Selasa, 02 Agustus 2022 13:40 WIB

Luka Dekubitus dan Pencegahannya

Responsive image
9047
Candradewi Mahardika Ranukusuma, S. Kep., Ners - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Luka dekubitus adalah luka dikarenakan kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa.

Terdapat berbagai faktor resiko yang menjadi predisposisi terjadinya luka dekubitus pada seseorang. Faktor resiko tersebuat antara lain :

1.     Gangguan input sensorik, pada seseorang yang mengalami perubahan persepsi sensorik                    terhadap nyeri dan tekanan, beresiko tinggi mengalami gangguan integritas kulit

2.    Gangguan fungsi motorik, pada seseorang yang tidak mampu mengubah posisi secara madiri             beresiko tinggi terjadi decubitus. Seseorang tersebut dapat merasakan tekanan tetapi tidak                 mampu mengubah posisi mandiri untuk menghilangkan tekanan tersebut

3.    Perubahan tingkat kesadaran, seseorang dengan penurunan kesadaran atau koma tidak dapat           merasakan tekanan dan tidak mampu mengubah ke posisi yang lebih baik. Seseorang dengan           bingung, disorientasi mugkin dapat merasakan tekanan tetapi tidak mampu memahami                       bagaimana menghilangkan tekanan tersebut

4.    Gips, traksi dan peralatan lain, yang dapat mengurangi mobilisasi tubuh dan ekstremitasnya. Hal         ini disebabkan adanya gaya fraksi eksternal mekanik dari permukaan gips yang bergesek ke kulit

5.    Fakor lain seperti gaya gesek dan fraksi, kelembapan, nutrisi yang buruk, anemia, infeksi,                  demam, gangguan sirkulasi perifer, obesitas dan usia.

Beberapa tempat yang sering terjadinya dekubitus adalah sacrum, tumit, siku, malleolus lateral, trokanter besar dan tuberositis iskial. Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antara waktu dan tekanan. Semakin besar teknan dan durasinya, semakin besar pula insiden terbentunya luka. Jika terdapat tekanan eksternal yang besar daripada tekanan dasar kapier akan menurunkan atau menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan. Jaringan menjadi hipoksia sehingga menjadi cedera.   

Klasifikasi luka dekubitus di bagi menjadi beberapa tahapan, yaitu

1.    Stadium 1, ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritmea pada kulit. Kulit terlihat         pucat, kulit masih utuh, permukaan kulit menjadi hangat atau keras, penderita sudah akan                   mengeluh nyeri.

2.    Stadium 2, ulserasi mengenai dermis, epidermis dan meluas ke jaringan adipose terlihat eritema         dan indurasi serta kerusakan kulit pasrtial (epidermis dan sebagian dermis) ditandai dengan               adanya lecet dan lepuh.

3.    Stadium 3, ulserasi meluas sampa ke lapisan lemaj subkulit dan otot sudah mulai terganggu               dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang struktur fibril. Kerusakan seluruh                   lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati fascia.

4.    Stadium 4, ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot serta sendi.

Pencegahan sebelum terjadinya luka dekubitus menjadi hal utama dalam perawatan sebelum terjadi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus, yaitu :

1.    Pengkajian resiko dengan menggunakan skala braden. Skala braden adalah skala pengkajian             yang digunakan untuk memprediksi luka tekan pada orang dewasa dalam mengidentifikasi                 seseorang yang beresiko ringan, sedang dan tinggi mengalami luka tekan.

2.    Perawatan kulit, periksa semua kulit sesegera mungkin (tiap 8 jam), menilai titik-titik tekanan               seperti sacrum, tulang ekor, pantat, tumit, iskium, trochanters dan siku. Bersihkan kulit segera             setelah terkena cairan BAK dan BAB. Gunakan pembersihn kulit yang pH seimbang untuk kulit.           Gunakan pelembab kulit sehari-hari pada kulit kering. 

3.    Pemberian nutrisi, membantu individu pada waktu makan untuk meningkatkan asupan oral.                 Menganjurkan semua individu yang beresiko luka tekan untuk mengkonsums cairan yang cukup         dan diet seimbang. Memberikan suplemen gizi dalam makanan.

4.    Pemberian bantalan dan pengaturan posisi atau alih baring, pindahkan dan reposisikan semua           individu yang beresiko untuk luka tekan kecuali terdapat kontraindikasi karena kondisi medis.               Reposisi tidur miring kanan dan miring kiri tiap 2 jam. Gunakan bantalan kursi untuk individu               duduk di kursi atau kursi roda.

Daftar pustaka

Aini, F.,& Purwaningsih, H. 2014. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus pada Pasien Stroke yang mengalami Hemiparesis di Ruang Yudistira di RSUD Kota Semarang. Jik, 2(4), 25-35. https://doi.org/10.1016/j.cplett. Diunduh tanggal 12 Desember 2021

Dewi,  H.  P.  2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta.

Prasetyo, HD. 2017. Faktor- factor yang mempengaruhi perawat dalam kejadian decubitus. . Universitas Muhammadiyah Semarang. Akses dari http://repository.unimus.ac.id/875/3/BAB%20II.pdf. Diunduh tanggal 8 Desember 2021

Sari, Y. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ulkus Dekubitus dengan Masalah Integritas Kulit dengan Penerapan Therapi Perawatan Luka di RSUD Pandan Kabupaten Tanpanuli Tengah. Tapanuli Tengah. Akses http://ecampus.poltekkesmedan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2974/1/Yulitia%20Sari.pdf. Diunduh tanggal 12 Desember 2021