JAKARTA - “Dari 57.6% penduduk Indonesia yang mengakui mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut hanya sejumlah 10.2% yang telah mendapatkan pelayanan dari tenaga medis”, demikian disampaikan drg. Saraswati, MPH , Direktur Pelayanan Kesehatan Primer pada acara Temu Media Peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional 2021 yang digelar secara virtual pada Sabtu (12/9).
Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 memperlihatkan prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini masih sangat tinggi yakni 93%, artinya hanya 7% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi. FDI dan WHO menargetkan anak usia 5-6 tahun setidaknya 50% bebas dari karies gigi. Sehingga diperlukan berbagai upaya promotif dan preventif untuk menurunkan angka kepenyakitan gigi dan mulut di Indonesia.
Saraswati menjelaskan bahwa peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut (HKGN) setiap tanggal 12 September merupakan salah satu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut, serta upaya dan bentuk komitmen pemerintah dalam mendukung program kesehatan gigi dan mulut yang dicanangkan dalam bentuk Rencana Aksi Nasional.
Adapun dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Gigi Nasional tahun 2021, Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Terapis Gigi Dan Mulut , Asosiasi Faluktas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) dan Gigi.Indonesia– PT. Sejuta Senyum Indonesia sebagai platform digital pertama di Indonesia dalam bidang kedokteran gigi akan menyelenggarakan rangkaian acara meliputi:
1. Lomba Edukasi Kreatif Kesehatan Gigi dan Mulut
2. Puncak acara berupa Webinar dan talkshow pada hari Rabu tanggal 15 September 2021 dan hari Sabtu tanggal 18 September 2021. Webinar ini akan dibuka oleh Menteri Kesehatan RI dan talkshow akan menghadirkan narasumber para pakar kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu investasi yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan secara keseluruhan dan berdampak pada kualitas hidup. Namun, pandemi Covid-19 membuat masyarakat/pasien lebih memilih menunda dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan gigi. Hal ini disebabkan kekhawatiran pasien akan potensi penularan COVID-19, mengingat dalam tindakan kedokteran gigi turut menggunakan aerosol yang sangat terkait dengan penularan COVID-19. Sehingga diperlukan adaptasi bagi tenaga Kesehatan gigi dan mulut dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19 ke masyarakat dan petugas. Selain itu dibutuhkan inovasi pelayanan Kesehatan dengan inovasi dengan pemanfaatan teknologi dan komunikasi melalui telemedicine atau teledentistry.