Senin, 14 Oktober 2024 11:26 WIB

Sosialisasi Kesehatan Mental pada Peringatan HKJS di RSUP Dr M Djamil

Responsive image
Humas RSUP Dr. M. Djamil - RSUP dr. Djamil Padang
14

Padang (14/10) - Bagi banyak orang, pekerjaan adalah bagian penting dari kehidupan mereka, tetapi tekanan dan stres yang berhubungan dengan pekerjaan dapat mengganggu kesejahteraan mental. Oleh karena itu, penting untuk mengenali pertanda stres serta bagaimana mengatasi stres kerja agar dapat menjaga kesehatan mental dengan baik.

"Stres kerja merupakan perasaan yang menekan atau tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja juga terjadi ketika seseorang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan indivdunya," kata Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr. Taufik Ashal SpKJ (K) saat Sosialisasi Kesehatan Mental pada Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Taman Gedung Administrasi dan Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. M. Djamil, Kamis (10/10).

Ia mengatakan stres kerja ini dialami oleh tenaga kerja dan melibatkan organisasi atau perusahaan tempat kerja. Disebabkan oleh pekerjaan atau persoalan individu atau rumah tangga. "Sehingga berdampak pada merugikan perusahaan," tuturnya.

Sumber stres, tuturnya, faktor eksternal atau working condition. Berupa lingkungan kerja yang buruk, overload, kondisi kerja yang tidak lagi menantang dan menarik bagi karyawan, kurang komunikasi sosial, muncul keluhan kebosanan dan tidak puas. Kemudian pekerjaan berisiko tinggi, konflik peran, pengembangan karir, dan struktur organisasi. "Faktor internal berupa karakteristik dan persepsi," paparnya.

Ia menjelaskan gejala stres dibagi atas tiga. Yakni gejala psikologis di antaranya berupa kecemasan, bingung, marah, sensitif, mengurung diri, depresi, merasa terasing, bosan, lelah mental dan menurunnya percaya diri.

Gejala fisik di antaranya detak jantung dan tekanan darah meningkat, meningkatnya sekresi adrenalin dan nonadrenalin. Gangguan gastrointestinal, mudah luka, mudah lelah, gangguan kardiovaskular dan gangguan pernapasan.

"Gejala perilaku di antaranya menghindari pekerjaan, penurunan prestasi dan produktivitas, minuman miras, sabotase, meningkatnya absensi, perilaku makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan, dan perilaku berisiko," ucap dr. Taufik.

Ia menyebutkan dampak stres adalah terjadinya kekacauan dan hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja, menganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat poduktivitas. "Dan menurunkan pendapatan dan keuntungan perusahaan," sebutnya.

Mengatasi stres ini, tutur dr. Taufik, dibagi atas internal dan eksternal. Untuk internal berupa pertahankan kesehatan tubuh, terima apa adanya, memelihara persahabatan, lakukan tindakan konstruktif. Pelihara hubungan sosial, aktivitas kreatif di luar pekerjaan, dan kegiatan sosial keagamaan," ujarnya.

Dari sisi eksternal, sebutnya, memperbaiki kondisi kerja, melibatkan tenaga kerja dalam pengambilan keputusan. "Komunikasi efektif dan penghargaan," tutur dr Taufik.

Sementara Ketua Perkumpulan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) Sumbar Dr. dr. Rini Gusya Liza MKed (KJ) SpKJ mengatakan pekerja yang mengalami gangguan mental bisa berimbas pada hubungan pertemanan di tempat kerja. Karena kualitas mereka dalam bekerja menurun, apalagi yang harus bekerja dalam tim. "Jadi akhirnya akan mengganggu kerja teman-teman lainnya dan mempengaruhi relasi hubungan juga," tuturnya.

Ia menekankan meningkatnya permasalahan kesehatan mental di kalangan pekerja, membuat masyarakat harus semakin aktif melakukan langkah-langkah pencegahan atau pertolongan pada sekitarnya.

“Karena deteksi dini diikuti langkah proaktif dan responsif dalam memberikan pertolongan psikologis, akan membantu pekerja atau siapapun, untuk meningkatkan kualitas hidup," ucapnya.