Kamis, 08 September 2022 14:16 WIB

Pemeriksaan untuk Pasien Meningitis

Responsive image
25199
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Tanda rangsang meningeal (TRM) paling sering ditemukan pada iritasi selaput meningen akibat inflamasi, infeksi, maupun perdarahan. Beberapa teknik pemeriksaan fisik telah dikembangkan untuk mendeteksi adana TRM. Prinsip pemeriksaan TRM bertujuan untuk memberikan tekanan pada meningen dan berve root spinalis yang mengalami iritasi dan menjadi hipersensitif. Tekanan tersebut akan menimbulkan reaksi ompensasi, bisa berupa suatu postur, konstraksi otot yang bersifat protektif, atau gerakan tertent yang meminimalisasi regangan pada meningen dan radiks. Namun, reaksi kompensasi ini tidak selalu muncul dan terkadang membingungkan penilaian pada beberapa kondisi seperti pasien usia ekstrim (bayi atau geriatric), koma, dan pada asus paralisis neuromuscular. (Kolegium Neurologi Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2018)

Pemeriksaan:

1. Kaku Kuduk

Sebelum melakukan pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksa harus memastikan pasien tidak mengalami cidera vertebra servikal atau lesi kompresi medulla spinalis segmen vertikal. Jangan lakukan pemeriksaan jika ditemukan kondisi ini.

Cara pemeriksaan:

· dilakukan dengan posisi pasien berbaring terlentang tanpa bantal

· Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang kepala pasien

· Tangan kanan pemeriksa menahan dada pasien

· Fleksikan leher pasien kearah dada

· Pemeriksa merasakan ada atau tidaknya tahanan.

Penilaian:

Ø Tanda kaku kuduk positif bila terdapat tahanan pada leher atau pasien mengeluh nyeri saat fleksi leher.

2. Brudzinski

Tanda Brudzinski diperkenalkan oleh Josef Brudzinski (1874-1917), seorang dokter anak kelahiran Polandia pada awal tahun sembilan puluhan. Brudzinski membuat empat maneuver untuk mendeteksi meningitis pada anak yaitu:

1) The obscure cheek sign: dilakukan dengan memberikan tekanan pada kedua pipi inferior arkus zigomatikus. Positif jika terdapat fleksi pada siku dan sentakan pada kedua lengan bawah.

2) Symphyseal sign: positif jika pada penekanan simfisis pubis terjadi fleksi pada kedua tungkai.

3) Brudzinski’s reflex: dilakukan dengan memfleksikan secara pasif sendi panggul dan lutut satu tungkai pasien.

4) Brudzinski’s neck sign: dilaukan dengan memfleksikan leher pasien, kemudian perhatikan adanya fleksi pada sendi panggul dan lutut kedua tungkai

Pada pasien dengan meningitis, fleksi pasif leher meregangkan akar saraf melalui meningen yang meradang, menyebabkan nyeri dan gerakan fleksi ekstremitas bawah. Fleksi kepala ke depan memberikan traksi pada akar saraf tulang belakang intradural, yang mencapai relaksasi maksimal ketika pinggul dan lutut ditempatkan dalam derajat fleksi menengah.

3. Tanda Kernig

Vladimir Mikhailovich Kernig (1840-1917), seorang dokter Rusia, menggambarkan tanda meningeal pertama, yang dikenal sebagai tanda Kernig. dia adalah lahir di Lapaia, Latvia dan menerima pendidikan kedokterannya di Universitas Rusia. Dia mengamati bahwa banyak pasien dengan meningitis memiliki keterbatasan dalam ekstensi pasif di lutut karena kejang otot hamstring, dan ini adalah dinamakan sebagai tanda Kernig dan diterbitkan pada tahun 1882 dan 1884.

Cara pemeriksaan:

a. dilakukan dengan pasien berada pada posisi berbaring terlentang.

b. pada salah satu tungkai pasien, pemeriksa melakukan fleksi sendi panggul hingga posisi paha menjadi vertical

c. secara perlahan sendi lutut diekstensikan

d. semua gerakan fleksi dan ekstensi dilakukan secara pasif oleh pemeriksa.

e. Pemeriksa dilakukan pada kedua tungkai.

Penilaian:

Ø dikatakan positif bila pasien tidak dapat melakukan ekstensi hingga membentuk sudut > 135º pada sendi panggul yang sudah fleksi

Kernig dalam deskripsi aslinya tidak menganggap rasa sakit sebagai komponen yang diperlukan dari manuver; namun, banyak dokter memasukkan rasa sakit sebagai komponen penting dari tanda positif. Chaufard berhipotesis bahwa hipertonia otot tungkai bawah serta dominasi fisiologis otot ekstensor leher dan punggung atas otot fleksor tungkai bawah adalah dasar untuk asal-usul tanda Kernig. Kemudian, telah diusulkan bahwa, itu adalah reaksi protektif untuk mencegah nyeri atau kejang otot hamstring yang disebabkan oleh peregangan akar saraf yang meradang dan hipersensitif. asimetri dari Tanda Kernig dapat terlihat pada pasien dengan iritasi meningeal, yang memiliki hemiparesis bersamaan.

Baik tanda kernig maupun Brudzinski memiliki sensitivitas yang rendah dalam mendiagnosis meningitis. Kaku kuduk memiliki sensitivitas yang lebih baik dalam mendiagnosis meningitis. Dalam menegakkan diagnosis meningitis perlu diperhatikan informasi dari hasil pemeriksaan lainnya, seperti melakukan tindakan pungsi lumbal ataupun pemeriksaan lainnya.

Referensi:

Karl, A., & Brandis, D. (2019). Kernig Sign. StatPearls, (June). Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29262005

Kolegium Neurologi Indonesia Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2018). Pemeriksaan klinis neurologi praktis. (R. Estiasari, R. A. Zairinal, & W. R. Islamiyah, Eds.) (Pertama). Jakarta.

Mehndiratta, M., Nayak, R., Garg, H., Kumar, M., & Pandey, S. (2012). Appraisal of Kernig’s and Brudzinski’s sign in meningitis. Annals of Indian Academy of Neurology, 15(4), 287–288. https://doi.org/10.4103/0972-2327.104337

Sumber foto: Neurologic examination, https://slidetodoc.com/neurologic-examination-alatalat-n-

n-n-ophthalmoscope-senter/

( DOC, PROMKES RSMH)