Jumat, 26 Agustus 2022 14:42 WIB

Hipokalemia

Responsive image
49575
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Hipokalemia adalah kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan asupan kalium yang cukup. Artinya, kadar kalium di dalam darah lebih rendah daripada batas normal. Kalium adalah mineral dalam tubuh yang mengendalikan fungsi sel saraf dan otot, terutama otot jantung. Kalium juga berperan dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Ketika kadar kalium dalam tubuh berkurang, berbagai gejala akan muncul, tergantung kepada jumlah kalium yang hilang. Kadar kalium dalam darah normalnya berkisar antara 3,5 - 5,2 millimoles per liter (mmol/L). Bila kurang dari 2.5 mmol/L, Anda berisiko mengalami masalah kesehatan serius. Kekurangan kalium pada lansia dapat menurunkan fungsi organ, kehilangan selera makan, hingga memicu risiko penyakit tertentu. Selain itu, sejumlah pengobatan tertentu bisa meningkatkan risiko kekurangan kalium. Hipokalemia dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Meski begitu, kekurangan kalium cenderung dijumpai pada wanita. Anda bisa mencegah masalah kesehatan ini dengan menghindari faktor yang dapat meningkatkan risiko kadar kalium yang rendah.

Penyebab Hipokalemia

Hipokalemia terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengeluarkan kalium. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor penyebab kekurangan kalium yang paling umum adalah :

1.      Muntah-muntah

2.      Diare berlebih

3.      Penyakit ginjal atau gangguan pada kelenjar adrenal.

4.      Konsumsi obat diuretik.

Meskipun jarang terjadi, kekurangan kalium juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor di bawah ini :

1.      Kekurangan asam folat.

2.      Ketoasidosis diabetik

3.      Rendahnya kadar magnesium dalam tubuh (hipomagnesemia).

4.      Konsumsi obat asma atau antibioitik.

5.      Penggunaan obat pencahar dalam jangka panjang.

6.      Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

7.      Kebiasaan merokok

Gejala Hipokalemia

Gejala bisa muncul ketika kadar kalium dalam tubuh rendah, yaitu di bawah 3.6 mmol/L. Meski begitu, hipokalemia ringan umumnya tidak menimbulkan gejala. Berikut adalah keluhan awal yang muncul pada penderita hypokalemia :

1.      Mual dan muntah.

2.      Hilang nafsu makan.

3.      Sembelit atau konstipasi.

4.      Tubuh terasa lemah.

5.      Kesemutan

6.      Kram otot

7.      Jantung berdebar

Kadar kalium dalam darah yang sangat rendah, yaitu kurang dari 2.5 mmol/L, dapat berakibat fatal. Kondisi ini tergolong hipokalemia berat. Beberapa gejala hipokalemia berat yang dapat muncul adalah :

1.      Ileus paralitik

2.      Kelumpuhan

3.      Gangguan irama jantung (aritmia).

4.      Henti napas

Gangguan irama jantung akibat hipokalemia bisa terlalu lambat (bradikardia), terlalu cepat (takikardia), atau tidak beraturan seperti atrial fibrilasi. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada orang yang mengonsumsi obat digoxin.

Kapan Harus ke Dokter

Periksakan diri ke dokter jika mengalami muntah-muntah lebih dari 1 hari atau diare lebih dari 2 hari. Muntah dan diare dapat menyebabkan dehidrasi dan kekurangan kalium sehingga perlu segera diberikan penanganan.

Segera ke IGD jika gejala hipokalemia disertai dengan keluhan jantung berdebar, lemas, atau kelumpuhan. Penanganan perlu segera dilakukan karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

Pemeriksaan Hipokalemia

Dokter akan menanyakan gejala yang muncul dan memeriksa riwayat kesehatan untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang dapat memicu muntah atau diare. Dokter juga akan mengukur tekanan darah, suhu tubuh, dan detak jantung pasien, karena hipokalemia dapat memengaruhi ketiga hal tersebut.

Untuk mengukur kadar kalium dalam darah, dokter akan melakukan tes darah. Kadar kalium normal adalah 3.7-5.2 mmol/L. Jika kadar kalium lebih rendah dari angka tersebut, maka pasien didiagnosis menderita hipokalemia.

Selain tes darah, tes urine juga dilakukan untuk mengukur jumlah kalium yang terbuang bersama urine.

Jika pasien memiliki riwayat penyakit jantung, maka dokter akan melakukan Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi gangguan detak jantung yang diakibatkan oleh rendahnya kadar kalium dalam tubuh.

Penanganan Hipokalemia

Metode penanganan hipokalemia tergantung pada rendahnya kadar kalium, penyebab yang mendasarinya, dan kemampuan pasien dalam mengonsumsi cairan atau obat. Jika kondisinya cukup serius, pasien harus menjalani rawat inap di rumah sakit sampai kadar kalium dalam tubuhnya kembali normal.

 

 

 

Referensi          :

Desi Salwani. 2019. Diagnosis dan Tatalaksana Hipokalemia. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala Banda Aceh.

Breeggemann, M. & Gluck, S. 2022. Transient Hyperkalemia Following Treatment of Chronic Hypokalemia : A Case Report and Review of Distal Tubule Physiology. Case Report in Nephrology and Dialysis, 12(1), pp. 1-4.

Tinawi, M. 2020. Hypokalemia : a Practical Approach to Diagnosis and Treatment. Archives of Clinical and Biomedical Research, 4(2), pp. 48-66.

American Academy of Family Physicians. 2020. Family Doctor. Antiemetic Medicines : OTC Relief for Nausea and Vomiting.

American Heart Association. 2016. How Potassium Can Help Control High Blood Pressure.

National Institute of Health. 2022. MedlinePlus. Low Potassium Level.

Cunha, M. Emedicine Health. 2021. Low Potassium (Hypokalemia).

DerSarkissian, C. WebMD. 2021. Understanding Nausea and Vomiting.