Jumat, 05 Agustus 2022 08:44 WIB

Multipel Sklerosis, Penyakit Autoimun yang Menyerang Dewasa Muda

Responsive image
2370
Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Belakangan ini istilah penyakit autoimun semakin sering disebutkan di media-media. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menyerang sel tubuh penderita sendiri. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh salah mengenali sel normal sebagai benda asing. Terdapat sangat banyak jenis penyakit yang tergolong autoimun, tetapi artikel ini akan lebih difokuskan pada penyakit multipel sklerosis.

Seluruh sel saraf manusia dibungkus oleh selaput pembungkus saraf yang berguna mempercepat hantaran impuls saraf satu ke saraf lainnya. Pada multipel sklerosis, sistem kekebalan tubuh salah mengenali dan menyerang selaput pembungkus saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Hal-hal di atas menyebabkan peradangan dan kerusakan saraf.

Diperkirakan 400.000 orang di Amerika Serikat dan 2,5 juta orang di dunia mengidap multipel sklerosis. Penyakit ini juga 3 kali lebih sering pada wanita dibanding pria. Pasien usia berapapun dapat terkena multipel sklerosis, tetapi paling banyak terjadi pada usia 20-40 tahun.

Penyebab pasti multipel sklerosis tidak diketahui. Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan penyakiti ini adalah faktor kekebalan tubuh pasien, faktor lingkungan, dan faktor genetik. Pada faktor kekebalan tubuh, hal yang paling sering terjadi adalah disimunitas sehingga terjadi penyerangan sistem saraf pusat oleh sistem kekebalan tubuh. Untuk faktor lingkungan, beberapa hal yang dapat mempengaruhi adalah kondisi garis lintang negara, kekurangan vitamin D, dan infeksi virus. Terdapat risiko yang lebih tinggi sebsar 10-20 kali lipat bagi seseorang yang memiliki keluarga dengan multipel sklerosis untuk terkena penyakit tersebut. Pada 20-30% kasus multipel sklerosis pada kembar siam juga diikuti oleh bayi kembarannya.

Multipel sklerosis dapat muncul dengan tingkat keparahan yang sangat bervariasi. Beberapa gejala yang biasanya ditemukan adalah:

-   gangguan penglihatan (pandangan kabur atau pandangan ganda)

-   gangguan keseimbangan (pusing berputar atau gangguan berjalan)

-   gangguan fungsi batang otak (bicara pelo, nyeri wajah, atau sulit menelan)

-   gangguan kekuatan (kelemahan, tremor, kekakuan, atau letih)

-   gangguan perabaan (kehilangan indra peraba atau kesemutan)

-  gangguan fungsi BAK dan BAB (tidak bisa menahan, tidak bisa mengeluarkan, konstipasi, atau diare)

- gangguan fungsi kognitif (gangguan memori, gangguan pengambilan keputusan, atau sulit berkonsentrasi)

-   gangguan psikiatrik (depresi atau kecemasan)

Terdapat beberapa pola gejala pada multipel sklerosis. Pada pola pertama, gejala muncul dan kemudian hilang sendiri. Tetapi seiring berjalannya waktu gejala sisa semakin banyak hingga tidak ada periode “sembuh” sendiri. Pada pola kedua, setelah 10-15 tahun onset multipel sklerosis terdapat perburukan gejala terus menerus. Pada pola ketiga, sebagian kecil pasien mengalami perburukan gejala sejak pertama kali gejala muncul.

Tidak ada pemeriksaan yang khusus dapat membedakan multipel sklerosis dengan penyakit lainnya. Diagnosis ditegakkan dengan mengkombinasikan data dari anamnesis, pemeriksaan fisik, MRI, EMG, dan pemeriksaan darah/ cairan otak. Secara klinis, diagnosis dapat ditegakkan bila terdapat bukti dua atau lebih gejala kambuh.

Setelah ditegakkan diagnosis, dilakukan pengobatan untuk mengurangi gejala yang terjadi. Hal ini disebabkan belum ada terapi yang dapat menyembuhkan multipel sklerosis. Pengobatan untuk mengubah perjalanan penyakit multipel sklerosis harus diberikan sedini mungkin dengan tujuan jangka pendek mengurangi kerusakan yang terlihat di MRI. Tujuan jangka panjang pengobatan ini adalah mencegah terjadinya perburukan gejala. Manajemen terapi lain yang dilakukan adalah mencari faktor yang menyebabkan kekambuhan gejala (misalnya infeksi atau gangguan metabolik lainnya), terapi gejala, kortikosteroid untuk membantu penyembuhan, dan rehabilitasi dengan fisioterapi.

Luaran pasien berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor yang diduga dapat memprediksi prognosis buruk adalah jenis kelamin pria, perjalanan penyakit cenderung memburuk, gejala kekuatan dan keseimbangan lebih dominan, lebih sering kambuh, jarang terjadi episode sembuh, dan gambaran MRI yang besar. Kecacatan yang timbul pada pasien multipel sklerosis terutama akan berdampak baik pada pasien maupun keluarga pasien. Sangatlah penting dukungan moriil dari keluarga dan kerabat pasien.

 

 

 

Referensi :

Tafti D, Ehsan M, Xixis KL. Multiple Sclerosis. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499849/

Goldenberg MM. Multiple sclerosis review. P T. 2012;37(3):175-184.

Michael J. Olek. Multiple Sclerosis. Ann Intern Med.2021;174:ITC81-ITC96. [Epub ahead of print 8 June 2021]. doi:10.7326/AITC202106150