BANDUNG - Perbaikan pelayanan merupakan perjuangan tiada akhir. Kompleksitas layanan, terus bertambahnya sumber daya serta tuntutan masyarakat merupakan tantangan bagi setiap institusi publik untuk selalu meningkatkan kualitas layanan. Bukan hanya pelayanan yang baik, lebih dari itu, masyarakat mendampakan pelayanan yang prima.
Direktur Utama RSHS, dr. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K), M.Kes MMRS menyampaikan, pelayanan prima adalah pelayanan yang melampaui harapan RSHS. “Prima itu lebih dari baik, bukan sekedar memenuhi standar,” terangnya.
Secara berkesinambungan, RSHS memang selalu berupaya mengevaluasi dan memperbaiki layanan, namun pada tahun ini lebih spesial, karena ada tantangan baru, yaitu keadaan pandemi. Bagaimana mengupayakan pelayanan prima baik kepada pasien Covid-19 maupun pasien non Covid-19. Terlebih di tahun ini RSHS sedang menghadapi penilaian Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani.
“Harapannya untuk keluhan pelanggan itu kalau bisa menurun, kita semua berkomitmen untuk merubah sikap, RSHS someah hade ka semah (Ramah kepada pelanggan, red), empati kepada pasien dari mulai sikap. Anggap pasien yang sedang dihadapi ibu kita, ayah kita, keluarga kita, sehingga kita akan memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin orangtua kita dilayani. Alur pelayanan disingkat, IT diperbaiki, termasuk sarana ditingkatkan,” tambah Dirut.
Terkait sarana, dr. Nina juga menyampaikan RSHS telah menerima bantuan dari Kementerian Kesehatan yang telah digunakan membeli alat-alat canggih untuk menunjang pelayanan yang lebih efektif.
Kemudahan alur pelayanan-pun menjadi salah satu faktor penting. Manajemen mengevaluasi beberapa alur yang dirasa terlalu panjang. Pemangkasan alur mempermudah pelanggan dalam mendapatkan pelayanan. Teknologi informasi dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. RSHS telah memiliki sarana untuk daftar online melalui website, aplikasi RSHS Go maupun telepon, bagi pasien yang rutin berobat lebih mudah lagi, pasien hanya tinggal menghubungi petugas Anjungan Pendaftaran Mandiri (APM) untuk didaftarkan untuk kunjungan berikutnya. Ketersediaan rawat inap juga dapat dilihat secara online, media informasi, pengaduan juga lebih mudah diakses, dan banyak lagi.
Dengan pelayanan prima, harapannya kepuasan dan kenyamanan masyarakat semakin meningkat, segala tindak percaloan atau pungli dapat diberantas, dan banyak lagi.
Kualitas layanan ini bukan hanya dari alat-alat yang canggih, tetapi tentunya kualitas SDMnya. SDM yang handal dengan 124 jenis pelayanan subspesialistik juga dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki seluruh pegawai mulai dari tenaga medis, perawat, tenaga kesehatan lainnya, administrasi, maupun cleaning service dan keamanan. Semuanya ini dilatih untuk memiliki kompetensi berdasarkan bidangnya masing-masing. Pemantauan kinerja pegawai saat ini semakin mudah dilakukan dengan aplikasi motekar dan media lain berbasis teknologi informasi.
Terkait pelayanan covid-19, saat ini, sesuai peraturan dari Kementerian Kesehatan, rumah sakit harus menyediakan 30% tempt tidur untuk pelayanan Covid-19, sehingga memang kapasitas tempat tidur untuk pasien non Covid-19 berkurang. Hal ini menyebabkan antrian tindakan seperti operasi menjadi lebih lama dan pasien harus menunggu lebih lama. Namun dengan penjelasan yang baik serta kepastian waktu masyarkat dapat mengerti.
Pengunjung tidak usah khawatir berobat ke RSHS di masa pandemi karena manajemen sudah mengatur pelayanan dan sarana yang sesuai dengan standar keamanan Covid-19. Ruang rawat inap pasien Covid-19 terpusat di gedung Kemuning dengan akses yang terpisah dengan pasien dan pengunjung lain sehingga aman bagi pasien Covid-19, pasien non Covid-19 maupun pengujung lainnya.
Pelayanan prima dipengaruhi berbagai faktor. Dimulai dengan strategi, pemantauan dan teladan pimpinan, itikad baik dan upaya perbaikan yang terus menerus dari seluruh pihak, didukung dengan sarana yang memadai, maka pelayanan prima menjadi semakin mudah untuk dicapai.