Rabu, 07 September 2022 08:35 WIB

Konflik yang Tidak Ada Habisnya

Responsive image
5075
Riezki Aulia, S.Psi., M.Psi., Psikolog - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Saat menjelang waktu makan siang, tidak jarang kita dilanda kebingungan untuk memilih makan siang apa hari ini? Nasi padang atau bakso? Atau mungkin, kita pernah menemukan kesulitan untuk menolak tugas tambahan pekerjaan disaat kita masih ada pekerjaan lain dalam daftar antrian. Hal seperti ini, sering kita jumpai dalam kehidupan kita dan ini dinamakan konflik. Istilah konflik, mungkin tidak asing ditelinga kita namun sering kali kita mengetahui maksud dari kata ini adalah terkait dengan pertikaian atau pertengkaran. Seperti konflik diantara wilayah masyarakat satu dengan yang lainnya, ataupun konflik antar kedua negara. Kata konflik sering melekat dengan konotasi yang negatif, namun ternyata konflik tidak selamanya buruk. Konflik pun dapat muncul bukan hanya dari lingkungan luar namun juga konflik dapat muncul dari dalam diri kita sendiri.

Dalam psikologi, konflik merupakan munculnya dua atau lebih motif kuat yang tidak dapat diselesaikan bersama-sama, yang berkaitan dengan peristiwa, perilaku, keinginan, sikap, dan emosi. Konflik dapat bersumber dari dalam diri maupun dari luar diri individu. Kompleksnya pemikiran manusia dalam mempertimbangkan suatu konflik yang dimilikinya adalah ketika sumber konflik tersebut berkaitan atau saling berpengaruh baik dari internal maupun eksternal. Menurut pakar psikologi, Dollard dan Miller, menerangkan bahwa konflik berasal dari enam situasi yang membentuk empat tipe konflik: approach, avoidance, approach-approach, avoidance-avoidance, approach-avoidance, dan double approach-avoidance.

1.    Approach

Pada situasi ini, istilah approach dikaitkan dengan suatu hal yang kita inginkan. Ketika kita menginginkan sesuatu maka kita berusaha untuk mendekati hal tersebut agar dapat mewujudkan harapan tersebut. Tentu ini bukan dikatakan sebagai suatu konflik. Hal yang menarik pada situasi ini, semakin kita mendekati suatu hal yang kita inginkan maka kita akan semakin bersemangat dan bergairah untuk mendapatkannya. Hal ini pula yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan kita, untuk terus memicu semangat dalalm diri kita dalam meraih apa yang kita inginkan dengan sedikit demi sedikit berusaha mendekati hal yang kita impikan.

2.    Avoidance

Situasi kedua ini, istilah avoidance dikaitkan dengan suatu hal yang tidak kita inginkan atau perihal yang ingin kita jauhi. Ketika kita menemukan suatu hal yang tidak kita sukai atau yang mengancam keamanan dan kenyamanan diri kita, maka kita akan berusaha untuk menghindari hal tersebut sejauh yang kita bisa. Kondisi ini tentu bukanlah suatu konflik. Pada situasi ini, semakin kita mendekati suatu hal yang kita tidak inginkan, maka semakin besar pula keinginan kita menjauh ataupun menghindar dari hal tersebut.

3.    Approach-approach

Pada situasi ini, kita menemukan tipe pertama dalam konflik. Meskipun kadarnya tidak terlalu berat namun kondisi ini membuat kita merasakan konflik dalam menentukan satu pilihan diantara dua pilihan yang terbaik. Approach-approach adalah situasi dimana kita dihadapkan pada dua pilihan yang baik atau kita inginkan. Bagi sebagian orang, ketika dihadapkan pada konflik ini merka mengalami kesulitan untuk mengatasinya. Hal ini bisa disebabkan mereka kesulitan untuk menemukan perbedaan yang nyata dalam pilihan yang paling baik bagi mereka. Contohnya seperti ketika kita harus memilih pakaian yang keduanya bagus dan kita sukai namun hanya bisa memilih salah satunya, atau memilih rasa es krim yang semuanya enak dan kita sukai namun tetap hanya bisa memilih satu saja.

4.    Avoidance-avoidance

Pada situasi ini, konflik yang kita temui adalah dihadapkan pada dua pilihan yang buruk atau yang tidak kita inginkan namun tetap harus memilih salah satunya. Sama halnya dengan kondisi sebelumnya, konflik avoidance-avoidance juga dirasakan sulit bagi orang yang dihadapkan pada pilihan yang kedua hal tersebut sangat tipis perbedaannya. Contohnya seperti ketika harus memilih tempat mutasi kerja yang keduanya ditempat yang kita tidak nyaman dengan lingkungan ataupun atasannya, mau tidak mau kita tetap harus memilih dan menjalani pilihan tersebut.

5.    Approach-avoidance

Berbeda dengan dua konflik sebelumnya, pada situasi ini kita ditemukan pada satu pilihan dengan dua kondisi yang berbeda, yaitu satu pilihan yang terbaik dan satu lagi pilihan yang buruk. Ketika dihadapkan pada konflik ini, maka akan semakin sulit untuk mengatasinya. Contohnya seperti ketika kita mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan karir dengan naik jabatan maka naik pula gaji yang kita dapat dan hal ini menjadi approach bagi diri kita. Namun karir baru tersebut membuat kita harus bekerja pada lingkungan yang tidak nyaman atau dengan atasan yang tidak kita sukai dan hal ini menjadi avoidance bagi diri kita. Pada situasi seperti itu, kadang kita menjadi bimbang untuk memutuskan mengambil kesempatan tersebut atau tidak, dan mulai mempertimbangkan banyak hal dan menguatkan diri pula dari berbagai bidang.

6.    Double approach-avoidance

Konflik yang terakhir ini, bisa jadi membuat diri kita semakin kesulitan dan bahkan terjebak dalam menentukan pilihan yang terbaik. Pada kondisi ini, kita dihadapkan pada suatu konflik dimana kita harus memilih diantara 2 pilihan dengan setiap pilihan tersebut terdapat keuntungan dan kerugiannya atau hal yang baik dan buruknya secara bersamaan. Contohnya seperti ketika kita harus memilih untuk kuliah dikampus yang paling terbaik namun harus hidup mandiri atau kuliah dikampus yang biasa namun kita hidup bersama keluarga dengan nyaman. Contoh lainnya, ketika kita harus memilih untuk bekerja dilingkungan yang tidak nyaman dan penuh tekanan namun dengan gaji yang lebih besar atau bekerja dilingkungan yang sudah nyaman dan sesuai dengan kondisi kita namun gajinya kurang sesuai. Pada konflik inilah, kita benar-benar dihadapkan pada kemampuan pengambilan keputusan dan tanggung jawab yang matang dalam diri kita.

Konflik yang tidak dapat dipecahkan dan berlangsung lama dapat berdampak buruk pada stabilitas psikologis seseorang sehingga dapat memungkinkan untuk muncul gangguan stres pada orang tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama stres itu pun tidak selamanya bersifat buruk, namun dapat pula bersifat baik. Namun demikian, efek samping yang dirasakan ketika seseorang mengalami gangguan stres dalam kurun waktu tertentu akan dapat mempengaruhi kesehatannya baik secara fisik maupun psikologis.

Contohnya ketika kita kesulitan untuk memutuskan untuk belajar diantara 2 kampus terbaik atau memutuskan untuk bekerja diantara 2 tempat kerja yang bagus, kita sulit untuk memutuskan pilihan tersebut dengan segera. Jika kita memiliki kemampuan pemecahan permasalahan yang baik maka kita dapat mengambil keputusan dengan matang. Namun tidak sedikit orang kurang memiliki kemampuan itu secara mumpuni, yang mengakibatkan cukup lama atau bahkan sulit untuk mengambil keputusan terbaik tersebut. Ketika berada pada situasi itu, maka tanpa disadari kita berada pada kondisi psikologis yang tegang berkepanjangan dan terus menerus menggunkanan pikiran kita untuk memikirkan jalan keluar terbaik. Hingga pada akhirnya, efek dini yang kita rasakan adalah kelelahan baik fisik maupun psikis.

Di sisi lain, jika konflik itu dapat kita atasi dengan baik maka proses dan keberhasilan dalam menyelesaikan konflik tersebut akan berdampak positif pada diri kita. Dampak positif itu adalah kita jadi belajar dalam menghadapi dan memecahkan suatu konflik yang dimiliki dan siap dalam menghadapi konflik serupa kedepannya. Hal inilah yang membuat kita perlu kemampuan mengenali konflik dan pemecahan permasalahan yang mumpuni.

 

Referensi:

Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. 2014, February 3. conflict. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/science/conflict-psychology

Tangen, Ken. 2016, August 27. Types of conflict. Psychlearning. https://psychlearning.com/types -of-conflict/

Hussein, Abdul & Salem Al-Mamary, Yaser Hasan. 2019. Conflicts: Their Types, And Their Negative And Positive Effects On Organizations. International Journal of Scientific & Technology Research. 8. 10-13.

Feist, Gregory, Tomi-Ann Roberts, & Jess Feist. 2020. Theories of Personality. New York: McGraw-Hill Education