Rabu, 10 Agustus 2022 08:00 WIB

Cerebral Vasospasme

Responsive image
2541
Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

          Cerebral vasospasme merupakan penyempitan pembuluh darah pada arteri yang biasa terjadi pada komplikasi akibat perdarahan subarachnoid. Meskipun vasospasme dapat terjadi walaupun jarang pada perdarahan subarachnoid akibat trauma, pecahnya malformasi vascular, perdarahan dalam tumor, dan kondisi penyakit apapun yang menyebabkan perdarahan subarachnoid, dalam praktek klinis sejauh ini vasospasme paling sering terjadi pada pecahnya aneurisma otak yang menyebabkan perdarahan subarachnoid. Vasopasme cerebral sering terjadi pada pecahnya aneurisma, dengan insiden keseluruhan 50%-90%. Analisis terhadap 2741 pasien yang pada tahun 1990 terhadap pasien yang mengalami perdarahan subarachnoid sebanyak 26% akan mengalami vasospasme pada 6 minggu pertama dan ini berkorelasi erat dengan kondisi perburukan pada pasien.

Faktor-faktor yang resiko dapat meningkatkan terjadinya vasospasme pada pasien pecahnya aneurisma dengan perdarahan subarachnoid adalah :

1.      Tebalnya perdarahan subarachnoid

2.      Perdarahan pada ventrikel

3.      Perdarahan subarachnoid yang persisten

4.      Defisit neurologis pada saat awal masuk perawatan

5.      Penurunan kesadaran akibat dari pecahnya aneurisma

6.      Riwayat merokok

7.      Riwayat Hipertensi

8.      Riwayat Diabeter Melitus

9.      Riwayat penggunaan kokain

          Vasospasme dapat diklasifikasikan dengan vasospame angiografik dan vasospasme Simtomatik. Angiografik vasospasme merupakan vasospasme yang didapatkan pada pemeriksaan angiografi dan tidak disertai dengan gejala klinis. Vasospasme simptomatik merupakan sindrom klinis dari iskemia cerebral dan pada gambaran angiografi ditemukan vasospasme.

Diagnosis vasospasme dapat ditegakan dengan :

1.      Klinis :

     Terjadi penurunan kesadaran yang progresif atau perburukan dari defisit neurologis pasien setelah 4 hari dari perdarahan terjadi, hal ini menignkatkan kecurigaan terjadinya vasospasme

2.      Pemeriksaan penunjang :

     Trancranial Doppler, Angiografi, dan terdapat pemeriksaan-pemeriksaan terbaru saat ini seperti Xenon-CT scan, Positron emission tomography (PET) Scan, dan Isotopes.

          Penangan pada kasus cerebral vasospasme saat ini dapat dilakukan dengan terapi 3H yaitu hypervolemia, hemodilusi dan hipertensi disertai dengan pemberian obat-obatan seperti Nimodipin, Statin, Magnesium sulfat, Endotelin reseptor antagonis, dan kortikosteroid.

Referensi :

 1.    Findlay, J., Nisar, J. and Darsaut, T., 2015. Cerebral Vasospasm: A Review. Canadian Journal of Neurological Sciences / Journal Canadien des Sciences Neurologiques, 43(1), pp.15-32.

2.    Murthy, T., Bhatia, M. and Prabhakar, B., 2005. Cerebral vasospasm: Aetiopathogenesis and intensive care management. Indian Journal of Critical Care Medicine, 9(1), pp.42-46.

3.    Li, K., Barras, C., Chandra, R., Kok, H., Maingard, J., Carter, N., Russell, J., Lai, L., Brooks,

M. and Asadi, H., 2019. A Review of the Management of Cerebral Vasospasm After Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage. World Neurosurgery, 126, pp.513-527.