Kamis, 02 Januari 2025 08:18 WIB

Mitos dan Fakta Terkait dengan HIV/AIDS

Responsive image
117
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

HIV adalah suatu kondisi patologis yang melibatkan serangkaian infeksi yang dimulai dari tahap asimptomatik hingga akhirnya berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Meskipun HIV/AIDS sudah menjadi masalah kesehatan global, stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih tinggi di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa HIV/AIDS sering kali berkaitan dengan perilaku atau kebiasaan yang dianggap buruk atau bertentangan dengan norma sosial yang ada. Stigma itu sendiri adalah tindakan memberikan label negatif terhadap individu atau kelompok, dengan tujuan memisahkan mereka dari masyarakat dan menciptakan pandangan buruk. Biasanya, stigma muncul karena adanya persepsi bahwa ODHA adalah musuh, pembawa penyakit, atau elemen masyarakat yang memalukan, serta dianggap melanggar norma sosial atau agama yang berlaku. Ada beberapa faktor yang memengaruhi stigma terhadap ODHA, antara lain anggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit mematikan, penyakit akibat perilaku menyimpang, kotor, tidak bertanggung jawab, atau bahkan sengaja menularkan penyakitnya. Selain itu, kurangnya pengetahuan yang akurat mengenai cara penularan HIV/AIDS juga berkontribusi pada munculnya stigma. Ketidaktahuan atau kesalahpahaman masyarakat tentang HIV/AIDS membuat stigma semakin kuat. Semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS, semakin besar kemungkinan mereka memberikan stigma terhadap ODHA. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang HIV/AIDS cenderung memiliki stigma yang lebih rendah terhadap ODHA. Persepsi negatif yang berkembang di masyarakat dapat menyebabkan ODHA merasa sangat takut dan tertekan jika status mereka diketahui orang lain, bahkan hingga enggan mengungkapkan status mereka kepada keluarga atau masyarakat. Banyak ODHA yang memilih untuk menyembunyikan status mereka dan bahkan menghindari pengobatan karena takut akan dampak dari stigma tersebut. Dampak dari stigma ini sangat merugikan, termasuk pengucilan sosial, pemecatan dari pekerjaan, hingga kekerasan fisik atau psikologis. Selain itu, stigma juga menyebabkan penderitaan emosional, psikologis, spiritual, dan sosial yang mendalam, yang tidak hanya berdampak pada ODHA, tetapi juga pada keluarga mereka. Stigma ini dapat menghalangi akses ODHA terhadap layanan kesehatan, dukungan sosial, pendidikan, dan bahkan merampas rasa aman mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

Mitos dan Fakta Seputar HIV/AIDS yang Harus Dipahami

1.    Mitos : HIV dan AIDS adalah Penyakit yang Sama

Banyak orang yang masih beranggapan bahwa HIV dan AIDS adalah penyakit yang sama. Padahal, keduanya sebenarnya berbeda. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sementara itu, AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kondisi komplikasi yang terjadi jika HIV tidak ditangani dengan benar. AIDS ditandai dengan penurunan daya tahan tubuh yang signifikan, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang lebih parah.

2.    Mitos : HIV/AIDS Dapat Menular Lewat Berjabat Tangan atau Bersin.

HIV tidak dapat menular melalui percikan cairan tubuh saat seseorang bersin, keringat, menggunakan kolam renang, toilet umum, atau berbagi alat makan, gigitan nyamuk, maupun luka terbuka. Virus ini hanya dapat menyebar melalui pertukaran cairan tubuh tertentu, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Dengan demikian, Anda tidak perlu khawatir untuk bersentuhan kulit, berjabat tangan, berpelukan, berbagi peralatan makan dan minum, atau berada di lingkungan yang sama dengan penderita HIV/AIDS.

3.    Mitos : Seks Oral Tidak Menyebarkan Virus HIV

Salah satu jalur penularan HIV yang dikenal adalah melalui pertukaran cairan tubuh selama hubungan seks anal atau vaginal. Hal ini membuat banyak orang beranggapan bahwa HIV tidak bisa menular melalui seks oral. Meskipun benar bahwa risiko penularan HIV melalui seks oral lebih rendah dibandingkan seks anal atau vaginal, risiko tersebut tetap ada, terutama jika terdapat kondisi seperti sariawan di mulut atau luka pada alat kelamin. Penularan HIV tidak hanya berisiko tinggi pada pasangan homoseksual, Pekerja Seks Komersial (PSK), atau pengguna narkoba suntik. Pasangan heteroseksual juga dapat berisiko tinggi tertular HIV, terutama jika memiliki kebiasaan bergonta-ganti pasangan tanpa menggunakan pelindung.

4.      Mitos : Penderita HIV Pasti Mengalami AIDS

Fakta yang perlu diketahui adalah tidak semua orang yang terinfeksi HIV akan mengembangkan AIDS. Meskipun hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan virus HIV secara total, penderita HIV dapat menggunakan obat antiretroviral untuk menghambat perkembangannya. Jika penderita HIV menjalani pengobatan secara teratur, kemungkinan besar kadar virus dalam tubuhnya dapat turun hingga tidak terdeteksi. Kondisi ini dapat membantu mencegah perkembangan AIDS atau komplikasi lainnya yang terkait dengan HIV.

5.    Salah satu mitos yang sering beredar di masyarakat adalah bahwa penderita HIV/AIDS dapat dikenali melalui penampilan fisik mereka. Padahal, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda atau perubahan fisik yang mencolok, dan gejala awal yang dialami bisa mirip dengan penyakit lain, seperti kelelahan atau demam.

6.    Mitos : Penderita HIV Tidak Bisa Memiliki Keturunan

Dengan menjalani pengobatan secara teratur dan menjaga kadar virus HIV dalam tubuh tetap rendah, penderita HIV tetap memiliki kemungkinan untuk memiliki anak. Pria yang mengidap HIV dengan viral load yang rendah memiliki risiko penularan virus yang lebih kecil kepada pasangan dan anak mereka. Begitu juga dengan wanita yang terinfeksi HIV. Konsumsi obat antiretroviral yang rutin dapat mengurangi risiko penularan virus dari ibu kepada janin yang dikandungnya.

7.    Mitos : Tidak Perlu Menggunakan Kondom jika Kedua Pasangan Positif HIV Meskipun kedua pasangan telah terdiagnosa positif HIV, penggunaan kondom tetap disarankan saat berhubungan seksual. Hal ini penting untuk mencegah penularan virus HIV dengan tipe yang berbeda atau yang sudah kebal terhadap pengobatan antiretroviral. Itulah beberapa mitos dan fakta seputar HIV/AIDS yang penting untuk dipahami oleh setiap individu. Dengan mengetahui perbedaan antara mitos dan fakta, Anda tidak perlu merasa khawatir untuk hidup berdampingan dengan orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

 

Referensi :

CIMSA. 2019. Pernyataan Kebijakan HIV AIDS. Center for Indonesian Medical Students' Activities (CIMSA). Jakarta.

Latifa A. 2015. Peran Masyarakat Madani Dalam Mengurangi Stigma dan Diskriminasi Terhadap Penderita HIV & AIDS.

Itumaeng B. 2017. Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di Indonesia.