Dermatitis atopik (DA) atau eksim atopik merupakan peradangan kulit kronis yang sering muncul saat masa kanak-kanak dan berulang ditandai rasa gatal, timbul pada lokasi bagian tubuh tertentu, dan dihubungkan dengan kondisi alergi serta penyakit atopik lain sepertialergi makanan, asma, dan rinitis alergi. Kisaran 50% DA menghilang pada saat remaja, kadang dapat menetap, atau bahkan baru timbul saat dewasa.1-3
Penyebab DA multifaktorial, peradangan dan gatal merupakan interaksi dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti genetik (melibatkan banyak gen) yang menghasilkan disfungsi sawar kulit serta perubahan pada sistem imun, khususnya hipersensitivitas terhadap berbagai alergen dan antigen mikroba. Faktor eksternal yaitu lingkungan seperti cuaca dan iklim, tungau debu rumah, rumput, bulu binatang, makanan seperti telur, susu sapi dan makanan lainnya.1,2
Kelainan kulit DA bervariasi sesuai dengan usia pasien dan aktivitas penyakit (Gambar 1). Pada bayi (Gambar 2a), DA lebih akut dan terutama melibatkan wajah, kulit kepala, telinga, leher, badan, dan permukaan ekstensor ekstremitas. Pada anak (Gambar 2b), lesi DA biasanya simetris dan terletak pada lipatan seperti lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki, kelopak mata, dan sekitar leher. Pada remaja dapat ditemukan likenifikasi akibat lesi DA kronik pada area lipatan ekstermitas. Pada orang dewasa yang lebih tua distribusi lesi kurang khas dan dermatitis dapat berupa eksim pada tangan, puting, atau kelopak mata.1
Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin-Rajka, yaitu ditemukan 3 dari 4 kriteria mayor dan sedikitnya 3 kriteria minor.1 Kriteria mayor terdiri atas:
Sedangkan Kriteria minor terdiri atas;
Tatalaksana DA dengan cara menghindari pencetus, mengurangi gatal, perbaikan sawar kulit, dan obat anti inflamasi.4,5 Untuk tatalaksana optimal, dibutuhkan kerja sama yang baik tidak hanya oleh pasien tetapi juga orang-orang terdekat pasien.5
Perbaikan sawar kulit dengan perawatan kulit yang baik sangat penting untuk mengontrol DA.5,6 Fungsi sawar kulit diperbaiki dengan hidrasi yang baik dan aplikasi pelembab. Disarankan berendam di air hangat selama kurang lebih 10 menit, memakai sabun mengandung pelembab (moisturizing cleanser), diikuti aplikasi pelembab segera setelah mandi.5-7
Untuk mengeringkan kulit disarankan menggunakan handuk lembut dengan menekan lembut saja dan tidak menggosok kulit.5,6 Emolien melembutkan kulit dan mengurangi gatal, menciptakan lapisan minyak di atas kulit yang dapat menahan air di bawahnya. Perbaikan sawar ini mencegah penetrasi bahan iritan, alergen dan bakteri.4,5 Emolien dapat berupa losion, krim, dan ointment.4 Ointment paling efektif sebagai emolien, tetapi umumya krim atau losion lebih disukai karena tidak lengket.4,6 Produk emolien yang kaya ceramide sangat berguna mempertahankan kelembaban kulit.6 Jika memakai tabir surya, emolien diaplikasikan setengah jam sebelum memakai tabir surya.4 Dermatitis atopik ringan sering kali membaik hanya dengan pemakaian emolien, tetapi pada keadaan inflamasi akut, dibutuhkan tambahan antiinflamasi topikal seperti steroid topikal atau kalsineurin inhibitor topikal yang dapat digunakan sebelum penggunaan emolien agar efektivitasnya tidak berkurang.4,5
Potensi steroid yang digunakan bersifat individual, tergantung derajat dan lokasi dermatitis, luas permukaan kulit terkena, dan usia pasien.7 Risiko efek samping bergantung pada potensi steroid yang digunakan, jumlah steroid yang digunakan, penggunaan oklusif luas area yang terlibat, dan keutuhan kulit.4
Keluhan gatal pada pasien DA dapat mengakibatkan gangguan tidur, sehingga diperlukan antihistamin oral terutama bentuk sedatif misalnya hydroxyzine, diphenhydramine, chlorpheniramine.4 Efek sedasi ini akan memperbaiki kualitas tidur tetapi dapat menghambat kemampuan konsentrasi pasien.4,5 Kortikosteroid sistemik hanya di berikan untuk pengobatan DA akut yang berat. Penggunaan steroid sistemik jangka panjang tidak disarankan karena potensi efek samping yang besar.5
Sebagian besar pasien DA membaik dengan tatalaksana yang tepat.4,5 Pasien dan orang tua pasien harus memahami bahwa penyakit ini tidak dapat sembuh sempurna dan hanya dapat dikontrol.4 Kekambuhan dapat dicegah dengan strategi pencegahan yang baik. Sekitar 90% pasien DA akan sembuh saat mencapai pubertas, sepertiganya menjadi rinitis alergika dan sepertiga lain berkembang menjadi asma.4,5
Referensi:
Simpson EL, Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopik Dermatitis. Dalam: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, H A, Margolis DJ, McMichael AJ, et al., penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology. Ed 9. New York: McGraw-Hill Education; 2019. h. 63–73.
Boediardja SA. Dermatitis Atopik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. Ke-Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019. h. 167–83.
James WD, Elston DM, Treat J, Rosenbach MA, Neuhaus IM. Eczema, Atopik Dermatitis, and Noninfectious Immunodeficiency Disorders. dalam: Andrews’ Diseases of the Skin Clinical Dermatology. Ed. 13. Philadelphia, PA: Elsevier; 2020. h. 63–73.
Jamal ST. Atopic dermatitis: an update review of clinical manifestations and management strategies in general practice. Bulletin of the Kuwait Institute for medical specialization. 2007;6;55-62.
Watson W, Kapur S. Atopic dermatitis. Allergy, Asthma & Clinical Immunology. 2011;7: Suppl 1:S4.
Krakowski AC, Eichenfi eld LF, Dohil MA. Management of atopic dermatitis in the pediatric population. Pediatrics. 2008;122;812.
Schneider L, Tilles S, Lio P, et al. Atopic dermatitis: a practice parameter update 2012. J Allergy Clin Immunol. 2013;131(2):295-9.
Sumber gambar : https://beranisehat.com/dermatitis-atopik/
( DOC, PROMKES,RSMH)