Senin, 18 Maret 2024 11:57 WIB

Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga

Responsive image
707
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Aktivitas olahraga tidak dapat dilepaskan dari kontak fisik yang dapat menyebabkan terjadinya cedera. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang pasti diterima oleh pelaku olahraga adalah cedera. Dengan aktivitas kontak fisik yang sangat tinggi potensi cedera pasti akan terjadi meskipun aktivitas olahraga dilakukan dengan kehati-hatian dan kewaspadaan. Satmoko dalam menjelaskan bahwa aktivitas olahraga memiliki risiko cedera yang sangat tinggi, sehingga dalam perspektif ilmu kesehatan, tindakan pencegahan (preventif) lebih diutamakan dari pada tindakan pengobatan (kuratif). Cedera dijelaskan sebagai kerusakan terjadi pada struktur tulang, otot dan jaringan lunak lainnya akibat benturan, aktivitas berlebihan (overload), kondisi lingkungan hingga kesalahan teknik. Sebagian besar cedera yang terjadi dalam aktivitas olahraga adalah sprain, strain, hamstring hingga patah tulang yang disebabkan persiapan sebelum latihan dan proses pemulihan. Pada beberapa situasi, faktor overuse pada bagian yang pernah mengalami cedera ikut memperkuat terjadinya cedera kronis. Didalam olahraga dapat terjadi banyak kemungkinan cedera, dengan persentase tertinggi adalah sprain, strain dan dislokasi pada engkel, otot dan lutut. Usia anak-anak dan remaja memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap cedera khususnya lutut, mengingat pada usia ini keterlibatan akvititas olahraga cukup tinggi. Penanganan cedera yang tepat dan benar akan mempercepat proses penyembuhan dan meminimalisir kerusakan cedera berkelanjutan yang dikenal dengan istilah kronis.

Gejala Cedera Olahraga

Tanda akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah tanda respon peradanagan tubuh berupa tumor (pembengkakaan), kalor (peningkatan suhu), rubor (warna merah), dolor (nyeri) dan functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri pertama kali muncul jika serat-serat otot atau tendon yang jumlahnya terbatas mulai mengalami robekan.Selain nyeri muncul tanda radang seperti bengkak, kemerahan, panas dan penurunan fungsi. Pada proses lanjut tandatanda peradangan tersebut akan berangsur angsur menghilang. Apabila tanda peradangan awal cukup hebat, biasanya rasa nyeri masih dirasakan samapai beberapa hari setelah onset cedera. Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan keterbatasan jangakauan gerak juga sering dijumpai

Macam-macam Cedera Olahraga

1.      Memar

Memar dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat terjadi hingga berbulan-bulan yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan nyeri di daerah bagian yang berwarna hitam atau kebiruan tadi. Penyebab memar itu sendiri adalah akibat dari benturan dari benda tumpul sehingga dapat menyebabkan trauma yang berupa memar.

2.      Kram Otot

Kram otot yaitu tertariknya atau konstraksi otot yang sangat hebat tanpa disertai adanya relaksasi sehingga mengakibatkan rasa sakit yang sangat hebat. Penyebab pasti dari kram otot belum bias diketahui, namun kemungkinannya yaitu dehidrasi, kadar garam dalam tubuh rendah, kadar karbonhidratrendah, otot dalam keadaan kaku badan kurangnya pemanasan.

3.      Patah Tulang

Patah tulang adalah rusaknya jaringan tulang akibat paksaan atau putusnya tulang baik sebagian atau seluruh tulang. Yang ditandai dengan nyeri bila digerakan, bentuknya berubah dan ada pembengkakan ditempat yang patah.

4.      Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi terdapat komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada atlet adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul atau paha. Karena meleset dari tempatnya sehingga sendi itu menjadi macet dan nyeri. Sendi yang pernah mengalami dislokasi biasanya ligamen-ligamennya menjadi kendor dan akibatnya sendi itu gampang dislokasi lagi.

5.      Kejang

Kejang adalah kakunya anggota gerak atau tubuh untuk beberapa saat. Ada beberapa macam kejang yaitu kejang karena panas, kejang karena penyakit ayan (eilepsi), dan kejang otot (cramps).

6.      Pingsan

Hilangya kesadaran atau pingsan ini sering terjadi di lapangan, misalnya pada olahraga kontak fisik, upacara di bawah teriknya sinar matahari, di dalam ruangan yang penuh orang. Maka bila menemui orang yang pingsan usahakan cepat ditolong agar tidak mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan.

7.      Strain

Strain adalah cedera yang melibatkan peregangan atau robeknya sebuah otot dan tendon (struktur otot). Strain biasa terjadi pada saat berlari ataupun saat melompat dan biasanya terjadi pada otot hamstring. Strain  kronis  adalah  cedera  yang  terjadi  secara  berkala  karena  penggunaan  secara  berlebihan  atau tekanan berulang-ulang dan menghasilkan tendonitis atau peradangan pada tendon.

8.      Sprain

Cedera yang disebabkan oleh tertariknya atau robeknya ligamen (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul persendian. Kerusakan parah pada sendi ini akan menyebabkan sendi tidak  stabil. 

9.      Cedera pada testis dan scrotum Memar pada testis (buah sakar) dan scrotum (sakar) terjadi terkena bola atau kontak fisik.

10.   Perdarahan

Pengertian perdarahan disini adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang rusak. Prinsip dari pertolongan pertama pada perdarahan : lakukan penekan pada tempat perdarahan atau tourniquet (pilihan terakhir, dipakai bila kaki / tangan hancur).

 

Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga

1.  Pemanasan, merupakan usaha persiapan otot-otot untuk melakukan gerakan yang sesungguhnya yang membutuhkan waktu 15-20 menit.

2. Kekuatan, dapat dicapai dengan latihanisotonik, isometrik, dan isokinetik. Untuk menghasilkan kekuatan yang diinginkan, maka dalam latihan tersebut harus memperhatikan intensitas latihan, macam latihan, frekuensi latihan, dan lama latihan

3. Pendinginan, gerakan pendinginan sama dengan waktu mulai latihan yaitu gerakan peregangan. Salah satu prinsip utama dalam pengobatan cedera adalah dengan RICE (Rest, Ice, Compression, Evevation).

 

Referensi :

Setiawan, A. 2011. Faktor Timbulnya Cedera Olahraga. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 1(1).

Setyaningrum, D. A. W. 2019. Cedera Olahraga Serta Penyakit Terkait Olahraga. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 2(1), 39-44.

Arovah, N. I. 2009. Diagnosis dan Manajemen Cedera Olahraga. FIK UNY.

Harta, L. I., & Fata, R. N. 2022. Terapi Pasca Cidera Olahraga. COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 2(6), 866-873.