Jumat, 08 Maret 2024 06:56 WIB

Value Penting Dimiliki RS Wisata Medis sebagai Daya Tarik Pasien agar tidak Berobat ke LN

Responsive image
DNI - Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan
293

Bogor (06/03) – Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan, dr. Sunarto, M.Kes menyampaikan pentingnya rumah sakit yang telah ditetapkan menjadi RS Wisata Medis di Indonesia agar memiliki “value” yang mampu menjadi daya tarik untuk berkunjung ke RS tersebut sehingga masyarakat Indonesia tidak mengandalkan berobat di luar negeri. Hal tersebut disampaikan dalam Workshop Pengembangan Pelayanan Wisata Medis di Rumah Sakit.

Berbagai value yang menjadi daya tarik berobat ke luar negeri yang perlu dicermati adalah faktor pelayanan yang memuaskan dan fasilitas yang lengkap, ketersediaan fasilitas belanja, ketersediaan pusat wisata yang bisa dikunjungi saat berobat, serta testimoni pengalaman yang positif saat berobat diluar negeri, menjadi faktor yang cukup signifikan mempengaruhi orang untuk tertarik berobat keluar negeri. Inilah yang harus dijadikan refleksi bagi RS di Indonesia terutama 23 RS yang telah ditetapkan menjadi RS Wisata Medis oleh Kemenkes.

“RS kita harus mampu meninggalkan kesan pengalaman berobat yang mengecewakan terkait kesembuhan, ketepatan waktu, kepastian pembayaran, ketidakpuasan biaya pengobatan serta faktor ketidakpercayaan akan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia yang menjadi faktor penting yang mendorong WNI berobat keluar,” ungkap dr. Sunarto.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh para Kepala Dinas Propinsi, Direktur RS Wisata Medis, Ketua Organisasi Profesi Wisata Medis, serta Medical Tourism Board dan menghadirkan narasumber pembahas Staf Khusus Menteri Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D; Direktur Tata Kelola Kesehatan Masyarakat, dr. Then Suyanti; serta Direktur Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ito Parikesit, ST, MM dimana disini Kementerian Pariwisata menjadi mitra kerja sama Kemenkes yang membawa RS Wisata Medis Indonesia ke lingkungan Internasional.

Di Indonesia, terdata sekitar dua juta WNI pergi berobat ke luar negeri, terutama ke empat negara favorit yaitu Malaysia, Singapura, RRC dan Thailand. Nilai pembiayaan pengobatan keluar tersebut setidaknya sebesar 11.5 milyar USD, atau lebih dari 160 Triliun Rupiah. Mayoritas motivasi WNI yang telah berobat ke luar negeri adalah untuk mendapatkan pelayanan medical check-up, dental care, estetik dan kecantikan, tindakan pembedahan seperti operasi bypass jantung, ginjal, liver, transplantasi paru, pengobatan fisioterapi, pengobatan mata (laser eye surgery, cataracts) serta infertilitas.

Potensi besar industri wisata kesehatan harus menjadi perhatian serius bagi Indonesia. RS baik pemerintah maupun swasta harus berupaya memenangkan persaingan tingkat global, agar setidaknya kita bisa menahan WNI untuk tidak berobat ke luar negeri yaitu dengan memberikan pelayanan yang tidak hanya provider based, cost based namun juga value based. Indonesia memiliki Bali, Labuhan Bajo, Yogyakarta dan banyak daerah wisata favorit lainnya yang telah memiliki RS Wisata Medis bahkan terdapat RS Wisata Medis yang telah mengembangkan Kesehatan tradisional setempat dalam pelayanan kesehatannya.

“Indonesia memiliki banyak modal wisata yang menakjubkan, RS kita sudah banyak yang memiliki teknologi kesehatan, SDM kesehatan seperti dokter-dokter ahli serta peralatan kedokteran yang canggih, tinggal bagaimana kita mampu meningkatkan pelayanan kesehatan dan mengangkat value-value lebih yang menjadi daya tarik Masyarakat untuk berkunjung dan percaya pada RS kita serta memperbaiki ekosistem industry di wisata medik dan medical wellness,” pungkas Prof. Laksono.