Rabu, 10 Agustus 2022 14:26 WIB

Indonesia dan Sejarah Penemuan Alat Elektrokardiografi

Responsive image
3559
dr. Aditya Angela Adam, M.Biomed - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Elektrokardiogram adalah istilh yang digunakan untuk alat perekam aktivitas listrik jantung melalui alat sadapan listrik. Sadapan listrik ini ditempelkan pada kulit tangan, kaki, dan dada kiri. Terdapat 10 alat penyadap listrik yang ditempelkan pada kulit, disebut juga sebagai elektroda. Lewat 10 elektroda ini, aktivitas listrik jantung diukur dari beragam sisi, membentuk gambaran 12 sudut pandang. Keduabelas sudut pandang ini akan dicetak pada kertas dalam bentuk gelombang yang kemudian diartikan secara keseluruhan oleh dokter untuk menentukan penyakit pasien. Elektrokardiogram terbukti mampu membedakan beragam jenis penyakit. Pemeriksaan ini juga mudah, cepat, dan tidak invasif. Banyak penyakit gawat darurat yang dapat dideteksi dengan elektrokardiogram, seperti serangan jantung atau sindroma koroner akut, sumbatan pembuluh darah paru, hingga kondisi gangguan elektrolit seperti kadar kalium yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Pemeriksaan elektrokardiografi merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan pada pasien dengan penyakit jantung.

Tahukah anda, bahwa penemu alat EKG lahir di Indonesia? Penemunya bernama William Einthoven. Dia adalah seorang berdarah Belanda yang lahir di kota Semarang. Dia menemukan alat elektrokardiogram pada tahun 1902. Teknologi yang ditemukan oleh Einthoven masih digunakan sebagai pemeriksaan penunjang wajib organ jantung sampai saat ini. Atas penemuan ini, Einthoven disebut sebagai bapak elektrokardiografi modern. Penemuannya ini membuat Einthoven memperoleh penghargaan nobel di bidang kesehatan pada tahun 1924. Lewat alat EKG yang Einthoven temukan, aktivitas listrik jantung dapat diidentifikasi dengan jelas. Gelombang yang terekam pada elektrokardiogram dikenal dengan nama gelombang P, Q, R, S, T, dan U. Nama gelombang dari Einthoven masih dipakai hingga sekarang dan masih terus dikembangkan untuk meneliti beragam kelainan jantung di dunia.

Alat EKG saat ini juga telah mengalami perkembangan menjadi semakin canggih dan berukuran lebih kecil. Beberapa alat bahkan bisa menghitung dan menginterpretasi kelainan jantung secara otomatis. Sistem EKG juga sudah dapat dimasukkan ke dalam alat wearables seperti jam tangan pintar, sehingga dapat menilai irama jantung secara cepat dan mudah.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi:

Kligfield P. The centennial of the Einthoven electrocardiogram. J Electrocardiol. 2002;35 Suppl:123-9. doi: 10.1054/jelc.2002.37169. PMID: 12539109.

Pahlm O, Uvelius B. The winner takes it all: Willem Einthoven, Thomas Lewis, and the Nobel prize 1924 for the discovery of the electrocardiogram. J Electrocardiol. 2019 Nov-Dec;57:122-127. doi: 10.1016/j.jelectrocard.2019.09.012. Epub 2019 Sep 6. PMID: 31629994.

Willem Einthoven: As part of our ongoing series of Nobel Prize winners that have contributed to cardiovascular medicine, Mark Nicholls focuses on the work of Willem Einthoven who was awarded the 1924 Nobel Prize in Physiology or Medicine “for his discovery of the mechanism of the electrocardiogram”, European Heart Journal, Volume 40, Issue 37, 1 October 2019, Pages 3075–3078, https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehz663

Britannica, The Editors of Encyclopaedia. "Willem Einthoven". Encyclopedia Britannica, 25 Sep. 2021, https://www.britannica.com/biography/Willem-Einthoven.. Diakses pada 3 April 2022. Jam 15.00 WIB.

Forogos RN. Electrocardiogram (ECG or EKG): Procedure and Results (verywellhealth.com). https://www.verywellhealth.com/the-electrocardiogram-ecg-1745304. Diakses pada 3 April 2022. Jam 15.04 WIB.

Sumber gambar : verywell