Selasa, 19 Desember 2023 11:38 WIB

Indonesia Health Partners Meeting 2023, Tantangan Peningkatan Sistem Kesehatan Indonesia

Responsive image
aqs/ckr - Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
447

Bali (18/12) - Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dr. Azhar Jaya, SH, SKM, MARS menghadiri kegiatan Indonesia Health Partners Meeting 2023. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari di Pulai Bali tersebut, bertujuan untuk menunjukan akuntabilitas komitmen Kementerian Kesehatan terhadap dana hibah yang telah diberikan, sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi program kesehatan di Indonesia, serta menjamin kepercayaan dari pihak donor dan masyarakat internasional.

Dalam Pertemuan tersebuat  dr. Azhar Jaya, SH, SKM, MARS memberikan pemaparan mengenai empat tantangan utama yang perlu segera ditingkatkan dalam sistem kesehatan Indonesia. Pertama-tama, tantangan geografis menjadi hambatan utama, dengan Indonesia yang terdiri dari 14.000 pulau dan populasi mencapai 270 juta. Negara kepulauan ini menyajikan kendala infrastruktur yang signifikan, terutama dalam hal fasilitas kesehatan yang belum merata.

"Tantangan pertama kita adalah geografis. Indonesia sangat luas dan terdiri dari banyak pulau. Infrastruktur kesehatan di beberapa pulau sangat kurang memadai, menjadi masalah utama yang perlu kita selesaikan,"Ucap dr. Azhar Jaya, SH., SKM., MARS.

Kendala kedua yang dibahas adalah distribusi fasilitas kesehatan yang tidak merata. Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, rasio fasilitas kesehatan per 10.000 orang di Indonesia lebih rendah, dengan angka hanya 1,2. Posisi dominan fasilitas kesehatan di wilayah barat Indonesia menjadi penyebab ketidaksetaraan distribusi.

"Pembicaraan tentang distribusi fasilitas kesehatan sangat penting. Saat ini, sebagian besar fasilitas kesehatan terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia, meninggalkan wilayah timur dengan akses terbatas," tambahnya.

Selain itu, kendala signifikan juga terlihat dalam hal teknologi infrastruktur dan penanganan penyakit. Faktor-faktor ini melibatkan terbatasnya rumah sakit, klinik, pelatihan kesehatan, dan jumlah tenaga kesehatan (nakes), terutama di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

"Kita menghadapi hambatan serius dalam pengembangan teknologi infrastruktur kesehatan. Selain itu, ada masalah penyakit endemik seperti malaria, DBD, kanker, stroke, dan diabetes yang terus menjadi ancaman kesehatan masyarakat kita," terang dr. Azhar Jaya, SH., SKM., MARS.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini,dr. Azhar Jaya, SH., SKM., MARS. berharap dapat mendapatkan dukungan dalam beberapa aspek kunci. Dukungan infrastruktur, pendidikan kesehatan, peningkatan jumlah nakes, dan akses teknologi menjadi poin-poin yang dianggap krusial untuk meningkatkan kualitas dan ketersediaan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

"Dukungan infrastruktur, peningkatan ketersediaan fasilitas kesehatan, pelatihan nakes, dan integrasi teknologi kesehatan akan sangat bermanfaat. Ini bukan hanya untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi juga untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan dapat merata di seluruh nusantara," papar Ucap dr. Azhar Jaya, SH., SKM., MARS.

Kementerian Kesehatan  sebagai pemangku kepentingan terlibat secara aktif, dan kolaborasi dengan NGO menjadi kunci utama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. Selain itu, pintu terbuka lebar untuk sektor swasta turut berperan dalam pembangunan infrastruktur kesehatan, termasuk mendirikan rumah sakit baru.

 

dr. Azhar Jaya, S.H., SKM, MARS menyoroti pentingnya kerjasama lintas sektor untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh sistem kesehatan Indonesia. "Kami melihat bahwa kolaborasi antara Kemenkes, NGO, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Tahun depan, kami berharap dapat melihat sinergi yang lebih besar untuk memajukan kesehatan masyarakat," ungkapnya.

Keterlibatan NGO menjadi elemen krusial dalam memperkuat layanan kesehatan di berbagai daerah. Dengan dukungan yang dapat mereka berikan, baik berupa sumber daya manusia, peralatan medis, atau pendanaan, kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata bagi masyarakat yang membutuhkan.

Sementara itu, Kemenkes sendiri berkomitmen untuk terus memperkuat perannya sebagai penggerak utama dalam pengembangan layanan kesehatan di seluruh Indonesia. Langkah-langkah strategis telah diambil, termasuk membuka peluang bagi sektor swasta untuk terlibat lebih aktif dalam membangun fasilitas kesehatan.

"Kami menyadari bahwa untuk mencapai pelayanan kesehatan yang berkualitas, kami membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Kami membuka pintu lebar untuk sektor swasta agar bersama-sama membangun infrastruktur kesehatan yang kokoh."

Pemberian peluang kepada sektor swasta diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan peningkatan fasilitas kesehatan, termasuk pembangunan rumah sakit dan klinik. Ini juga menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi dalam pelayanan kesehatan, meningkatkan daya saing, dan memberikan akses yang lebih baik kepada masyarakat.

Menghadapi tahun baru, harapan besar terletak pada sinergi antara Kemenkes, NGO, dan sektor swasta untuk menciptakan perubahan positif dalam layanan kesehatan Indonesia. Sebuah tahun yang diharapkan membawa inovasi, kolaborasi, dan pembangunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.