Sabtu, 02 Desember 2023 01:49 WIB

Konfrensi Pers, Waspada Ancaman Pneumonia Mycoplasma

Responsive image
rfs/dni - Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
752

Jakarta (01/12) – Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), bersama RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dan RSUP Persahabatan, serta RS Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso mengadakan konferensi pers terkait penyakit Pneumonia Mycoplasma yang saat ini menjadi perbincangan di masyarakat.

Acara yang betajuk Waspada Ancaman Pneumonia Mycoplasma menghadirkan narasumber Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K)  selaku ketua umum PDPI yang juga Direktur Utama RSUP Persahabatan, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) dari Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo dan Ketua POKJA Infeksi PDPI Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.P (K) dari RSUP Persahabatan.

Infeksi akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae bukan merupakan penyakit baru ataupun misterius. Kasus pneumonia akibat infeksi bakteri tersebut sudah banyak dilaporkan di dunia sebelum pandemi Covid-19. Kasus infeksi tersebut banyak ditemukan pada anak usia sekolah.

Ketua Umum PDPI, mengatakan akhri-akhir ini terdapat informasi cukup ramai bahwa terjadi peningkatan kasus pneumoniae di Cina Utara dan oleh WHO diberikan perhatian khusus. Namun, penyebab pastinya belum diketahui secara spesifik, namun salah satu penyebab cukup banyak adalah karena infeksi dari Mycoplasma pneumoniae. Infeksi ini sebenarnya infeksi karena bakteri yang bisa menyerang pada dewasa maupun anak. Kategorinya atipikal dan memang jarang terjadi atau tidak begitu banyak terjadi.

Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) menyampaikan, di Indonesia memang belum ditemukan adanya pneumonia pada anak akibat Mycoplasma. Namun, itu bukan berarti ini penyakit baru. Pelaporan dari segi surveilans untuk bakteri ini memang berbeda. Diagnosisnya juga sulit. Selain itu di sini belum banyak punya fasilitas untuk mendeteksi Mycoplasma.

Penularan pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae memiliki kekhususan dibandingkan dengan patogen lain yang menjadi penyebab pneumonia pada anak. Jika pneumonia sering dikaitkan dengan penyebab kematian tertinggi pada anak usia bawah lima tahun, pneumonia akibat Mycoplasma lebih banyak ditemukan pada usia anak sekolah. Dari berbagai laporan, penyebab kematian terbesar akibat pneumonia pada usia balita terjadi karena bakteri Streptococcus pneumoniae.

Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.P (K), menambahkan bahwa Mycoplasma pneumoniae tidak dapat diperiksa dengan menggunakan pemeriksaan gram biasa. Bakteri penyebab Pneumonia tersebut bisa dideteksi dengan berbagai cara seperti pemeriksaan X-ray, pemeriksaan hematologi, PCR, pemeriksaan kultur Mycoplasma, dan serologi antibody.

Mycoplasma adalah bakteri berukuran kecil yang dapat ditularkan oleh cairan droplet melalui udara (airborne). Bakteri Mycoplasma merupakan patogen ekstrasel yang bergantung pada epitel sistem pernapasan dan faktor virulensinya untuk bertahan hidup. Proses Mycoplasma pneumoniae menginfeksi tubuh yakni pertama-tama, bakteri menempel pada epitel saluran pernapasan. Selanjutnya, Mycoplasma Pneumoniae memproduksi hidrogen peroksida dan superoksida yang berbahaya terhadap sel tubuh. Kedua zat tersebut menyebabkan kerusakan pada sel epitel dan silia di sekitarnya.

Upaya pencegahan pneumonia secara umum bisa dilakukan melalui perilaku hidup bersih sehat. Penggunaan masker, menjaga kebersihan rumah, memastikan aliran udara segar dan bersih di rumah, serta mencuci tangan dengan sabun dan air efektif untuk melindungi diri dari pneumonia. Selain itu, setiap anak juga diharapkan bisa segera melengkapi imunisasinya, termasuk imunisasi pneumonia untuk mencegah penularan penyakit tersebut. (rfs/dni)