Selasa, 23 Agustus 2022 09:44 WIB

Anosmia yang Berhubungan dengan Nutrisi

Responsive image
3642
Ides Haeruman Taufik, SKM.,M.Si.,RD - RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

Anosmia adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau. Kondisi ini juga menyebabkan penderitanya kurang bisa menikmati makanan seperti biasanya dan membuat nafsu makan menjadi turun. Nafsu makan turun maka asupan makanan menjadi turun, berakibat  daya imunitas tubuh yang seharusnya naik karena penyakit (Covid 19) ini malah turun. Biasanya juga di sertai rasa makan yang terasa hambar. Kondisi ini dapat memicu hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, malnutrisi, hingga depresi.

Anosmia juga kerap dialami oleh penderita COVID-19. Oleh karena itu, jika Anda mengalami anosmia, memerlukan pemeriksaan COVID-19.  Gejala anosmia pada COVID-19 juga sering diikuti dengan ageusia, yaitu hilangnya fungsi indra pengecap. Kondisi ini membuat orang yang mengalaminya tidak bisa mengecap rasa makanan atau minuman yang ia konsumsi. Komplikasi anosmia atau anosmia yang tidak tertangani dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan menurunkan kualitas hidup penderitanya. Sejumlah komplikasi dan bahaya yang dapat terjadi akibat anosmia yang berhubungan dengan makanan antara lain:

  • Keracunan makanan, karena tidak dapat menyium bau makanan yang busuk atau basi
  • Makan terlalu sedikit atau terlalu banyak (pada beberapa kasus), karena tidak timbulnya puas dalam mengkonsumsi makanan meskipun banyak.
  • Tidak bisa mencium makanan bahkan bau badan sendiri
  • Kebakaran, akibat tidak bisa mencium benda yang terbakar atau gas yang bocor saat proses pemasakan.

Bila seseorang mengalami anosmia, maka perlu pendampingan dalam kesehariannya. Manfaat pendamping di sini adalah untuk :

  1. Mengingatkan pasien (penderita anosmia) untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga daya tahan tubuh (imunitas) dapat pulih bahkan meningkat.
  2. Menghindari makanan yang telah basi atau rusak, karena bila penderita anosmia hidup sendiri maka dia akan tidak sadar bahwa makanan disekelilingnya apakah masih bagus atau sudah basi.

Bila Anda sedang mengalami anosmia, ada beberapa cara untuk mencegah bahaya akibat kondisi tersebut, di antaranya:

  1. Memasang alarm asap di rumah sebagai pengingat jika ada benda yang terbakar dan berpotensi menimbulkan kebakaran
  2. Menandai tanggal kedaluwarsa makanan atau minuman dengan jelas
  3. Mengganti kompor atau pemanas air yang berbahan bakar gas menjadi elektrik (otomatis terhenti bila telah mencapai suhu maksimal) dan memasang alarm kebocoran gas

Pasien Covid-19 yang mengalami anosmia penting untuk mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang agar cepat sembuh dari kondisinya, sehingga anosmia tidak terlalu parah. Artinya harus mengkonsumsi beraneka ragam makanan, tentunya dengan gizi yang cukup dan seimbang. Nasi sebaiknya jangan terlalu banyak (sebesar kepalan orang tersebut),  jumlah sayuran sebanding dengan jumlah nasi dan buah ditambah agar vitamin dan mineral tercukupi. Ada beberapa jenis makanan yang perlu dihindari bila kita menderita anosmia seperti :

1. Gorengan

Pasien yang mengalami anosmia sebaiknya menghindari gorengan, setidaknya sampai dinyatakan sembuh. Tekstur (gorengan) memicu tenggorokan gatal, nanti susah menelan. Jadi jangan mengonsumsi gorengan karena akan berakibat radang tenggorokan. Kondisi radang tenggorokan akan menurunkan nafsu makan penderita anosmia. Sebagai gantinya, coba pilihlah makanan favorit lain yang cenderung segar dan mudah dikunyah (lunak) seperti buah-buahan yang dapat merangsang peritaltik daerah tenggorokan. Tidak perlu memaksa mengunyah makanan yang Anda tidak disukai.

2. Makanan tinggi garam

Anosmia membuat pasien Covid-19 kebingungan dengan respon indera pengecap. Lidah bak mengalami anomali. Sebagian mengaku semua makanan terasa hambar, ada pula yang mengaku makanan menjadi rasa pahit yang berlebihan. Untuk mengatasi hal ini, disarankan agar mengurangi konsumsi garam.

Semakin asin, maka lidah makin merasakan pahit. Jadi lebih baik kurangi garam saat memasak. Bahkan jika perlu tanpa garam. Sebaliknya, tambahkanlah rasa pedas atau rasa asam yang cukup ke dalam menu makanan, atau lebih baik meningkatkan atau menambah bumbu bumbu alami seperti bawang putih, bawang merah merica dan remapah rempah lainnya, untuk merangsang peningkatan imun tubuh. Cabai dan bawang dalam sambal mengandung senyawa yang menekan saraf, lalu kita jadi merasa pedas dan memicu produksi air liur sehingga seseorang menjadi ingin makan.

3. Makanan bertekstur kasar

Makan makanan pedas bisa membantu mengurangi penderitaan saat mengalami anosmia. Tapi bagi sebagian orang yang punya penyakit lain yang berkaitan di pencernaan, itu justru membahayakan yang berakibat diare atau mencret.

Meski ingin segera pulih dari anosmia, pasien hendaknya memperhatikan kondisi organ tubuh lainnya. Saat diare, pasien sebaiknya harus memilih makanan yang mudah dicerna dan tidak mengiritasi usus dan mudah diserap oleh tubuh. Cari makanan yang lunak dan kaya nutrisi. Jadi makanan yang bertekstur kasar akan menyebabkan tenggorokan mengalami luka sehingga timbul radang tenggorokan. Sebaiknya makan yang gampang  ditelan saja, seperti makanan berkuah.

Selain dari 3 pantangan di atas, pasien disarankan mengonsumsi rempah-rempah untuk menjaga atau meningkatkan daya tahan tubuh. Bila pasien sampai merasa mual, bisa dipulihkan dengan jus lemon atau minuman tradisional wedang jahe. Kulit lemon dan kencur juga berfungsi sebagai anti bakteri. Tujuannya supaya tidak ada infeksi sekunder dari bakteri dan jamur. Penderita Covid-19 itu sudah terserang virus, jadi jangan sampai diserang oleh virus dan bakteri secara bersamaan. Tubuh kita akan kerepotan karena musuhnya banyak. Maka sebaiknya pasien yang mengalami anosmia meningkatkan konsumsi makanan sebagai berikut :

1. Bawang putih

Mengkonsumsi bawang putih dapat meredakan pembengkakan dan peradangan di area sekitar saluran hidung. Bawang putih bermanfaat untuk memudahkan pernapasan dan akhirnya membantu memulihkan indra penciuman dan perasa lebih cepat. Meski tidak bisa dihirup, bawang putih ini bisa dibuat dalam bentuk ramuan dengan cara dihancurkan dan diberi air hangat.

2. Bubuk cabai merah dan cabai rawit

Bumbu-bumbu pedas seperti bubuk cabai rawit atau cabai merah bisa membantu memulihkan anosmia. Meski bukan termasuk pengobatan yang didukung sains, manfaat yang ada dalam rempah yaitu capsaicin, yang disebut efektif 'membersihkan' hidung yang tersumbat bisa mengaktifkan dan meningkatkan fungsi indra penciuman. Bubuk cabai merah dan cabai rawit juga bisa membantu untuk mengatasi flu. Caranya, campurkan secangkir air dan bubuk rempah, dan bisa tambahkan zat pemanis seperti madu sebelum digunakan.

3. Minyak esensial

Pelatihan penciuman adalah cara yang ampuh untuk memperbaiki otak dalam mengembalikan indra penciuman dan perasa. Latihan penciuman ini bisa dilakukan dengan menghirup minyak esensial selama 20-40 detik dan dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

4. Aroma jeruk

Aroma jeruk juga dipercaya bisa menjadi trik untuk membantu memulihkan indra penciuman dan perasa. Pengobatan tersebut meniru pengobatan di Jamaika yang menggunakan pembakaran jeruk di atas api terbuka dan kemudian memakan daging buahnya. Cara ini dianggap bisa menyegarkan indra penciuman untuk mengendus sesuatu yang kuat hingga akhirnya fungsinya bisa kembali.

5. Minyak jarak

Minyak jarak merupakan bahan yang mengandung sifat antioksidan, anti-inflamasi dan sudah digunakan banyak orang yang sering mengalami gejala nyeri sinusitis dan alergi untuk mengurangi pertumbuhan polip hidung. Cara ini juga cukup bermanfaat untuk meredakan gejala batuk, pilek, dan memulihkan kembali fungsi indra penciuman.

 

Referensi :

https://health.kompas.com/read/2021/07/10/120100068/6-cara-meningkatkan-nafsu-makan-untuk-penderita-anosmia?page=all

https://www.alodokter.com/waspadai-gejala-ageusia-pada-covid-19

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/25/170000565/3-pantangan-makanan-bagi-pasien-positif-covid-19-yang-alami-anosmia?page=all