Rabu, 07 September 2022 08:43 WIB

Remaja Rentan Depresi. Kenali Gejalanya!

Responsive image
5243
Zaenab, S.Kep.,Ns. - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Remaja mengalami depresi terdengar seperti hampir tidak mungkin. Hampir setiap hari kita pasti pernah menyaksikan bagaimana remaja SMP/SMA,  tetangga samping rumah atau bahkan keluarga sendiri yang menikmati waktu sekolah bersama teman-temannya. Bercanda tawa hingga selentingan kata “High School Never Ends” bergaung sebagai ungkapan kebahagiaan para remaja semasa sekolah. Tapi tahukah kita, bahwa dibalik jutaan wajah berseri itu ada banyak diantaranya yang diam-diam menyimpan konflik jiwa yang bagi kita para dewasa terkadang luput untuk menyadari hingga akhirnya terlambat untuk memberikan pertolongan.

Mungkin kita sudah sering mendengar anak-anak kita mengeluh tugas sekolah yang banyak, wajah yang kurang menarik, dikucilkan teman, hingga sedih karena mendapat nilai yang rendah di ulangan. Merupakan hal yang sangat normal remaja merasakan sedih, gangguan mood, marah hingga cemas karena berbagai hal. Dan kita sebagai orang tua seringkali memahami bahwa betapapun menjemukan labilitas emosi maupun perilaku pada remaja, itu semua merupakan bagian yang penting pada perkembangan remaja itu sendiri. Yang mungkin menjadi fokus kita para orang tua adalah, apakah kesedihan, kecemasan maupun gangguan perilaku pada remaja itu masih dikatakan sebagai hal yang normal?

Depresi tidak mengenal usia, oleh karena itu remaja pun dapat mengalami depresi. Menurut data Riskesdas tahun 2018, sebanyak hampir 5 % remaja dan anak sekolah di Jawa Timur menderita depresi. Hal ini tidak lepas dari usia remaja yang merupakan masa pencarian jati diri. Keadaan lingkungan sekitar, keluarga, serta pergaulan yang tidak mendukung, akan berpengaruh pada emosi remaja. Dengan kondisi emosi yang masih labil dan kerap kali terpengaruh mood, maka tak pelak bisa menjadi penyebab depresi. Remaja juga dapat beresiko tinggi depresi apabila remaja mempunyai riwayat trauma baik penganiayaan fisik maupun verbal, hingga riwayat kehilangan orang terdekat.

Depresi seringkali diidentikkan dengan kesedihan, padahal dua hal tersebut merupakan hal yang berbeda. Depresi merupakan salah satu gangguan jiwa, sedangkan kesedihan merupakan fenomena sosial yang dapat dialami oleh setiap manusia. Oleh karena itu, kita harus bisa membedakan apakah kesedihan yang dirasakan oleh remaja kita merupakan depresi atau bukan. Pembeda dari keduanya bisa dilihat dari 3 hal, yaitu SEBERAPA LAMA, SEBERAPA KUAT dan SEBERAPA BANYAK. Seberapa lama kah kesedihan atau perubahan emosi itu dirasakan oleh remaja. Jika anak kita menunjukkan tanda-tanda sedih yang berkepanjangan, atau perubahan perilaku dan sering mudah lelah dalam waktu lebih dari 2 minggu, maka dapat dicurigai sebagai depresi. Selanjutnya seberapa kuatkah emosi yang dirasakan remaja, apakah hilang timbul, atau tidak hilang walaupun melakukan hal-hal yang biasanya menyenangkan dan menenangkan. Dan terakhir Seberapa banyak hal tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari remaja, baik dalam mengerjakan tugas sekolah, hubungan dengan orang sekitar, hingga kesehatan. Kita hendaknya bisa mencurigai apabila tiba-tiba anak kita mengalami penurunan atau bahkan kenaikan berat badan secara drastis. Nilai sekolah yang juga tiba-tiba anjlok hingga kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas. Jika kita tidak waspada, atau justru malah menuduh anak malas maupun tidak bisa diatur, justru dapat menambah tekanan pada anak remaja yang dapat memperburuk kondisi depresi.

Secara umum remaja yang mengalami depresi sulit untuk dibedakan, tapi perubahan pada pikiran, emosi, perilaku hingga fisik dapat menunjukkan gejala yang mengarah pada depresi. Beberapa gejala yang dapat muncul diantaranya adalah.

1.      Perasaan sedih yang berkepanjangan, sering menangis hingga mudah sensitif

2.      Menunjukkan gejolak emosi yang tidak seperti dirinya, seperti tiba-tiba marah tanpa sebab.

3.      Sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan

4.      Kesulitan mengingat sesuatu

5.      Suka melamun dan menyendiri di kelas

6.      Kurang nafsu makan atau makan berlebihan

7.      Sulit tidur atau tidur berlebihn

8.      Hilangnya motivasi, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga

9.      Merasa tidak berdaya, menyesal hingga menyalahkan diri sendiri

10.    Memutuskan hubungan dengan teman sebaya

11.    Berhenti melakukan kegiatan yang biasanya disenangi

12.    Memiliki pikiran negatif seperti menyakiti dri sendiri hingga keinginan bunuh diri.

13.    Muncul gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut hingga mual muntah.

14.    Pada keadaan yang lebih buruk, anak dapat mengalami halusinasi hingga perilaku kekerasan

Gejala-gejala diatas perlu diwaspadai oleh kita para orang tua. Jika anak menunjukkan beberapa gejala dalam waktu yang lama, maka segera cari bantuan profesional. Anak seringkali tidak tahu jika dirinya membutuhkan bantuan, sehingga dia tidak bisa menguatkan dirinya sendiri. Oleh karena itu validasi perasaan anak dan bantu mereka untuk menerima dukungan pengobatan.

Apa yang bisa dilakukan kita sebagai orang dewasa apabila anak kita mengalami depresi? Hal yang paling utama adalah support orang tua. Dukungan ini salah satunya dapat berupa menemani untuk mencari bantuan profesional. Dengan kita mengantarkan anak ke psikiatri maupun psikolog, menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tidak sendiri, dan bahwa kita ada untuk mendukung remaja melewati hari-hari beratnya. Depresi memang tidak bisa hilang begitu saja. Akan tetapi, remaja yang menjalani terapi hingga pengobatan biasanya menunjukkan kondisi yang lebih baik.

Selain itu kita juga dapat mendukung dengan menciptakan suasana yang sehat dan kondusif di lingkungan rumah. Seperti menyediakan makanan yang lezat, sehat dan bergizi. Mengajak anak melakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki 10 menit di pagi hari. Sebagai orang tua sebisa mungkin kita mengurangi konflik keluarga terutama dihadapan anak. Luangkan waktu bersantai bersama, mengisi waktu dengan melakukan hal-hal menyenangkan seperti berlibur atau sekedar makan bersama. Ikatan yang kuat antara orang tua dan anak terbukti dapat membantu meningkatkan kesehatan mental remaja. Rasa aman, diterima dan dilindungi oleh orang tua dan teman dapat memberikan pengaruh positif pada remaja untuk dapat melalui hari-hari yang berat.

Dengan pentingnya peran orang tua dalam menghadapi kehidupan remaja anak-anak kita, maka hendaknya kita dibekali oleh banyak pengetahuan terkait kesehatan mental remaja, agar anak kita bisa hidup di lingkungan yang mendukung ia untuk berkembang. Remaja yang sehat jiwa kelak akan menjadi tokoh-tokoh penting yang akan membangun bangsa dan negara, sehingga momentum tumbuh kembang remaja harus tetap diperhatikan dan diawasi oleh orang tua. Salam sehat jiwa!

Referensi:

Depression : Pre teens and teenagers (https://raisingchildren.net.au/)

Major depression in teens (https://www.urmc.rochester.edu/)

Indarjo, Sofwan. 2009. Jurnal Kesehatan Remaja. Semarang. Kemas 5 (1) (2009) 48-57. (https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas)