Kamis, 08 September 2022 14:48 WIB

Bakteri dan Air Ludah Anak Apakah Penyebab Karies Gigi?

Responsive image
1519
Nyimas Sri Wahyuni, M.Kep,SP,Kep.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Bakteri didalam mulut anak ada berbagai macam. Streptococcus mutans adalah spesies utama yang ada dalam rongga mulut sebelum gigi tumbuh (Suwelo, 2013). Sementara hasil penelitian Warren J.J., et al., 2004, disebutkan bahwa anak yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak mempunyai risiko 4,8 kali untuk terjadinya karies. Dalam setiap air ludah dijumpai 10-200 juta bakteri, jumlah maksimum bakteri-bakteri ini dijumpai pada pagi hari atau setelah makan (Luciawati,2017). Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam  mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. 

Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2 sampai 3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya (Solikin,2018). Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak. Pada dasarnya tiap bakteri ditemukan pada orang yang mengkonsumsi karbohidrat maka, kuman yang ada dalam plak akan memproduksi asam dimana plak berperan dalam proses terjadinya karies, Menurut Suwelo (2013) bahwa  mikroorganisme menempel di gigi bersama plak. Plak terdiri dari mikroorganisme  (70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak akan tumbuh bila ada karbohidrat, sedang karies akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat (Achmad,2015). Dari penelitian epidemiologis ternyata adanya S. mutans dihubungkan dengan jumlah kavitas (lubang gigi) yang ada. Pada umumnya bakteri ini banyak dijumpai di dalam plak pada bidang-bidang karies daripada pada email gigi yang utuh.

Sejak gigi tumbuh, elemen gigi-geligi baik langsung maupun tidak langsung melalui plak selalu berhubungan dengan ludah (saliva) dan ion-ion serta protein yang terdapat di dalamnya. Betapa pentingnya ludah untuk mempertahankan gigi- geligi dan berfungsinya selaput lendir dengan baik, berbicara, mengunyah, dan menelan. Secara mekanis saliva berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah (Tarigan, 1993) dan juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran air ludah pada anak-anak meningkat sampai anak tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya umur, beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan. Derajat keasaman saliva berpengaruh terhadap gigi, saliva normal (pH = 7), maka saliva ini tidak menimbulkan pengaruh jelek terhadap gigi, tetapi kalau pH berubah menjadi bersifat asam (pH = 5,5) maka keadaan ini dapat mempercepat gigi menjadi karies (Solikin,2018). Orang dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies yang tinggi serta ditemukan pula pada balita usia 2 tahun dengan kerusakan atau karies pada seluruh giginya (Luciawati,2017)

 

Referensi:

Achmad,M.H. (2015). Buku saku: Karies dan perawatan pulpa pada gigi anak. Jakarta: Sagung Seto

Luciawati, R. (2017). Efektifitas pendidikan kesehatan gigi menggunakan metode ceramah disertai latihan menyikat gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan status kesehatan gigi mulut siswa usia 7-8 tahun. Jurnal Kesehatan. 1(1): 23

Solikin. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah. Jurnal Kesehatan.2(3):4-5

Suwelo. (2013). Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etiologi. Jakarta: EGC

Sumber gambar: Film animasi pendek #D gigi dan kuman. www.youtube.com

( DOC, PROMKES, RSMH)