Jumat, 02 September 2022 13:42 WIB

Waspada Kebiasaan Kesalahan Duduk di Era Pandemi

Responsive image
4197
Ns. Nurul Hidayati, S.Kep - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Tranformasi digital terjadi saat pandemi Covid-19 melanda dunia, tidak terlepas Indonesia. Berbagai lini dipaksa beradaptasi dengan keterbatasan tatap muka. Teknologi digital sudah tersedia sejak lama, namun pandemi Covid-19 memaksa peneraannya lebih cepat. Perusahaan, sekolah, konsultasi medis, belanja beralih ke digital dan membuat sebagian besar masyarakat menghabiskan waktunya duduk di depan laptop atau  smartphone untuk menyelesaikan pekerjaan maupun berbelanja dari e-commers.

Banyak yang tidak menyadari kebiasaan buruk posisi duduk yang tidak benar mengakibatkan berbagai masalah tulang belakang. Kebiasaan duduk lama akan menyebabkan nyeri pada pinggang maupun punggung. Kebiasaan duduk miring mengakibatkan kompensasi otot tulang belakang untuk menjaga keseimbangan, namun mengakibatkan ketidakseimbangan postur tubuh. Tulang belakang yang miring mengakibatkan pegal, mual, keterbatasan gerak, kontraktur otot dan berbagai masalah lebih luas jika menekan sistem saraf pernafasan, pencernaan atau kardiovaskuler. Tulang belakang adalah bagian tubuh yang sering kali kita abaikan. Padahal tulang belakang menyimpan berbagai syarafyang bisa menyebabkan penyakit jika tidak dalam posisi benar.  Salah satu penyakit yang muncul akibat tulang belakang adalah skoliosis/punggung bengkok.

Skoliosis adalah kelainaan berupa kelengkungan tulang  belakang, atau pembengkokan tulang belakang kearah samping kiri atau kanan atau kelainana tulang belakang pada bentuk C atau S akibat kesalahan aktivitas secara terus menerus. Kebiasaan duduk yang salah secara terus menerus dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti nyeri punggung, pegal, trauma pada tulang belakang sehingga mengakibatkan trauma, deformitas tulang atau kelainan bentuk tulang seperti kifosis, lordosis maupun skoliosis.

Jenis skoliosis terbagi menjadi tiga yaitu skoliosis idiopatik karena genetika, skoliosis degeneratif akibat pertambahan usia yang dapat merusak tulang belakang, dan skoliosis konginetal yaitu bawaan lahir akibat pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal sejak dalam kandungan. Pada skoliosis idiopatik berjalan lambat dan semakin memberat saat timbul gejala nyeri hebat pada punggung, ketidak seimbangan tubuh atau gangguan sitem pernafasan. Pasien skoliosis datang dengan gejala awal tidak seimbanganya bahu kanan dan kiri, nyeri hebat pada pinggang/ punggung atau ketidak seimbangan berjalan pada anak-anak sehingga tidak sesuai usianya.

Skoliosis tidak akan cepat disadari karena tidak terlihat secara langsung jika derajat pembengkokan masih kecil. Namun, akan dirasakan perlahan akibatnya yang mengganggu aktivitas. Beberapa tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki derajat skoliosis berupa gips, bracing (bingkai penguat tulang punggung), traksi (penarikan), latihan, atau operasi untuk derajat skoliosis yang derajat pembengkokannya besar lebih dari 40 derajat.

Deteksi skoliosis lebih awal diperlukan untuk menentukan derajat keparahan dan alternatif terapi yang akan diberikan. Ketika pasien datang dengan derajat keparahan >40% dan pada usia yang sudah dewasa akan berbeda dengan anak-anak. Salah satu upaya deteksi dini yaitu pemeriksaan skoliosis di sekolah seperti yang dilakukan RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta menghadirkan aplikasi ASIYAP sebagai inovasi deteksi dini gangguan skoliosis di tulang belakang yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Setelah menjawab beberapa pertanyaan akan muncul hasil yang mengarah pada skoliosis atau tidak. Jika Ya, maka disarankan untuk konsultasi atau pemeriksaan lebih lanjut di poliklinik RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.

Pemeriksaan se dini mungkin untuk mengetahui derajat skoliosis dan tingkat keparahan. Cara non operasi pun sangat mungkin dilakukan jika terdeteksi sedini mungkin dengan tingkat keparahan ringan yaitu dengan berenang, olahraga punggung, peregangan otot dan fisioterapi. Namun pada pasien dewasa dengan tingkat keparahan sudut 20 sampai 40 perlu menggunakan bantuan rangka atau brace yang dipakai secara terus-menerus untuk memperbaiki struktur rangka tulang.

Menjaga posisi tulang belakang agar tetap baik maka lakukanlah :

1.      Mengangkat beban tidak berlebihan

Tidak membiasakan membawa beban berat dipunggung atau sebelah badan secara terus menerus, jika membawa beban berat sebaiknya dijinjing.

2.      Duduk tegak

Membiasaan duduk tegak, duduk dengan posisi nyaman namun tidak benar dihindari. Duduk dengan posisi tegak punggung lurus,bokong dan bahu menempel ke kursi.

3.      Tidur lurus

Posisi tidur yang benar yaitu lurus mulai dari leher hingga kaki, kebiasaan tidur meringkuk atau miring mengakibatkan tidak proporsional dan otot tubuh mengalami gravitasi untuk menyangga tubuh.

4.      Berenang

Memilih olahraga seperti berenang yang terbukti untuk memperbaiki posisi tubuh. Menghindari olahraga berat atau memperberat cedera seperti angkat beban.

5.      Asupan Nutrisi yang baik

Membiasakan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium, magnesium, vitamin D dan fosfor. Nutrisi yang cukup membuat pertumbuhan tulang menjadi baik, namun jangan mengkonsumsi secara berlebihan

6.      Peregangan

Setiap melakukan aktifitas duduk lama usahakan untuk melakukan streaching atau peregangan 30-45 menit dengan berjalan di sekitar ruangan atau meregangkan otot tubuh.

Jagalah kesehatan tulang dengan membiasakan duduk tegak dan melakukan aktivitas dengan benar. Jangan ragu untuk melakukan deteksi dini skoliosis pada aplikasi RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yaitu aplikasi ASIYAP.

Referensi :

web app ( https://asiyap.rso.go.id/ )

Sumber foto: lifepal.co.id