Jumat, 24 November 2023 02:05 WIB

World AMR Awareness Week 2023 : “Bersama Cegah Resistansi Antimikroba”

Responsive image
IKJ/RFS - Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan
206

Jakarta (23/11) - Kementerian Kesehatan berkolaborasi dengan World Health Organization (WHO) Indonesia menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dan Capacity Building dalam rangka World AMR Awareness Week (WAAW) 2023 di Jakarta. Acara dibuka oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu di dampingi oleh Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan dr. Yanti Herman, SH, M.H.Kes.

WAAW merupakan kampanye global yang diselenggarakan pada tanggal 18 - 24 November setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang Resistansi Antimikroba (AMR) dan mendorong praktik penggunaan antimikroba terbaik di kalangan masyarakat, pemangku kepentingan, dan pembuat kebijakan. Dalam hal ini semua pihak memiliki peran penting dalam mengurangi kemunculan dan penyebaran AMR lebih lanjut. Antimikroba digunakan tidak hanya pada manusia, namun juga pada hewan/ternak, perikanan, dan pertanian. Oleh karenanya kampanye WAAW 2023 menyerukan kolaborasi lintas sektor dengan pendekatan One Health untuk menjaga manfaat antimikroba selama – lamanya.

dr. Maxi mengungkapkan bahwa resistansi antimikroba disebut sebagai silent pandemic. WHO telah mendeklarasikan AMR sebagai salah satu dari 10 besar ancaman kesehatan masyarakat global yang dihadapi umat manusia saat ini. Sebuah studi global memperkirakan lebih dari 4,9 juta orang meninggal di 204 negara pada tahun 2019 secara langsung atau tidak langsung karena infeksi bakteri yang resistan terhadap antibiotik (The Lancet, 2022). Untuk mengurangi dampak buruk AMR lebih jauh lagi, maka semua sektor baik manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan harus mengupayakan menggunakan antimikroba secara bijak dan bertanggung jawab, serta mengambil tindakan pencegahan penyebaran atau penularan penyakit infeksi.

Lebih lanjut dr. Maxi menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan telah menetapkan regulasi atau kebijakan terkait pengendalian AMR. Namun implementasinya masih perlu ditingkatkan, termasuk monitoring dan evaluasinya. “Kami menyadari bahwa pengendalian AMR tidak dapat dilakukan oleh Kementerian Kesehatan sendiri, namun harus tetap berkoordinasi dan berkolaborasi dengan sektor lain” tambahnya.

“World AMR Awareness Week merupakan momentum bagi kita semua untuk berkomitmen dan melakukan aksi secara lebih kongkrit dan kolaboratif mencegah AMR. Saya menghimbau Bapak/Ibu semua, termasuk para pimpinan fasyankes, tenaga medis, tenaga kesehatan, perusahaan farmasi untuk bersama-sama mencegah AMR. Kita punya satu kepentingan, yaitu kendalikan AMR, jangan sampai silent pandemic menjadi pandemi yang sebenarnya” ujar dr. Maxi menutup sambutannya.