Selasa, 09 Agustus 2022 09:44 WIB

Masih Adakah Kolesterol Baik atau Kolesterol Jahat

Responsive image
702
dr. I wayan Gede Sutadarma, MGizi, SpGK - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Mendengar kata “kolesterol” dalam makanan, sebagian besar orang akan merasa takut dan berpikir akan penyebab penyakit kronis, sehingga mereka akan cenderung menjauhi makanan sumber kolesterol tersebut. Sebenarnya, tubuh tetap memerlukan kolesterol dalam jumlah tertentu untuk membuat sejumlah hormon penting seperti hormon kortisol, testosterone atau estrogen dan menghasilkan vitamin D.

 Kolesterol merupakan senyawa kimia lemak yang sebagian besar diproduksi oleh hati atau dapat juga bersumber dari makanan seperti keju, susu, telur atau daging merah. Asupan makanan tinggi lemak (lemak jenuh dan lemak trans) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Kedua jenis lemak inilah yang mudah rusak akibat radikal bebas dalam pembuluh darah, sehingga asupannya harus dibatasi.

Makanan sumber lemak jenuh meliputi minyak kelapa atau sawit dan olahannya seperti santan. Sedangkan makanan sumber lemak trans didapatkan dari sumber hewani seperti minyak hewan, daging merah, jeroan, makanan laut selain ikan, olahan kulit hewan (kerupuk) dan sumber nabati seperti olahan karbohidrat (tepung) menggunakan minyak nabati melalui proses hidrogenisasi yaitu penambahan hidrogen sehingga menjadi lebih padat dan rasa lebih gurih, contohnya olahan mentega dan margarin, kentang goreng atau kerupuk dan keripik.

Makanan sumber lemak tidak jenuh seperti omega 3, omega 6 atau omega 9 diketahui bermanfaat bagi kesehatan. Asupan omega 3 didapatkan dari sumber minyak ikan, asupan omega 6 didapatkan dari minyak nabati (minyak kacang atau biji) sedangkan omega 9 didapatkan dari alpokat atau minyak alpokat. Kebutuhan omega 3 dan 6 mengikuti rasio yang ideal sesuai kendisi tubuh.

Batasan asupan lemak harian berdasarkan anjuran Kemenkes adalah 20-25% kebutuhan total energi harian atau setara 5 sendok makan per orang per hari termasuk jumlah minyak untuk mengolah makanan. Kebiasaan membaca label nutrisi pada makanan olahan dapat membantu mengetahui kebutuhan lemak harian.

Jadi, tidak semua jenis lemak makanan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, dengan mengurangi asupan makanan sumber lemak jenuh dan menghindari makanan sumber lemak trans, diharapkan dapat mengurangi risiko gangguan pembuluh darah.

 

 

 

 

 

Referensi :

Angka Kecukupan Gizi Indonesia 2019 dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2019.

Pencantuman Informasi Kandungan Gula, garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 30 tahun 2013.