Kamis, 20 Juni 2024 15:18 WIB

Menyingkap Perbedaan Penyakit Jantung pada Laki-laki dan Perempuan

Responsive image
236
dr. Indira Kalyana Makes - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, penyakit jantung menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan penyakit ini menjadi beban pembiayan kesehatan terbesar di Indonesia, sehingga terus menjadi momok yang menakutkan.

Sayangnya, penyakit jantung tak pernah pandang jenis kelamin. Namun, tau kah Anda bahwa terdapat perbedaan penyakit jantung pada perempuan dan laki-laki? Beberapa penelitian terkini memberikan kita gambaran yang lebih rinci tentang bagaimana penyakit jantung dapat mempengaruhi wanita dan laki-laki dengan cara yang berbeda. Dalam artikel ini, penulis akan mengulas perbedaan gejala dan penanganan penyakit jantung pada laki-laki dan perempuan.

Perbedaan Gejala pada Laki-laki dan Perempuan

Penelitian yang dilakukan oleh Ruane dkk pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan gejala yang dialami oleh perempuan dan laki-laki saat serangan jantung. Pada pasien yang mengalami serangan jantung, identik ditandai dengan gejala nyeri dada. Namun, pada pasien perempuan yang mengalami serangan jantung, seringkali datang ke rumah sakit dengan melaporkan gejala nyeri non-dada seperti gejala nyeri ulu hati (epigastrium), berdebar – debar (palpitasi), dan sesak napas, jika dibandingkan pria pada usia yang sama. Gejala nyeri bukan pada dada yang dialami oleh perempuan ini, dapat mengaburkan diagnosis. Gejala ini seringkali diabaikan atau dianggap sebagai masalah lain, menyebabkan penundaan dalam diagnosis.1

Perbedaan Anatomi

Secara luas diakui bahwa jantung wanita lebih kecil daripada jantung pria, namun telah lama diabaikan bahwa ternyata jantung wanita juga memiliki arsitektur mikrostruktur yang berbeda. Hal ini memiliki implikasi yang sangat besar pada banyak parameter penyakit jantung. Penelitian menemukan bahwa, dibandingkan dengan jantung pria, jantung wanita memiliki fraksi ejeksi yang lebih besar dan berdenyut lebih cepat, tetapi menghasilkan curah jantung yang lebih kecil dibandingkan laki-laki. Jantung wanita juga memiliki tekanan darah yang lebih rendah tetapi menghasilkan regangan kontraktil yang lebih besar. Studi juga menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam bentuk dan fungsi jantung terlalu kompleks untuk diabaikan, karena jantung wanita bukan hanya versi kecil dari jantung pria. Dengan alasan ini, penyakit jantung pada wanita sering kali terlewatkan dalam pemeriksaan rutin dan didiagnosis lebih lambat, akhirnya menimbulkan gejala yang lebih parah daripada pria.2

Pengaruh Perbedaan Hormonal

Jenis kelamin biologis memainkan peran penting dalam perjalanan penyakit jantung. Insiden penyakit jantung pada wanita meningkat setelah menopause, yang mengindikasikan bahwa hormon seks memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit jantung. Pria dan wanita sama-sama memproduksi estrogen dan testosteron dalam jumlah yang signifikan dan relevan secara fisiologis. Estrogen, hormon yang lebih melimpah pada wanita, memberikan perlindungan pada jantung. Namun, setelah menopause, ketika produksi estrogen menurun, risiko penyakit jantung pada wanita meningkat secara signifikan. Di sisi lain, kadar testosteron yang lebih tinggi pada laki-laki dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.3

Apakah Pengobatan Penyakit Jantung pada Laki-laki dan Perempuan Berbeda?

Dahulu, uji klinis untuk menguji obat-obatan jantung lebih banyak dilakukan pada pria, membuat pengetahuan kita tentang pengaruh obat pada wanita masih sangat terbatas. Ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang seberapa efektif obat-obatan tersebut pada wanita. Ternyata ada bukti yang menunjukkan adanya perbedaan spesifik jenis kelamin dalam tingkat metabolisme, bioavabilitas, dan kemanjuran yang diperoleh dengan dosis yang sama dari obat yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa enzim yang memproses obat di dalam tubuh, yang disebut sitokrom P450, memiliki aktivitas yang berbeda pada pria dan wanita. Hal ini dapat mempengaruhi seberapa baik tubuh memetabolisme obat dan seberapa efektif obat tersebut bekerja.

Sebagai contoh, obat digoksin, yang digunakan untuk mengobati gangguan irama jantung, ternyata dapat meningkatkan risiko kematian pada wanita, tetapi tidak pada pria. Selain itu, obat ini juga terkait dengan masalah jantung tertentu pada wanita. Meskipun dosis obat disesuaikan berdasarkan indeks massa tubuh (BMI), wanita tetap memiliki kadar obat yang sedikit lebih tinggi daripada pria, menunjukkan perbedaan dalam cara tubuh mereka memproses obat.

Sebuah penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan statin, obat yang sering diresepkan untuk menurunkan risiko penyakit jantung, dapat memberikan manfaat yang berbeda antara pria dan wanita. Meskipun statin dapat mengurangi risiko kejadian kardiovaskular pada keduanya, wanita yang mengonsumsi statin mungkin tidak mengalami penurunan angka kematian, serangan jantung, dan stroke sebagaimana yang terjadi pada pria. Selain itu, wanita memiliki kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dan risiko efek samping statin yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

Tidak hanya itu, reaksi tubuh terhadap obat sejenis verapamil dan nifedipin juga berbeda antara pria dan wanita. Wanita cenderung memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat dari obat tersebut, menyebabkan kadar obat yang lebih rendah dalam tubuh mereka. Penurunan tekanan darah pada wanita yang menggunakan obat ini juga lebih terlihat dibandingkan pria.

Oleh karena itu, pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana obat bekerja pada tubuh wanita dan pria sangat penting untuk memastikan pengobatan yang optimal dan efektif. Perawatan penyakit jantung pada wanita dan laki-laki seharusnya tidak disamakan. Protokol perawatan harus disesuaikan dengan perbedaan biologis dan hormonal antara kedua jenis kelamin3

Pencegahan Tetap Bisa Dilakukan

Meskipun banyak perbedaan yang telah diuraikan, berita baiknya adalah bahwa banyak faktor risiko penyakit jantung dapat dikendalikan. Dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang, aktivitas fisik yang teratur, dan manajemen stres, dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung pada kedua jenis kelamin. Program pencegahan menjadi kunci dalam membangun masyarakat yang lebih sehat.

Penyakit jantung tidak pandang jenis kelamin, tetapi dampaknya dapat berbeda antara wanita dan laki-laki. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih baik menyesuaikan pendekatan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan yang dilakukan. Kesadaran masyarakat tentang gejala penyakit jantung pada wanita perlu ditingkatkan, mengingat gejalanya yang mungkin tidak spesifik. Melalui upaya pencegahan yang baik, harapannya kita dapat bersama-sama melawan penyakit jantung.

 

Referensi :

Ruane L, H Greenslade J, Parsonage W, Hawkins T, Hammett C, Lam CS, Knowlman T, Doig S, Cullen L. Differences in Presentation, Management and Outcomes in Women and Men Presenting to an Emergency Department With Possible Cardiac Chest Pain. Heart Lung Circ. 2017 Dec;26(12):1282-1290.

St Pierre SR, Peirlinck M, Kuhl E. Sex Matters: A Comprehensive Comparison of Female and Male Hearts. Front Physiol. 2022 Mar 22;13:831179.

Bhupathy P, Haines CD, Leinwand LA. Influence of sex hormones and phytoestrogens on heart disease in men and women. Womens Health (Lond). 2010 Jan;6(1):77-95.

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/confused-looking-camera-young-couple-valentines-day-holding-heart-balloon-isolated-white-background_16224313.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=0288c56a-b6e8-4ccf-bcf0-d4a2c9496cba