Kamis, 08 September 2022 14:10 WIB

Kemandirian Perilaku

Responsive image
753
Nyimas Sri Wahyuni, M.Kep,SP,Kep.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Dewasa muda diharapkan  mampu mencapai perilaku mandiri (behavioral otonomi). Ia bebas melakukan segala sesuatu menurut keinginan dan perenungannya. Kemandirian ini tidak hanya berarti kebebasan untuk melakukan tindakan tertentu, tetapi juga kebebasan untuk mengambil keputusan tentang tindakan yang mereka lakukan. Sessa & Steinberg mendefinisikannya sebagai:

"Sebuah tanda positif dan jelas dari fungsi independen, termasuk pengaturan tindakan dan keputusan seseorang."

 (Conger,J.J, 2011; Dacey & Travers, 2012; Hurlock, 2014)

Kemandirian ini sering dimanipulasi sebagai "kemandirian berpikir dan orientasi diri perilaku dalam hubungan dengan orang tua dan teman sebaya" (Collins, Gleason, & Sesma, Jr, 2007: 80). Steinberg mendefinisikannya sebagai:

 "Kemampuan untuk membuat keputusan independen dan mengimplementasikannya."

 (Conger,J.J, 2011; Dacey & Travers, 2012; Hurlock, 2014)

Kemandirian perilaku dapat disimpulkan sebagai kemampuan untuk berpikir bebas dan membuat keputusan  tanpa dipengaruhi oleh orang tua atau teman sebaya, dan kemampuan untuk mengontrol perilaku mereka. Namun, kebebasan di sini bukan berarti Anda bebas dari segala saran dan kontribusi orang lain. Kebebasan di sini berarti Anda dapat membuat keputusan sendiri berdasarkan saran dan pendapat tersebut.  Kemandirian perilaku dapat dilihat dalam tiga aspek: (Shaffer, 2012).

1. Kemampuan membuat keputusan

Individu dapat membuat keputusan sendiri berdasarkan saran dan pendapat orang lain. Dia mencari dan mempertimbangkan saran dari orang-orang dengan berbagai  keahlian dan bebas menggunakan informasi ini untuk  membuat keputusan. Dia dapat mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang yang dapat dihasilkan dari pilihan perilaku positif dan negatif.

Dia secara logis dapat memahami masalah dan menemukan esensi dari hal-hal paradoks untuk mencapai ide-ide baru (Conger,J.J, 2011; Dacey & Travers, 2012; Hurlock, 2014). Ia juga  melihat perspektif dan nilai  orang lain dan mengetahui bahwa pendapat dan saran mereka dapat dipengaruhi oleh prasangka dan kepentingan mereka. Kemampuan pengambilan keputusan ini meningkat selama  masa remaja dan berlangsung dari sekolah menengah hingga dewasa.  

2. Kuat terhadap pengaruh orang lain.  Individu yang bertindak secara independen tidak membiarkan  orang lain mempengaruhi mereka. Jika seorang independen menemukan perbedaan  antara dirinya dan orang tuanya, teman, atau profesional lainnya, mereka dapat menyelesaikan perbedaan  dan mencapai kesimpulan mereka sendiri. Durkin (1995) melihat ketahanan terhadap pengaruh orang lain sebagai kemampuan individu untuk bertindak atas ide-idenya sendiri, bukan pada persahabatan. Dari sebuah studi oleh Shaffer (2012) menemukan bahwa dari pertengahan hingga akhir masa remaja, kompatibilitas dengan orang tua dan teman sebaya menurun.

3. Rasa kemandirian. Rasa otonomi berfokus pada penilaian subjektif dari tingkat kemandirian individu. Individu percaya bahwa mereka mengendalikan hidup mereka. Kemandirian membuat individu merasa bebas dari ketergantungan yang berlebihan pada orang lain, mengambil inisiatif, dan memberdayakan hidupnya  (Hurlock ,2014). Individu dengan otonomi tinggi menunjukkan harga diri yang lebih tinggi dan  lebih sedikit masalah perilaku (Conger,J.J, 2011; Dacey & Travers, 2012; Hurlock, 2014)  .

 

Referensi:

Conger,J.J. (2011). Adolescent and youth:Psychology development in a charging world. New York: Harper Collins Publishers

Dacey & Travers (2012). Adolescent development and behaviour. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Hurlock (2014). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hurlock (2015). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta: Erlangga

Shaffer.(2012).Child development.New York: Allyn&Bacon

Sumber Gambar : golife.id

 

( DOC, PROMKES, RSMH )