Kamis, 28 Juli 2022 11:33 WIB

Chlamydia

Responsive image
13254
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Yang berbahaya dari penyakit ini adalah, penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini kerap kali tidak menunjukkan gejala awal dan membuat penderitanya tidak menyadari jika dia sebenarnya terkena penyakit ini hingga pada akhirnya cukup parah. Pakar kesehatan menyebutkan jika chlamydia adalah penyakit infeksi menular seksual yang tidak hanya mengenal kelamin seseorang, namun juga menyerang saluran kemih. Banyak sekali kasus chlamydia yang salah didiagnosa sebagai penyakit saluran kemih. Bagi kaum wanita sendiri, penyakit ini bisa membuat mereka sulit untuk hamil atau bahkan saat sudah mendapatkan kehamilan, penyakit ini bisa membahayakan kondisi kehamilan tersebut. Sebagaimana penyakit infeksi menular lainnya, chlamydia juga kerap kali disebabkan oleh aktifitas seksual yang kurang sehat, khususnya jika seseorang cukup mudah berganti-ganti pasangan. Bahkan, andai seseorang hanya melakukan oral seks saja, infeksi penyakit ini sudah bisa menular. Untuk menghindarinya, penggunaan kondom atau dental dam sangat disarankan saat melakukan hubungan intim. Penyakit chlamydia sendiri mampu membuat wanita kesulitan mendapatkan kehamilan karena penyakit ini menutup pelepasan telur yang dibutuhkan untuk pembuahan.

Penyebab Chlamydia

Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini dapat menular melalui seks anal, oral, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin. Selain itu, mainan seks yang tidak dicuci bersih atau dilapisi kondom baru juga bisa menjadi media penularan chlamydia. Cairan seksual yang keluar dari alat kelamin penderitanya bisa menularkan bakteri ini walaupun tanpa orgasme, ejakulasi, atau penetrasi. Risiko terjangkit chlamydia bisa meningkat jika berhubungan seksual berganti-ganti pasangan atau dengan banyak orang.

Gejala Chlamydia

Chlamydia umumnya tidak menunjukkan gejala setelah 1-3 minggu. Seringkali, gejala chlamydia diabaikan karena dianggap segera berlalu dan tidak parah. Gejala chlamydia pada wanita dan pria bisa berbeda, tetapi sakit atau nyeri saat buang air kecil menjadi karakteristik umum.

Chlamydia tidak menimbulkan gejala pada 50% pengidap pria dan 50 persen lainnya mengalami gejala, seperti sakit pada testikel, serta keluarnya cairan berwarna putih kental atau encer dari ujung Mr P. Infeksi masih terjadi dan bisa ditularkan walau gejala yang dialami sudah hilang. Sedangkan pada wanita yang tidak mengalami gejala adalah sekitar 75%, dan 25% mengalami gejala yang paling umum terjadi, seperti terjadi pendarahan saat atau usai melakukan hubungan seks dan mengeluarkan cairan vagina yang tidak biasa. Selain itu, ada juga yang mengalami menstruasi lebih berat dari biasanya, pendarahan di antara masa menstruasi, dan perut bagian bawah terasa sakit.

Faktor Risiko Chlamydia

Berikut ini faktor risiko yang menyebabkan seseorang terkena chlamydia :

·         Pernah mengidap penyakit menular seksual.

·         Memiliki lebih dari satu pasangan seksual / berganti-ganti pasangan.

·         Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.

·         Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.

Pemeriksaan Chlamydia

Pemeriksaan atau diagnosis Chlamydia biasanya didapat ketika melakukan tes selama kunjungan ke dokter. Tes ini dilakukan secara tahunan pada yang berumur di bawah 25 tahun dan aktif secara seksual. Untuk yang berumur 25 tahun ke atas, sebaiknya tes dilakukan setiap tahun ketika pada yang memiliki hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan, berhubungan seks dengan seseorang yang berganti-ganti pasangan, melakukan seks yang tidak aman, atau sebelumnya pernah mengidap chlamydia.

Komplikasi pada Pria

Berikut ini beberapa komplikasi chlamydia  pada pria :

·         Epididimitis, yaitu peradangan yang terjadi pada epididimis yang merupakan bagian dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk sperma dari testikel. Penyakit ini menimbulkan gejala membengkaknya epididimis dan rasa nyeri. Jika tidak segera ditangani, infeksi bisa menyebabkan munculnya cairan atau bahkan nanah, dan jika sudah parah bisa menyebabkan kemandulan.

·         Reactive arthritis, yaitu peradangan yang terjadi pada persendian dan lebih banyak menimpa pria dibandingkan wanita. Obat pereda nyeri anti-inflamasi non-steroid, seperti ibuprofen, bisa untuk mengendalikan gejala reactive arthritis. Biasanya, gejala akan membaik dalam waktu 3 bulan hingga setahun, tetapi kondisi ini bisa kembali lagi.

·         Uretritis, yaitu peradangan yang terjadi pada saluran pembuangan urine atau uretra. Kondisi ini biasanya memiliki gejala, seperti sering dan tidak mampu menahan buang air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup atau ujung Mr P mengalami iritasi dan terasa sakit, dan ujung Mr P mengeluarkan cairan kental berwarna putih.

Komplikasi chlamydia pada wanita, yaitu :

·         Cervisitis, yaitu peradangan yang terjadi pada leher rahim atau serviks. Beberapa gejala cervicitis yang dapat terjadi adalah perut bagian bawah terasa nyeri, sakit saat berhubungan seksual, pendarahan yang terjadi saat atau usai berhubungan seksual, dan pendarahan di antara masa menstruasi.

·         Penyakit radang panggul, yaitu kondisi di mana ovarium, rahim dan tuba fallopi mengalami infeksi. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan ektopik atau pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran. Penyakit ini bisa menyebabkan panggul terasa sakit secara terus-menerus dan kemandulan.

·         Bartholinitis, yaitu kondisi kelenjar Bartholin yang membengkak. Kelenjar Bartholin berperan untuk memproduksi cairan pelumas pada wanita saat berhubungan seksual. Kista kelenjar Bartholin dapat terjadi jika kelenjar tersumbat dan mengalami infeksi, serta bisa menyebabkan abses yang terasa sakit saat disentuh, perih, berwarna merah dan bisa menyebabkan demam. Obat antibiotik harus digunakan untuk mengatasi abses yang terinfeksi.

Referensi :             

Sabila Suryaning Amanda. 2019. Infeksi Chlamydia Trachomatis pada Saluran Genitalia, Tuba Fallopi dan Servik Infeksi. Jurnal Kesehatan Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Allaudin Makasar.

Taylor, B.D. & Haggerty, C.L. 2011. Management of Chlamydia Trachomatis Genital Tract Infection : Secreening and Treatment Challenges. Infect Drug Resist.

Silveira, et al. 2009. Chlamydia Trachomatis Infection During Pregnancy and the Risk of Preterm Birth : A Case-Control Study. Int J STD AIDS.

American Sexual Health Association. ChlamydiaCenter for Disease Control and Prevention. 2014. Chlamydia  - CDC Fact Sheet.

National Health Service UK. 2018. Health A-Z. Chlamydia

National Institute of Health. 2018. MedlinePlus. Chlamydia Infections

Mayo Clinic. 2018. Diseases & Conditions. Chlamydia  Trachomatis

Boyd, K. American Academy of Ophthalmology. 2019. What Is Trachoma? 

American Pregnancy Association. 2017. Chlamydia  During Pregnancy