Selasa, 09 Agustus 2022 12:15 WIB

International Cushing Awareness Week Series 01 Mengenal Lebih Awal Sindrom Cushing

Responsive image
1212
Ida Bagus Aditya Nugraha - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

     Memperingati tanggal 8 April sebagai International Cushing Awarness Week buat para sobat sehat sekalian, penting sekali mengenal apa yang dimaksudkan dengan Sindrom Cushing ini. Seperti dari dua kata yang menyusunnya sindrom berarti kumpulan gejala yang menjadi dasar disebutnya istilah ini, serta Cushing ini adalah nama seseorang yaitu penemu dari penyakit ini pertama kali yaitu Harvey Cushing yang melaporkan kasus pertama Sindrom Cushing pada tahun 1932.

     Sindrom Cushing (SC) merupakan akibat dari meningkatnya kadar glukokortikoid yang berlebihan baik berasal dari eksogen maupun dari endogen. Hanya sedikit informasi epidemiologis tentang prevalensi dan insiden SC, secara tradisional diperkirakan diderita oleh sekitar 10-15 orang per sejuta penduduk setiap tahun di Amerika Serikat, sehinga terdaftar sebagai penyakit jarang oleh Office of Rare Disease dari National Institute of Health (NIH). Studi dibeberapa Negara Eropa seperti Itali, Spanyol, dan Denmark melaporkan bahwa insiden tahunannya berkisar antara 0.7-2.4 per sejuta penduduk pertahun. Walaupun prevalensi pada penduduk umum relatif rendah, namun prevalensinya ditemukan relatif lebih tinggi pada mereka dengan risiko tinggi seperti pada penderita diabetes mellitus (terutama dengan kendali yang buruk), hipertensi, dan osteoporosis dengan onset dini (khususnya jika dengan fraktur).

     Sindrom Cushing eksogen (iatrogenik), merupakan bentuk tersering, terutama disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid oral, intra-artrikuler, atau inhalasi yang digunakan sebagai antiinflamasi. Sindrom Cushing endogen disebabkan oleh ganguan dinamik sekretori normal aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA), yang menyebabkan sekresi kortisol yang berlebihan. Untuk menegakkan diagnosis Sindroma Cushing ini kami menyarankan agar sahabat sobat sehat dapat berkonsultasi dengan dokter terkait khususnya dengan kami di bidang endokrinologi, metabolik, dan diabetes untuk dapat mengarahkan dengan benar dan tepat.

     Diagnosis SC ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan beberapa pemeriksaan meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Diagnosis SC sering terabaikan karena gejalanya beraneka-ragam dan gejala akibat hiperkostisolemia seperti obesitas, diabetes, hipertensi, hilangnya masa tulang dan depresi sering ditemukan pada penduduk umum. Gejala hiperkortisolemia yang mudah dikenali diantaranya plethora wajah, tumpukan lemak di supraklavikuler, buffalo hump, obesitas perut, dan striae ungu.

     Besar harapan kami dengan informasi awal yang diberikan agar memberikan gambaran umum kepada masyarakat dan tidak takut dan ragu bila menghadapi gejala awal sindrom cushing ini. Tetap sehat untuk semua , Salam Sehat..Sehat Indonesia. Sampai bertemu pada series berikutnya dari pembahasan Cushing Syndrome ini. Terima kasih

Referensi :

1. Cuevas-Ramos D and Fleseriu M. Treatment of Cushing’s disease: a mechanistic update. J Endocrinol 2014; 223: R19-R39.

2. Feelders RA, Pulgar SJ, Kempel A, Pereira AM. The burden of Cushing’s disease: clinical and health-related quality of life aspects. Eur J Endocrinol 2012; 167: 311-326.

3. Guaraldi F And Salvatori R. Cushing Syndrome: maybe not so uncommon of an endocrine disease. J Am Board Fam Med 2010; 25: 199-208.

4. Duran-Perez EG, Moreno-Loza OT, Carrasco-Tobon G, Segovia-Palomo A. Optimal management of Cushing syndrome. Res Report Endocrine Dis 2012; 2: 19-30.

5. Ragnarsson O and Johannsson G. Cushing’s syndrome: a structured short- and longterm management plan for patients in remission. Eur J Endocrinol 2013; 169: R139- R152.

6. Suastika, K. Sindroma Cushing. DIsampaikan dalam Bali Endocrine Update ke 13, tahun 2016. Penerbit : Percetakan Bali.