Kamis, 17 Oktober 2024 10:25 WIB

Peluncuran Indonesia Clinical Research Center (INA-CRC)

Responsive image
rfs - Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
62

Jakarta (16/10) – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi meluncurkan Indonesia Clinical Research Center (INA-CRC) sebagai fasilitator uji klinis terintegrasi. Peluncuran INA-CRC ini diharapkan membuka akses terhadap obat dan vaksin baru serta inovatif yang aman bagi rakyat Indonesia. Kegiatan peluncuran INA – CRC tersebut di hadiri langsung oleh Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D bersama Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Direktur Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Gedung Eijkman, Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

INA-CRC yang diluncurkan berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan dioperasikan oleh Balai Besar Biomedis dan Genomika Kesehatan (BB Binomika). Dalam sambutannya, Wakil Menteri Kesehatan menyatakan, peluncuran INA-CRC merupakan langkah maju menuju transformasi penelitian klinis dan menempatkan Indonesia sebagai pusat penelitian klinis bertaraf internasional. Peluncuran INA-CRC memberikan peluang untuk melampaui pencapaian negara-negara tetangga, dengan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, seperti keunggulan demografis serta keragaman genetik dan epigenetik yang unik.

Peluncuran INA-CRC ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.01.07/MENKES/1458/2023 tentang Penyelenggaraan Penelitian Klinik di Rumah Sakit, dengan tujuan memfasilitasi dan mengoordinasikan Clinical Research Units (CRU) di seluruh rumah sakit di Indonesia. Dalam jangka panjang, INA-CRC diharapkan dapat memberikan dukungan kepada sekitar 3.000 rumah sakit di seluruh Indonesia, serta berperan sebagai pemain kunci dalam pengembangan inovasi medis global.

Indonesia kini sedang melakukan tiga uji vaksin TBC sebagai bagian dari upaya pengentasan tuberkulosis di tanah air. Dengan kehadiran INA-CRC, diharapkan Indonesia dapat memiliki akses cepat dan efisien terhadap inovasi bioteknologi terbaru, seperti yang ditunjukkan oleh studi kasus uji klinis vaksin kanker mRNA. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, jumlah uji klinis di Indonesia masih belum optimal dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Hanya 18?ri obat baru yang diluncurkan sejak 2012 tersedia di Indonesia, dan hanya 4?ri seluruh uji klinis di Asia Tenggara dilakukan di Indonesia, meskipun lebih dari 40% populasi Asia Tenggara berada di Indonesia. Pada 2018, Indonesia hanya mengelola 414 uji klinis dibandingkan dengan 2.300 uji klinis di Thailand.

Di sisi lain, INA-CRC menawarkan berbagai layanan strategis untuk mendukung pengembangan riset klinis di Indonesia, termasuk memfasilitasi penelitian klinis di seluruh wilayah Indonesia, pengembangan registri penelitian klinis nasional, peningkatan kapasitas CRU, penyederhanaan proses persetujuan etik melalui komisi etik sentral, serta penyediaan template perjanjian penelitian untuk mempercepat proses legal dan administrasi termasuk memfasilitasi kelancaran transfer material riset.

Wamenkes berharap INACRC dapat menjadi sebuah wadah untuk melakukan riset yang terorganisir serta kolaborasi yang lebih baik dengan para peneliti yang memiliki ide-ide brilian. Tak hanya melakukan riset secara terbuka, katanya, namun juga untuk menginisiasi dan mengembangkan riset-riset klinik di RS-RS di Indonesia. Dengan peluncuran INA-CRC, Indonesia berkomitmen menjadi pemain kunci dalam penelitian klinis global, mempercepat inovasi kesehatan, dan meningkatkan daya saing nasional di sektor kesehatan.

Dalam kegiatan tersebut turut pula diberikan penghargaan kepada para peneliti yang berjasa dalam pengembangan dan penelitian uji klinis vaksin covid 19.