nafsu makan sehingga berat badan meningkat. Hal ini dikaitkan dengan aktivitas penghambatan obat antipsikotik pada reseptor histamin H1 dan serotonin 5-HT2c. Dengan penambahan berat badan mengakibatkan resiko terjadinya obesitas. Obesitas beresiko pada peningkatan level trigliserida dalam darah. Obesitas juga beresiko pada resistensi insulin sehingga perlu pemantauan rutin kadar glukosa darah pada pasien-pasien yang mengkonsumsi obat antipsikotik. Pada pasien yang mengalami resistensi insulin akan beresiko terjadinya diabetes dan hal ini akan berpengaruh pada fungsi kardiovaskularnya. Jika fungsi kardiovaskular sudah terganggu, resiko kematian akan tinggi.

Obat antipsikotik yang paling banyak menimbulkan sindrom metabolik adalah jenis antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua). Adapun tingkat resiko sindrom metabolik obat antipsikotik jenis atipikal adalah sebagai berikut :

1.    Resiko metabolik tinggi : clozapine, olanzapine

2.    Resiko metabolik sedang : risperidone,quetiapine, asenapine, iloperidone

3.    Resiko metabolik rendah : aripiprazole, ziprasidone, lurasidone, brexpiprazole

Adanya tingkat resiko pada obat-obat tersebut dapat dikarenakan afinitas obat terhadap reseptor serotonin, histamin maupun dopamine (Stahl, 2021)

              Namun, efek ini tidak selalu terpaku pada setiap orang yang mengkonsumsi obat-obat di atas. Masing-masing orang akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap obat yang dikonsumsi. Selain itu, gaya hidup pada masing-masing orang juga akan mempengaruhi efek metabolik tersebut.

Faktor yang juga menentukan progres siklus metabolik dari konsumsi obat antipsikotik :

1.    Terkait usia dan genetic.

2.    Perubahan terhadap gaya hidup

Misalnya terkait diet makanan harian, olahraga, dan berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terhadap efek kardiovaskular.

3.    Pemilihan obat yang sesuai dengan kondisi pasien

Oleh karena itu diperlukan pemantauan rutin yang dilakukan oleh tenaga Kesehatan pemberi asuhan terhadap efek samping sindrom metabolik tersebut agar dapat tertangani lebih awal. Pemantauan dimulai dari monitoring berat badan, body mass index (BMI), gula darah untuk mendeteksi perkembangan diabetes, tekanan darah dan profil lipid. Selain itu, penting juga pengecekan fungsi metabolik sebelum mengonsumsi obat-obat antipsikotik. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui obat antipsikotik yang sesuai dengan kondisi pasien.

Referensi :

Riordan HJ, Antonini P, Murphy MF. 2011. Atypical antipsychotics and metabolic syndrome in patients with schizophrenia: Risk factors, monitoring, and healthcare implications. American Health and Drug Benefits.

Sona, Althaf dkk. 2020. Identifikasi Keluhan Peningkatan Berat Badan Subyektif pada Pasien Skizofrenia yang Mendapat Terapi Antipsikotik di RSJ HB. Saanin Padang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 16, No.1

Stahl, Stephen M. et al. 2021. Stahl’s Essential Psychopharmacology 5th Edition. Cambridge : Cambridge University Press, hal. 196-201

Syamsuddin S, Mahardika A. 2019. Korelasi Peningkatan Berat Badan Dengan Respon Terapi Pada Pasien Skizofrenia Yang Menggunakan Antipsikotik Atipikal. Jurnal Kedokteran Yarsi.

Diakses di https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jky/article/view/800