Senin, 08 Agustus 2022 12:21 WIB

Sindrom Aicardi: Misteri yang Belum Terpecahkan

Responsive image
1159
Prof. Dr. dr. Tjokorda Gede Bagus Mahadewa, M. Kes - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Sindrom Aicardi adalah penyakit genetik langka yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1965, oleh Aicardi, yang mempelajari 117 kasus kejang pada bayi dan menemukan delapan kasus baru yang termasuk sindrom ini. Sindrom ini dibentuk oleh trio klasik karakteristik kelainan klinis neurologis (kejang), jaringan saraf penghubung otak tidak terbentuk dengan benar dan kelainan pada bola mata. Sebagian besar kasus sindrom Aicardi telah dilaporkan pada bayi wanita, tetapi dua kasus pada pria juga telah dilaporkan. Masih belum ada penjelasan mengenai penyebabnya, tetapi perkiraan yang paling mungkin adalah bahwa sindrom ini berasal dari mutasi genetik pada salah satu gen yang mengakibatkan masalah pada bayi perempuan dan mematikan bagi pria.1

Berdasarkan survei internasional terhadap 408 kasus sindrom Aicardi, perkiraan tingkat kejadian sindrom ini untuk Amerika Serikat dan Belanda masing-masing adalah 1 dalam 100.000 dan 1 dalam 93.000 per kelahiran hidup. Perkiraan prevalensi di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 853 kasus dan diperkirakan lebih dari 4.000 kasus di seluruh dunia. Dua studi epidemiologi baru-baru ini meninjau enam dan tujuh individu dengan AIC di Norwegia dan Irlandia Utara, masing-masing, dan memperkirakan kejadian AIC pada 0,63-1 dalam 110.000 kelahiran hidup.2

Penyebab sindrom Aicardi tidak sepenuhnya dipahami. Namun, selalu dianggap sebagai mutasi gen baru pada kromosom X, salah satu gen yang menyusun jenis kelamin, karena hampir secara eksklusif ditemukan pada wanita karena wanita memiliki dua kromosom X dan pria dengan kromosom 47, XXY. Temuan baru-baru ini diterbitkan oleh Schrauwens dkk yang menyelidiki 10 anak perempuan dengan Aicardi dan orang tua mereka dengan metode analisis genetika. Dalam satu kasus, mutasi baru pada gen TEAD1 diidentifikasi, menunjukkan bahwa sindrom Aicardi adalah penyakit bervariasi secara genetik dan tidak hanya terbatas pada kromosom X.3

Sindrom ini hanya diidentifikasi pada gambaran klinis dan tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diketahui terkait dengan gangguan tersebut. Tiga ciri klasik yang diperlukan untuk diagnosis sindrom Aicardi adalah tidak terbentuknya jaringan penghubung otak (ACC), permasalahan pada bagian saraf bola mata (CRL), dan kejang pada bayi. Namun, sindrom Aicardi sekarang diakui sebagai gangguan yang lebih kompleks dengan peramsalahan saraf dan fisik yang bervariasi. Untuk menggabungkan kompleksitas tanda, Sutton (2005) mengusulkan kriteria diagnostik yang dimodifikasi yaitu adanya ketiga fitur klasik (triad klasik) adalah diagnostik untuk sindrom Aicardi dan adanya dua fitur klasik disertai setidaknya dua tanda utama atau pendukung sangat mendukung diagnosis sindrom Aicardi.4

Karena semakin banyak kasus AIC yang dinilai dan seiring dengan peningkatan teknik pencitraan pada saraf, terbukti bahwa trias yang awalnya digunakan untuk diagnosis tidak mencakup banyak temuan masalah saraf, mata, dan fisik yang umum pada AIC. Spektrum temuan saraf sekarang diperluas untuk mencakup temuan lipatan pada otak yang lebih banyak dari normal (PMG), adanya gambaran benda asing dalam tulang kepala, melebarnya lipatan-lipatan pada otak, dan kelainan pada otak kecil.

Masalah saraf mata dalam sindrom ini dan diamati pada 100% individu. Mereka biasanya terlihat pada dalam bola mata seperti kuning atau putih kekuningan, bentuk bulat, ukuran variabel, dan mereka tidak berubah atau berkembang dari waktu ke waktu. Gambaran masalah mata lain yang dapat ditemukan termasuk anomali saraf optik terdapat pada sebagian besar individu yang terkena, dengan kelainan struktur bola mata yang paling umum, terlihat pada 39% mata yang diperiksa. Sebagian pasien Aicardi juga memiliki mikroftalmia atau perbedaan ukuran bola mata, yang asimetris dan lebih umum lebih kecil di mata kanan dibandingkan dengan mata kiri, dan pembuluh darah retina yang tidak normal, dan adanya tonjolan juga dilaporkan.

Ada tanda wajah umum yang dapat dibedakan yang terlihat pada lebih dari setengah individu dengan sindrom ini, termasuk tulang rahang atas yang menonjol, ujung hidung yang terbalik, penurunan sudut jembatan hidung, dan alis bagian samping yang lebih tipis. Lebih lanjut, sekitar 20% individu juga telah dilaporkan mengalami peningkatan kerentanan terhadap berbagai permasalahan pada kulit termasuk adanya permasalahan kelainan kulit saat lahir atau lebih rentan untuk terkena infeksi pada kulit. Kejadian tumor juga dapat meningkat pada sindrom ini, dengan tumor pada otak yang paling umum. Jenis keganasan lain yang dijelaskan sebelumnya termasuk tumor lemak, tumor pada pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tumor pada hati, munculnya tonjolan pada usus, tumor pada embrio, dan kanker pada tulang belakang.4

Tidak ada obat untuk pengobatan pasti sindrom Aicardi dan juga tidak ada pengobatan standar yang dapat diberikan. Perawatan umumnya melibatkan penanganan terhadap terjadinya kejang dan program untuk membantu orang tua dan anak-anak mengatasi keterlambatan perkembangan. Penatalaksanaan jangka panjang oleh ahli saraf pediatrik dengan keahlian dalam pengelolaan kejang pada bayi dianjurkan. Prognosis untuk anak perempuan dengan sindrom Aicardi bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan gejala mereka. Ada peningkatan risiko kematian di masa kanak-kanak dan remaja, tetapi terdapat kejadian sindrom yang dapat selamat sampai dewasa.5 Karena hal tersebut masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk membahas lebih dalam mengenai sindrom ini untuk membuka misteri yang belum terpecahkan.

 

 

 

 

 

Referensi :

 

Pires CR, Júnior EA, Czapkowski A, Filho SMZ. Aicardi syndrome: Neonatal diagnosis by means of transfontanellar ultrasound. World J Radiol. 2014;6(7):511.

Lund C, Bjørnvold M, Tuft M, Kostov H, Røsby O, Selmer KK. Aicardi Syndrome: An Epidemiologic and Clinical Study in Norway. Pediatr Neurol. 2015 Feb 1;52(2):182-186.e3.

Schrauwen I, Szelinger S, Siniard AL, Corneveaux JJ, Kurdoglu A, Richholt R, et al. A De Novo Mutation in TEAD1 Causes Non–X-Linked Aicardi Syndrome. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2015 Jun 1;56(6):3896–904.

Wong BKY, Sutton VR. Aicardi syndrome, an unsolved mystery: Review of diagnostic features, previous attempts, and future opportunities for genetic examination. Am J Med Genet Part C Semin Med Genet. 2018 Dec 1;178(4):423–31.

Menezes JC de O, da Silva FEF, Félix ÉG, Alchieri JC, da Silva JG. Aicardi syndrome: a case report. Rev Bras Saúde Matern Infant. 2018 Oct 1;18(4):835–45.