Jumat, 21 Juni 2024 13:22 WIB

Peran Keluarga/Pendamping dalam Pemulihan Pasien dengan Patah Tulang

Responsive image
251
Anggiesa Rinanta Furi, S.Kep.,Ns - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Pernahkah Anda/keluarga mengalami patah tulang? Patah tulang merupakan kondisi ketika tulang dalam tubuh mengalami patah/retak sehingga area yang terjadi patah tulang dapat terlihat bengkak dan nyeri. Penyebab paling umum kejadian patah tulang adalah jatuh atau kecelakaan. Pada dasarnya tubuh manusia memiliki mekanisme untuk penyembuhan diri sehingga ketika tulang mengalami patah maka tubuh akan berusaha menyembuhkan dirinya sendiri dengan cara melakukan proses regenerasi  agar dapat membentuk fungsi dan bentuk tulang yang baru. Kejadian patah tulang biasanya diawali dengan tanda peradangan selama kurang lebih 72 jam pertama sehingga bagian tubuh yang patah dapat mengalami pembengkakan, kemerahan, dan nyeri. Tulang yang patah akan melakukan proses ossifikasi pada 2-6 minggu hingga terbentuk tulang yang baru. Namun, penyembuhan tulang yang tidak tertangani dengan baik dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang yang tidak sempurna, oleh karena itu dibutuhkan penanganan dan pengobatan yang sesuai agar dapat mengurangi resiko komplikasi pada tulang.

Prosedur penyembuhan patah tulang dapat dilakukan secara pembedahan (operasi) maupun non pembedahan. Prosedur non pembedahan diantaranya adalah pemasangan Gips. Tulang yang patah dilakukan reposisi oleh dokter kemudian dilakukan pemasangan gips pada tulang yang patah hal ini bertujuan untuk meminimalkan pergerakan bagian tubuh yang mengalami patah, sehingga ujung tulang yang patah dapat tumbuh dengan sempurna. Penyembuhan patah tulang juga dapat dilakukan dengan prosedur operasi. Prosedur operasi merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan oleh dokter spesialis orthopedi yang bertujuan untuk memperbaiki, dan menjaga posisi struktur tulang agar  dapat bertumbuh dengan baik. Dokter akan menggunakan Pen, Screw atau implan berbahan logam untuk mempertahankan tulang pada posisi yang seharusnya.

Pasien yang mengalami patah tulang dan dilakukan tindakan dirumah sakit umumnya telah mengalami kondisi psikologis yang cukup kompleks diantaranya adalah gejala nyeri yang dirasakan oleh pasien itu sendiri, rasa trauma yang terjadi saat terjatuh dan tulangnya patah, prosedur medis yang harus dijalani pasien di rumah sakit juga terkadang membuat pasien takut dan khawatir, perubahan kondisi yang membuat pasien harus menjalani prosedur rawat inap dan terpisah dengan keluarga juga dapat menjadi sumber kecemasan pada pasien. Kecemasan-kecemasan ini dapat diatasi apabila pasien mendapatkan edukasi dengan baik mengenai penyakit dan prosedur perawatan yang akan dijalani, biaya atau asuransi (jaminan kesehatan) yang dapat digunakan, dan support system keluarga yang senantiasa dapat mendampingi pasien dari awal masuk hingga pulang.

Menemani pasien yang dirawat dirumah sakit dapat memberikan kekuatan dan kenyamanan yang luar biasa. Tidak hanya kehadiran secara fisik namun juga perhatian dan perawatan secara emosional juga sangat dibutuhkan. Berikut adalah panduan yang penting dilakukan ketika menemani pasien yang dirawat di rumah sakit agar pemulihan patah tulang dapat berjalan optimal:

1.      Mendampingi pasien dengan memberikan dukungan berupa ekspresi rasa empati dan perhatian, mendengarkan keluh kesah dan selalu mengkomunikasikan tentang kebutuhan dan kenyamanan mereka, menghormati kekhawatiran dan keinginan mereka juga akan memberikan ketenangan pada pasien. Mendiskusikan dengan tenaga medis/perawat terkait dengan prosedur dan perawatan yang akan dilakukan dengan pasien.

2.      Pasien yang mengalami patah tulang biasanya akan memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas hariannya seperti mandi, makan dan minum. Bantu pasien untuk mengkonsumsi makanan yang sehat, tinggi protein dan tinggi serat serta berikan kebutuhan cairan yang cukup agar tidak terjadi anemia (kekurangan darah) dan konstipasi akibat dari tirah baring yang lama.

3.      Pasien patah tulang yang telah menjalani prosedur operasi memerlukan dukungan dalam pemulihan yaitu latihan gerak sendi/fisioterapi secara rutin agar kemampuan otot nya segera meningkat.

4.      Menjalani prosedur medis di rumah sakit dalam waktu yang lama dapat membuat pasien merasa bosan. Maka memberikan aktivitas yang dapat dilakukan seperti membaca buku/ majalah, menonton film atau mendengarkan musik akan cukup membantu pasien dalam memecah kebosanan.

5.      Menjaga kenyamanan dan kebersihan lingkungan pasien. Lingkungan yang bersih dan tertata rapi akan membuat pasien nyaman untuk menjalani perawatan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan tangan. Tangan merupakan organ penting yang sering digunakan untuk menyentuh banyak benda sehingga mengandung banyak bakteri yang berbahaya maka penting sekali menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun atau handrub yang telah disediakan di rumah sakit agar tidak terjadi penularan infeksi penyakit.

6.      Membantu pasien secara administrasi untuk mengurus jaminan kesehatan/asuransi selama perawatan dan mengantar pasien saat kontrol/berobat.

Keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien saat di rumah sakit juga dapat meningkatkan kemampuan keluarga untuk merawat pasien saat di rumah, sehingga resiko komplikasi dapat dicegah dan pemulihan pasien dapat tertangani dengan optimal.

 

Referensi :

Kristina, dkk. (2024). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Menggunakan SDKI, SIKI, SLKI. PT. Sonpedia Publishing Indonesia. 47-48.

Sulis, dkk. (2021). Casting, Traction, & Splinting Buku Ajar Ortopedi & Traumatologi. 4-5.

Sumber foto: Dokumentasi Humas RSO