Rabu, 24 Januari 2024 13:57 WIB

Waspadai Kaki Lembap Penyebab Timbulnya Kutu Air

Responsive image
598
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kulit adalah bagian tubuh yang paling luas dan menutupi seluruh permukaan tubuh manusia. Karena hal tersebut, kulit menjadi proteksi pertama dalam melindungi tubuh manusia dari luar, sebagai aseptor tehadap rangsangan, pengatur suhu atau temperatur tubuh serta pengaruh lain dari luar. Oleh sebab itu, kesehatan kulit menjadi sangat penting karena peranannya yang sangat vital sebagai organ pelindung tubuh.

Pada umumnya penyakit kulit yang terjadi di wilayah Indonesia banyak disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, parasit, serta virus yang juga dipengaruhi oleh berbagai hal sehingga memberikan penggambaran yang berbeda terhadap kondisi klinis penyakit kulit seperti kebiasaan, iklim dan kondisi lingkungan. Dermatofitosis adalah salah satu penyakit kulit yang sering terjadi dan disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.

Dermatofitosis merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan tubuh yang mengandung zat tanduk pada bagian epidermis, rambut serta kuku. Dermatofitosis dapat menular secara langsung maupun tidak langsung dari manusia ke manusia (anthropophilic organism), dari hewan (zoophilic organism) serta dari tanah (geophilic organisms). Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung dengan perantara benda lain sebagai media penularan, seperti topi, handuk, sisir serta kaos kaki yang pengunaannya dilakukan secara bergantian dengan orang yang telah terinfeksi.

Ada banyak penyakit kulit yang tergolong dalam dermatofitosis. Tinea pedis menjadi salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit yang angka kejadiannya tinggi pada berbagai wilayah. Jamur dermatofita merupakan golongan jamur yang dapat memproduksi enzim keratinase dan memiliki kemampuan mencerna keratin pada kuku, kulit serta rambut. Organisme yang mampu mencerna keratin disebut degan keratofilik. Jamur dermatofit akan menginvasi stratum korneum yang ada pada kulit. Jamur memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan manusia. Jamur dapat hidup dan dan berkembang dimana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan pada organ tubuh organisme lainnya. Oleh sebab itu tingkat infeksi dari jamur sangat tinggi.

Tinea pedis (athlete’s foot) atau lebih sering disebut sebagai kutu air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang menginfeksi kulit pada bagian sela-sela jari kaki, telapak kaki dan bagian lateral kaki. Disampaikan dalam sebuah ulasan yang mengungkapkan bahwa penularan infeksi jamur penyebab Tinea pedis dapat terjadi secara tidak langsung melalui perantara air yang sebelumnya telah terkontaminasi spora jamur. Spora jamur yang telah menempel pada media transmisi akan melakukan proses pelekatan pada keratin yang kemudian mulai memproduksi keratinase (keratolitik).

Gambaran klinis Tinea pedis, kulit yang biasanya terinfeksi Tinea pedis akan memberikan gejala secara umum seperti terkelupasnya kulit yang diserta rasa gatal, berair dan sering menimbulkan bau. Berdasarkan gambaran klinis tersebut, Tinea pedis dibedakan menjadi beberapa :

a.    Tinea pedis interdigital :

Tinea pedis interdigital ini merupakan bentuk yang paling umum dan sebagian besar disebabkan lesi ini biasanya terjadi di antara jari keempat dan kelima yang biasanya tampak basah dan secara kolektif disebut dengan dermatofitosis simpleks. Gejala umum secara klinis seperti gatal, rasa seperti terbakar serta menimbulkan bau yang tidak sedap.

b.    Tinea pedis inflamasi atau vesikuler :

Bagian atas vesikel biasanya megalami pengupasan setelah beberapa hari yang kemungkinan disebabkan oleh abrasi. Ini akan mengakibatkan rasa gatal yang parah, rasa terbakar serta menimbulkan nyeri dengan intensitas yang berbeda-beda. Peradangan yang cukup parah akan menyebabkan penderita kesulitan berjalan. Lesi ini akan berkembang dengan cepat pada musim panas atau kemarau. Dan pada tingkat yang lebih parah, akan memberikan respon inflamasi yang melumpuhkan seperti selulitis, adenopati dan limfangitis.

c.    Tinea pedis hiperkeratotik :

Tipe ini ditandai dengan terjadinya eritema plantaris mulai dari skala ringan hingga hiperkeratosis difus. Hiperkeratosis difus melibatkan telapak kaki, permukaan medial dan lateral kaki dan seringkali disertai dengan sisik yang tipis. Biasanya pada kulit akan muncul semacam kerak berupa tumpukan sel kulit berwarna putih. Pada kasus yang berat, infeksi akan menyebabkan kuku jari menebal, hancur dan bahkan terlepas. Tipe ini dapat menimbulkan gejala pruritus ataupun kadang tanpa gejala (asimtomatik). Infeksi sering terjadi pada kedua kaki serta dapat pula muncul pada salahsatu telapak tangan.

d.    Tinea pedis ulseratif

Ulseratif Tinea pedis dominan disebabkan oleh T. interdigitale. Tinea pedis tipe ini ditandai dengan lesi vesikulopustular yang penyebarannya cepat, ulkus dan erosi serta kadangkala disertai dengan infeksi bakteri sekunder. Lesi yang ditimbulkan biasanya mengalami maserasi yang biasanya dimulai dari ruang antar jari-jari kaki sebelum menyebar ke punggung kaki, bagian lateral dan permukaan plantar selama beberapa hari. Tinea pedis ulseratif ini dapat menyebabkan komplikasi di antaranya selulitis, limfangitis demam dan malaiase. Gejala-gejala yang biasanya terjadi adalah bisul, nyeri dengan tingkatan yang bervariasi serta menimbulkan rasa gatal.

Kita ketahui Indonesia merupakan negara beriklim tropis sehingga kondisi tersebut memberikan daya dukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, utamanya jamur. Seperti yang telah kita ketahui bahwa jamur sangat cocok dengan lingkungan yang lembap karena kondisi tersebut sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.

Kejadian penyakit Tinea pedis lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan kebanyakan pria banyak yang bekerja pada tempat-tempat yang mengakibatkan kakinya selalu basah dan memungkinkan terinfeksi jamur dermoatofita, seperti menjadi petani, nelayan dan lain sebagainya. Angka kejadian maupun gejala yang ditimbulkan oleh Tinea pedis semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia. Karena semakin tinggi usia, maka daya tahan tubuh akan semakin menurun terhadap suatu penyakit serta juga banyak terserang penyakit degeneratif seperti diabetes yang juga menjadi faktor prediposisi mudah yang mengakibatkan terjadinya infeksi jamur pada kulit.

Dalam sebuah penelitian menyampaikan bahwa keadaan sosial ekonomi serta kebersihan yang minim memegang peranan yang cukup penting terhadap infeksi jamur yang terjadi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur pada umumnya lebih sering terjadi pada kalangan dengan sosial ekonomi yang rendah. Hal tersebut ada kaitannya dengan status gizi yang berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh seseorang dalam menanggapi suatu penyakit tertentu. Faktor yang dikatakan paling mendominasi adalah tingkat kemiskinan dan kebersihan secara personal.

Sama halnya dengan ulasan di atas sebuah penelitian lainnya mengungkapkan bahwa tidak tingkat pendidikan, pekerjaan dan lingkungan fisik juga menjadi indikator yang berpengaruh terhadap penyebaran infeksi Tinea pedis. bahwa pendidikan kesehatan memegang peranan penting dalam peningkatan sikap seseorang menjadi lebih baik, utamanya dalam kebersihan secara personal. Karena kebanyakan orang masih acuh terhadap infeksi jamur ini dengan anggapan bahwa hal tersebut tidak akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan dan menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya.

Beberapa faktor lain yaitu memakai sepatu tertutup dalam jangka waktu yang lama, terjadinya kelembapan karena ekskresi keringat, kebiasaan tidak memakai alas kaki, serta pecahnya kulit di bagian sela jari karena mekanis juga menjadi faktor risiko terjadinya Tinea pedis. Selain itu, lingkungan kerja menjadi tempat yang sangat berpotensi dalam memengaruhi kesehatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan terutama menghindari infeksi jamur pada kulit yaitu dengan menjaga kebersihan secara personal, seperti mandi secara teratur dengan menggunakan sabun, mencuci bagian kaki maupun tangan secara benar serta tidak lupa menjaga tingkat kekeringan kulit agar tidak menciptakan kondisi lembap yang sangat menunjang pertumbuhan. Selain itu, perawatan terhadap kuku, tangan, rambut dan kaki harus diperhatikan.

Dalam sebuah ulasan mengungkapkan bahwa pada masa sekarang ini, obat anti jamur semakin berkembang baik yang diharapkan mampu mengurangi prevalensi penyakit yang  disebabkan oleh infeksi jamur. Dalam menangani infeksi Tinea pedis, dapat ditempuh dengan memberikan anti-jamur oral maupun tropical ataupun dengan kombinasi antara kedua jenis anti-jamur tersebut contoh anti-jamur oral yaitu Gliseofulvin, Intraconazale dan Fluconazole. Anti-jamur tropikal yang biasa digunakan yaitu Miconazole, Sulconazole, Oxoconazole, Econazole, Clotrimazole, Ciclopirox, Ketoconazole, Naftifine, Terbinafine, Flutrimasol, Bifonazole, dan Butenafine.

Dengan melihat beberapa ulasan di atas tentunya Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang menginfeksi kulit pada bagian sela-sela jari kaki, telapak kaki dan bagian lateral kaki. Penyakit yang disebabkan jamur ini tentunya sebuah penyakit yang mengganggu dan perlu dicegah. Dikarenakan menimbulkan berbagai masalah klinis seperti maserasi, gatal, berair, menimbulkan bau, fisura, serta pada tingkat parah dapat menimbulkan komplikasi. Kebersihan, sosial ekonomi, pekerjaan dan pendidikan menjadi faktor pendukung terjadinya Tinea pedis. Menjaga kebersihan personal dapat dijadikan sebagai langkah pencegahan infeksi. Dan tentunya perilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi hal yang wajib dilakukan sebagai langkah pencegahan.

 

Referensi  :

Farihatun, A. 2018. Identifikasi Jamur Penyebab Tinea Pedis pada Kaki Penyadap Karet di PTPN VIII Cikupa Desa Cikupa Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis Tahun 2017. Meditory : The Journal of Medical Laboratory. vol. 6(1): 56-60.

Isro’in, L., & Andarmoyo, S. 2012. Buku Personal Hygiene. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Khusnul, K. 2018. Isolasi dan Identifikasi Jamur Dermatophyta pada Sela-sela Jari Kaki Petugas Kebersihan di Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi. vol. 18(1): 45 -50.

Makola, N.F., Magongwa, N.M., Matsaung, B., Schellack, G., & Schellack, N. 2018. Managing Athlete’s Foot. South African Family Practice, vol 60(5): 37-41.

Nurwulan, D., Hidayatullah, T. A., Nuzula, A. F., & Puspita, R. 2019. Profil Dermatofitosis Superfisialis Periode Januari-Desember 2017 di Rumah Sakit Islam Aisiyah Malang. Saintika Medika. vol. 15(1): 25-32.

Pranata, F. S., Jufriadif Na’am, & Sumijan. 2019. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Jamur pada Manusia Menggunakan Input Suara Berbasis Android. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi). vol. 3(3): 435-442.

Rustika, R., & Agung, W. 2018. Karakteristik Petugas Pemungut Sampah dengan Tinea Pedis di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan. vol. 17(1): 11-19.

Sondakh, C.E.E. ., Pandaleke, T., & Mawu, F. 2016. Profil Dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari-Desember 2013. E-CliniC. vol. 4(1): 1-7.

Triana, D., Nawaliya, A., & Sinuhaji, B. 2020. Kejadian Infeksi Trichophyton Mentagrophytes Terkait Personal Hygiene Antara Nelayan dengan Pengolah Ikan Rumahan di Wilayah Pesisir Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. vol. 12(1): 74-81.