Jakarta (08/11) - RSUP Dr M Djamil menorehkan prestasi membanggakan melalui Konsultan Peneliti RSUP Dr M Djamil yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dr dr Andani Eka Putra MSc. Ia menerima penghargaan karya anak bangsa dari Kementerian Kesehatan RI.
Penghargaan itu diserahkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Pratikno didampingi Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pada Festival Inovasi Kesehatan di Hall B Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
"Alhamdulillah saya turut berbangga atas raihan prestasi ini. Penghargaan ini bukan usaha sendiri akan tetapi ada tim baik Fakultas Kedokteran Unand dan RSUP Dr M Djamil. Akhir dari proses ini adalah kolaborasi banyak pihak," kata Dr dr Andani Eka Putra MSc usai menerima penghargaan.
Tapi terlepas dari itu semua, Ia melihat yang paling tinggi nilainya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. "Dalam artian ada yang membeli dan memakai," sebut Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand ini.
Ia menekankan masih banyak yang akan ia kembangkan. Targetnya tahun ini bisa mencapai 50 sampai 60 produk. "Terpenting kita memberikan produk yang murah, berkualitas, dan harganya terjangkau oleh masyarakat. Jadi pemeriksaan kesehatan menjadi lebih bagus. Sehingga ke depannya bangsa ini lebih mandiri. Dan ini adalah salah satu jalan menuju kemandirian di bidang kesehatan," harap Dr dr Andani.
Direktur Utama RSUP Dr M Djamil Dr dr Dovy Djanas SpOG KFM MARS FISQua yang turut hadir mengatakan ini pencapaian dan penghargaan yang diberikan Kementerian Kesehatan pada institusi Fakultas Kedokteran Unand dan RSUP Dr M Djamil. "Tentu penghargaan ini memberikan semangat bahwa Indonesia mempunyai tenaga-tenaga ahli yang bisa menghasilkan produk-produk kesehatan. Salah satunya karya anak bangsa. Ini dibuktikan pada hari ini," sebutnya.
Ia mengatakan salah satu karya yang dihasilkan Dr dr Andani Eka Putra MSc dan tim. Bahkan beliau bertekad akan banyak menghasilkan produk-produk untuk ketahanan kesehatan bangsa.
"Mudah-mudahan ini disupport dan bisa dimanfaatkan oleh negara kita. Ini tentunya sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang lebih baik," harap dokter spesialis Fetomaternal ini.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Pratikno saat pembukaan Festival Inovasi Kesehatan mengatakan segala disiplin ilmu, seperti teknologi, metalurgi, biologi, perlu dikembangkan dan dikolaborasikan guna mendukung upaya peningkatan kesehatan. "Tapi, lebih dari itu adalah lintas antara akademisi dengan industri dan pemerintah," ujarnya.
Ia juga meminta Kemenkes untuk memfokuskan anggarannya untuk membeli produk-produk dalam negeri. Oleh karena itu, saya akan terus memerankan perannya sebagai Menteri Koordinator untuk menjadi jembatan dari berbagai pihak.
"Bukan hanya jembatan di internal Kemenkoan, tetapi juga jembatan dengan Menteri Koordinator di bidang yang lain, terutama di bidang industri," ucap Pratikno.
Sementara itu Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan Festival Inovasi Kesehatan ini merupakan bagian dari pilar ketiga reformasi kesehatan Indonesia, yaitu pilar Ketahanan Kesehatan atau healthcare resiliency.
"Belajar dari pandemi Covid-19, Indonesia perlu meningkatkan sektor kesehatannya agar dapat menghadapi pandemi lainnya," sebutnya.
Budi menuturkan Indonesia mengeluarkan sekitar Rp560-580 triliun di sektor kesehatan tiap tahunnya, dengan rata-rata pengeluaran kesehatan per kapita 140 dolar AS. Dengan pengeluaran kesehatan seperti itu, usia harapan hidup orang Indonesia mencapai 72 tahun.
"Jika dalam 5-10 tahun lagi angka harapan hidup publik mirip dengan angka harapan hidup Malaysia, yakni 76 tahun dan Singapura 84 tahun, maka pengeluaran kesehatan akan semakin besar," ungkap Budi.
Ia menjelaskan Malaysia menghabiskan sekitar 450-460 dolar AS per kapita untuk kesehatan, sementara Singapura sekitar 3300 dolar. Hal tersebut menjadikan sektor kesehatan nasional sesuatu yang potensial bagi investor untuk berinvestasi di dalamnya.
"Dengan peluang keuntungan yang besar, pemerintah pun menerima pihak-pihak yang mau berpartisipasi mengembangkan sektor tersebut, termasuk pihak asing, dengan syarat menggunakan bahan-bahan dari Indonesia," ungkap Budi.
Salah satu upayanya, katanya, dengan memastikan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dalam e-katalog. "Ini agar produk-produk yang dipromosikan adalah produk yang menggunakan bahan dari dalam negeri," tukasnya.(*)