Senin, 08 Agustus 2022 09:42 WIB

Shaken Baby Syndrome

Responsive image
12710
Dr. dr. I Wayan Niryana, M.Kes, Sp.BS(K) Vaskular, - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Shaken baby syndrome adalah sekumpulan gejala yang terjadi ketika bayi mendapatkan guncangan terlalu keras pada kepala. Sindrom ini terdiri dari pendarahan retina mata, pendarahan otak, dan pembengkakan otak.1 Bayi memiliki otak yang masih lunak, pembuluh darah yang tipis, dan otot leher yang lemah. Ketika mendapatkan guncangan yang kuat, misalnya karena diayun keras saat ditenangkan atau dilempar ke udara saat diajak bermain, leher bayi belum bisa menyanggah kepalanya dengan baik, sehingga kepalanya bisa terhentak ke depan dan belakang dengan cepat.2 Hal tersebut bisa menyebabkan otak bayi terguncang di dalam tempurung kepala. Otak juga bisa bergeser dan mengalami robekan saraf. Selain itu, pembuluh darah di dalam maupun di sekitar otak, termasuk di mata, juga bisa mengalami robekan dan perdarahan.3 Gejala yang mungkin timbul pada bayi dengan shaken baby syndrome adalah koma atau tidak sadarkan diri, syok, kejang, dan tidak bisa bergerak atau lumpuh.3 Mengguncang atau mengayun bayi dengan cara yang tidak benar dapat berbahaya bagi keselamatan bayi. Disengaja atau tidak, guncangan yang terlalu keras saat mengayun bayi  dapat menyebabkan kerusakan pada otaknya. Cedera yang terjadi ini disebut sebagai shaken baby syndrome.4

Shaken baby syndrome dikatakan sebagai salah satu bentuk kekerasan pada anak, berupa guncangan kepala hebat yang menyebabkan perdarahan retina dan perdarahan otak. Sindrom ini menjadi salah satu penyebab utama kematian dan gangguan saraf pada anak akibat kekerasan. Sebanyak 95% cedera otak dan 64% cedera kepala pada anak berusia kurang dari 1 tahun disebabkan oleh tindak kekerasan pada anak.4 Shaken baby syndrome seringkali juga  ditemukan kekerasan pada anak yang memiliki riwayat kekerasan sebelumnya atau tanda kekerasan di bagian tubuh lain. Guncangan dapat disengaja, misalnya oleh orang dewasa yang tidak sabar terhadap bayi yang rewel, maupun tidak sengaja dan timbul karena cara bermain yang menyebabkan guncangan hebat pada kepala, misalnya dengan diayun atau dilemparkan ke udara. Guncangan pada badan juga dapat berakibat cedera pada otak karena perubahan posisi kepala terhadap leher yang drastis dan mendadak.4,5

Sindrom ini sebagian besar terjadi pada anak di bawah 2 tahun, shaken baby syndrome yang disengaja umumnya dilakukan oleh laki – laki, ayah, atau pengasuh anak. Orang tua yang mengalami stres secara sosial, biologis, atau finansial rentan melakukan perilaku impulsif dan agresif. Cedera otak yang terjadi khas dan tidak sesuai dengan riwayat jatuh, kejang, atau trauma kepala lain.4 Saat bayi atau anak mengalami guncangan yang hebat, otak mengalami perputaran atau pergeseran terhadap aksisnya (batang otak). Hal ini menyebabkan robekan saraf dan pembuluh darah, menyebabkan kerusakan dan perdarahan otak.5

Untuk mendiagnosis shaken baby syndrome, perlu wawancara mendalam dengan orang yang mengasuh anak sehari-harinya. Mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI kepala untuk mendeteksi kerusakan otak dan perdarahan. Foto Rontgen dapat membantu mengkonfirmasi patah tulang. Pemeriksaan mata juga diperlukan untuk mencari perdarahan retina.3,4 Efek cedera kepala akibat kekerasan yang disengaja lebih berat dibandingkan cedera akibat benturan atau guncangan yang tidak disengaja. Angka kematian cedera kepala akibat kekerasan sekitar 13%. Anak yang selamat umumnya mengalami gangguan saraf dan kecerdasan saat berusia lebih dari 6 tahun.2,3

Untuk mencegah shaken baby syndrome, janganlah bermain atau bercanda dengan bayi dengan cara menganyunkan bayi pada lengan atau anggota tubuh lainnya, mengguncang, atau melempar tubuh bayi. Jika meletakkan bayi pada ayunan, gunakanlah ayunan khusus untuk bayi yang berayun dengan lembut.5 Awasilah selalu apabila bayi bermain dengan kakak atau anak yang lebih besar. Pilihlah pengasuh anak yang dapat dipercaya serta cukup stabil dan matang secara psikologis. Orang tua yang sedang memiliki masalah psikis sebaiknya mencari bantuan profesional terkait (psikolog atau psikiater) agar mampu mengasuh anak secara aman dan bertanggung jawab.5

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

American Academy of Pediatrics. Shaken baby syndrome: Rotational cranial injuries—technical report. Pediatrics. 2015;108:206 –10.

Binenbaum G, Forbes BJ (2014) The eye in child abuse: key points on retinal hemorrhages and abusive head trauma. Pediatr Radiol 44: S571–S577

Perez-Rossello JM, McDonald AG, Rosenberg AE et al (2015) Absence of rickets in infants with fatal abusive head trauma and classic metaphyseal lesions. Radiology 275:810–821

Choudhary AK, Servaes S, Slovis TL et al (2018) Consensus statement on abusive head trauma in infants and young children. Pediatr Radiol https://doi.org/10.1007/s00247-018-4149-1

Christian CW, Committee on Child Abuse and Neglect (2015) The evaluation of suspected child physical abuse. Pediatrics 135:566– 574