Selasa, 18 Januari 2022 09:59 WIB

Perut Berdenyut dan Nyeri? Mengenal Aneurisma Aorta Perut

Responsive image
dr. Rudini - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
7710

Aneurisma aorta merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan penggelembungan pada pembuluh darah aorta. Penggelembungan dapat terjadi pada aorta di bagian perut, dada, atau keduanya. Kata aneurisma berasal dari bahasa Yunani aneurusma, yang berarti dilatasi atau pelebaran.

Aorta merupakan pembuluh darah utama dalam tubuh manusia, yang berfungsimengalirkan darah yang kaya akan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Aorta memiliki dinding yang tebal, sehingga dapat mempertahankan bentuknya meskipun tekanan darah di dalamnya cukup tinggi. Tetapi pada aneurisma aorta, kondisi dinding aorta melemah sehingga tidak dapat menahan tekanan darah di dalamnya, sehingga menyebabkan aorta mengalami penggelembungan. Penggelembungan ini dapat terjadi secara perlahan dan tidak menimbulkan gejala.

Gejala aneurisma aorta berbeda-beda dan tergantung lokasinya. Aneurisma aorta dapat muncul di pembuluh aorta perut (abdominal), dada (torakal) ataupun keduanya (torako-abdominal). Aneurisma aorta di perut lebih sering terjadi dibandingkan aneurisma di dada atau di perut dan dada.

Pada aneurisma dengan penggelembungan yang berukuran kecil dan tidak membesar sering kali tidak memunculkan gejala apapun.  Namun seiring dengan semakin membesarnya aneurisma, keluhan dan gejala akan muncul sesuai dengan lokasinya.

Pada aneurisma aorta perut (abdominal), beberapa gejala yang dapat dirasakan oleh penderitanya adalah:

  1. Nyeri yang terus menerus dari dalam perut atau di bagian samping perut.
  2. Nyeri punggung.
  3. Sensasi berdenyut di sekitar pusar.

Pembuluh aorta yang telah mengalami penggelembungan dapat pecah atau robek. Robeknya pembuluh darah aorta merupakan kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa dan harus segera ditangani.Aneurisma pecah atau robek (diseksi) akan menimbulkan gejala dan tanda seperti:

  1. Nyeri berat dan muncul secara tiba-tiba di perut, dada, rahang, lengan, atau punggung
  2. Kepala berkunang-kunang
  3. Sulit bernapas
  4. Denyut jantung sangat cepat
  5. Tekanan darah yang turun mendadak.

Secara umum, penyebab aneurisma aorta adalah karena melemahnya dinding pembuluh aorta. Pada keadaan aorta yang normal, aorta memiliki dinding yang tebal dan berguna untuk menahan tekanan darah yang keluar dari jantung. Akan tetapi, pada beberapa keadaan dinding aorta bisa melemah dan akhirnya mengalami penggelembungan. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu pelemahan tersebut, yaitu:

  1. Pengerasan arteri (aterosklerosis)
  2. Penyakit peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), seperti giant cell arteritis dan Takayasu arteritis
  3. Penyakit infeksi, seperti sifilis yang tidak diobati
  4. Cedera pada aorta
  5. Memiliki kebiasaan merokok
  6. Berusia di atas 65 tahun
  7. Menderita hipertensi
  8. Memiliki anggota keluarga yang menderita aneurisma aorta
  9. Berjenis kelamin pria
  10. Menderita penyakit aneurisma di pembuluh darah lain
  11. Menderita kelainan genetik, seperti sindrom Marfan

Pengobatan aneurisma aorta bertujuan untuk mencegah semakin membesarnya aneurisma dan mencegah pecahnya aneurisma. Jika ukuran aneurisma masih kecil dan pasien tidak merasakan gejala apa pun, pasien wajb melakukan kontrol rutin untuk memonitor perkembangan aneurisma. Beberapa terapi obat-obatan untuk mencegah atau meminimalkan risiko pecahnya aort antara lain:

  • Obat golongan statin, untuk menurunkan koleseterol dan mengurangi risiko terjadinya penyumbatan aorta akibat aterosklerosis.
  • Obat penghambat beta atau beta blocker, untuk menurunkan tekanan darah dengan cara memperlambat denyut jantung.
  • Obat penghambat reseptor angiotensin 2 (ARB), untuk menurunkan tekanan darah jika obat penghambat beta tidak bekerja dengan efektif. Obat ini sering direkomendasikan pada penderita sindrom Marfan.

Jika ukuran aneurisma sudah mencapai lebih dari 5,5 cm, dokter akan melakukan operasi. Operasi juga akan disarankan bagi penderita yang memiliki riwayat diseksi aorta atau sindrom Marfan dalam keluarga, meskipun ukuran aneurismanya masih kecil. Operasi perlu dilakukan sebagai penanganan darurat jika aneurisma sudah pecah atau robek.Beberapa jenis operasi untuk menangani aneurisma aorta adalah:

  • Bedah terbuka, dilakukan dengan cara membuang bagian aorta yang menggelembung dan menggantinya dengan pembuluh darah yang baru (graft).
  • Bedah endovascular. Prosedur ini lebih tidak invasif. Operasi endovascular dilakukan dengan cara memasang stent atau ring di bagian aneurisma dengan menggunakan kateter. Stent berfungsi menguatkan dinding pembuluh aorta yang lemah dan mencegah pecahnya pembuluh tersebut.

Setelah menjalani operasi, pasien harus melakukan modifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat, antara lain:

  1. Berhenti merokok
  2. Menghindari pikiran berat hingga menyebabkan stres
  3. Menghindari aktivitas fisik berat, seperti olahraga angkat beban
  4. Mengurangi asupan lemak agar kadar kolesterol turun

Langkah-langkah tersebut juga dapat mencegah aneurisma aorta sekaligus mengurangi risiko robeknya penggelembungan pembuluh darah aorta.

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami keluhan dan gejala seperti yang disebutkan di atas.Pecahnya aneurisma aorta merupakan kondisi yang berbahaya. Segera kunjungi dokter atau minta orang di sekitar Anda, baik keluarga maupun rekan, untuk mengantarkan Anda ke dokter jika Anda mengalami gejala aneurisma aorta pecah.

 

-----------------------

References:

  1. Farber, M. MSD Manuals (2019). Overview of Aortic Aneurysms and Aortic Dissection.
  2. Mancini, M.C. National Institutes of Health (2019). U.S. National Library of Medicine Medline Plus. Abdominal aortic aneurysm.